Kedudukan Guru dalam Pandangan Islam

berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta berprikemanusiaan yang mendalam. 64 Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa ”Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Dan dalam pandangan konstruktivisme, guru agama Islam adalah seseorang yang memiliki tugas utama sebagai mediator dan fasilitator yang memungkinkan bagi siswa untuk membentuk interpretasi tentang materi pendidikan agama Islam serta guru agama juga memberikan justifikasi terhadap hasil konstruksi siswa yang tidak bertentangan dengan nash, khususnya materi yang diajarkan.

B. Kedudukan Guru dalam Pandangan Islam

Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang amat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya perhargaan itu sehingga menempatkan guru setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. Mengapa demikian? Karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan, sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan. 65 Penghargaan Islam terhadap ilmu tergambar dalam hadits sebagai berikut: ْ ءﺎ ر ْ ﺎ ْ دواد ْ ا ﺪْ ﺎ ﺪ ْﻬ ْا ْ ﺮْ ﺎ ﺪ ءادْرﺪ ا أ ﺪْ ﺎ ﺎ ْآ لﺎ ْ ْ ﺮ آ ْ ْ دواد ْ ةﻮْ ﺎ ﺄ ْﺸ د ﺪ ْ ا لﻮ ر ﺔ ﺪ ﺔ ﺪ ْا ْ ﻚ ْ أ ءادْرﺪ ا ﺎ أ ﺎ لﺎ ر و ْ ا ﻰ ا ْ ثﺪ ﻚ أ ﺪ و ْ ا ﻰ ةرﺎ ﻚ ءﺎ ﺎ لﺎ لﻮ ر ْ ﺈ لﺎ ﺎ لﺎ ﺮْ ﻚ ءﺎ ﺎ و لﺎ ﺎ لﺎ ﺎ ﺮ ا ﻬ ﺎ ْ ْ ﺎ ﺮ ﻚ ْ لﻮ و ْ ا ﻰ ا 64 H. Syafruddin Nurdin, Guru Profesional Implementasi Kurikulum, Ciputat: Quantum Learning, 2005, h.7 65 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. VII. H. 76 ﺔﻜﺋﺎ ْا نإو ﺔ ْا ﻰ إ ﺮ ْ ْ ْ ْا ﺎ نإو ْ ْا ﺎ ﺎ ر ﺎﻬ ْ أ ﺪ ﺎ ْا ﻰ ﺎ ْا ْ نإو ءﺎ ْا نﺎ ْا ﻰ ضْرﺄْاو ءﺎ ا ْ ءﺎ ْا نإ آاﻮﻜْا ﺮﺋﺎ ﻰ ﺮ ْا ْ آ اﻮ رﻮ ْ ءﺎ ْﺄْا نإ ءﺎ ْﺄْا ﺔ رو ْ ه ﺮ او ﻆ ﺬﺧأ ﺬﺧأ ْ ْ ْا اﻮ رو ﺎ إ ﺎ هْرد ﺎ و ارﺎ د 66 Siapa saja yang menuju jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan baginya ke surga. Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayap-sayapnya karena ridha dengan orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu dimintakan ampunan baginya oleh mahluk Allah yang ada di langit dan bumi hingga ikan-ikan yang ada di air. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu terhadap orang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesunggunya para ulama adalah pewaris para nabi dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Siapa saja yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sempurna. Kedudukan orang alim dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkannya kepada orang lain adalah suatu pengamalan yang paling dihargai dalam Islam. Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar; yang belajar adalah calon guru, dan yang mengajar adalah guru. Maka, tidak boleh tidak, Islam pasti memuliakan guru. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang belajar dan mengajar; tak terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru. Karena Islam adalah agama, maka pandangan tentang guru, kedudukan guru, tidak terlepas dari nilai-nilai transenden. Lengkaplah sudah syarat-syarat untuk menempatkan kedudukan tinggi bagi guru dalam Islam, alasan ukhrawi dan alasan duniawi, atau alasan bumi dan alasan langit. Tingginya kedudukan guru dalam Islam masih dapat disaksikan secara nyata pada zaman sekarang. Itu dapat kita lihat terutama di pesantren-pesantren di Indonesia. Santri bahkan tidak berani menantang sinar mata kiainya, sebagian 66 HR Ibnu Majah, Kitab al-Muqaddimah, bab fadhlul ulama’ wal hitsu ’ala talabil ‘ilmi, No. 219. dalam CD Mausu’ah al-hadis al-syarif kutub al-tis’ah. lainya membungkukkan badan tatkala menghadap kiainya. Bahkan, konon ada santri yang tidak berani kencing menghadap rumah kiai sekalipun ia berada dalam kamar yang tertutup. Betapa tidak, mereka silau oleh tingkah laku kiai yang begitu mulia, sinar matanya yang menembus jiwa, ilmunya yang luas dan dalam, do’anya yang diyakini mujarab. Ada penyebab khas mengapa orang Islam amat menghargai guru, yaitu pandangan bahwa ilmu pengetahuan itu semuanya bersumber pada Tuhan; ilmu datang dari Tuhan; guru pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit ini telah melahirkan sikap pada orang Islam bahwa ilmu itu tidak terpisah dari Allah; ilmu tidak terpisah dari guru; maka kedudukan guru amat tinggi dalam Islam. 67 Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah S.W.T. surat al-‘Alaq ayat 4-5 yang berbunyi: ْﺎ ا يﺬ ا . ْ ْ ﺎ نﺎ ﻹْا ْ Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. QS. 96:4-5 C. Kode Etik Guru Kalau istilah kode etik itu dikaji, maka terdiri dari dua kata, yakni kode dan etik. Perkataan etik berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok-kelompok manusia. Etik biasanya dipakai untuk pengkajian system nilai-nilai yang disebut kode, sehingga terjelmalah apa yang disebit dengan kode etik. Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Etika artinya tata susila atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi, kode etik guru diartikan sebagai aturan tata susila keguruan. 68 Berdasarkan Kongres Guru ke XVI tahun 1989 di Jakarta sebagaimana telah dikutip oleh E. Mulyasa dikatakan bahwa guru Indonesia menyadari bahwa 67 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam... , h. 77 68 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak ..., h. 49 pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yng Maha Esa, bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-Undang Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut: 1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. 2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional. 3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melaksanakan bimbingan dan pembinaan. 4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar. 5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap pendidikan. 6. Guru sebagai pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. 7. Guru memelihara hubungan professional, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. 8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. 9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. 69

D. Syarat Guru Agama dalam Perspektif Konstruktivisme