insan yang dapat mengetahui, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dan dengan penuh kesadaran.
Dari pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran pendidikan
agama Islam, yaitu sebagai berikut: 1.
Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau pelatihan yang dilakukan secara
berencana dan sadar atas tujuan yang hendak yang dicapai. 2.
Murid yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan; dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.
3. Guru pendidikan agama Islam yang melakukan kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
4. Pembelajaran pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, disamping untuk membentuk kesalehan atau
kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat
berbangsa dan bernegara.
40
B. Karakteristik Materi PAI dalam Perspektif Konstruktivisme
Islam sebagai sebuah ajaran dan sekaligus agama sangat apresiatif dengan akal manusia. Bahkan Islam mengakui akal manusia
sebagai salah satu sumber atau sarana untuk mendapatkan pengetahuan. Tetapi sebagai indera, akal juga memiliki keterbatasan-keterbatasan,
40
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. II, h. 76
sehingga membutuhkan bantuan. Jadi, indera dan akal diakui sebagai sumber atau sarana untuk memperoleh pengetahuan, tetapi keduanya
tidak bisa dimutlakkan. Keduanya tidak bisa diharapkan mampu memecahkan seluruh persoalan yang hadapi manusia. Karena kondisi
keduanya yang serba terbatas itulah, akhirnya ilmu dalam Islam dirancang dan dibangun disamping melalui kedua sumber tersebut juga berdasarkan
kekuatan spiritual yang bersumber dari Allah SWT. berupa wahyu.
41
Dengan demikian, kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah memuat materi yang bersumber dari ketiga hal tersebut, yakni akal,
indera, dan wahyu. Dalam konteks konstruktivisme, materi pendidikan agama Islam yang memiliki karakteristik akliyah dan indrawi secara penuh
dapat digunakan, sedangkan yang bersifat transenden wahyu secara penuh tidak dapat digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Hanya
pada hal-hal yang bersifat kontekstual saja pendekatan tersebut dapat digunakan, sedangkan hal-hal yang bersifat literal-tekstual dan ritual, tidak
dapat digunakan. Kaitannya dengan kurikulum pendidikan agama Islam, berikut
disebutkan kemapuan dasar mata pelajaran pendidikan agama Islam dalam kurikulum 2004. penjabarannya adalah sebagai berikut:
41
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam; dari Metode Rasional hingga Metode Kritik
, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005, h. 125
Beriman kepada Allah SWT. dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam
sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal.
Dapat membaca, menulis, dan memahami ayat-ayat al- Qur’an serta mengetahui hokum bacaannya dan mampu
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mampu beribadah dengan baik sesuai dengan tuntunan
syari’at Islam baik ibadah wajib maupun ibadah sunah. Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah,
sahabat dan tabi’in serta mampu mengambil hikmah dari sejaran perkembangan Islam untuk kepentingan hidup sehari-hari masa kini
dan masa depan.
Mampu mengamalkan system muamalat Islam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
42
Dari penjabaran di atas, kita dapat melihat beberapa kemampuan
yang harus dicapai oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pendekatan konstruktivisme, maka kita harus
mengidentifikasi materi pendidikan agama Islam di sekolah yang dapat digunakan dalam pendektan tersebut dan mana yang tidak dapar
digunakan pendekatan tersebut. Dalam hal-hal itulah, seorang guru berperan utama sebagai
mediator dan fasilitator kepada para siswa dalam usahanya mengkonstruk pengetahuan atau pemahamannya dari ajaran-ajaran atau konsep-konsep
42
Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, h. 10
agama yang disediakan di sekolah untuk mendapat kan konstruksi nilai- nilai
religius yang dapat dijadikan referensi untuk menjalankan ajaran agama secara
kaffah holistik.
C. Materi Pendidikan Agama di Sekolah