82
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap kumpulan cerpen Sang Terdakwa karya Indra Tranggono dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan cerpen, yaitu a.
Kota Kami Dicekam Ketakutan, b. Palaran,
c. Sepasang Mata yang Hilang,
d. Burung-burung yang Menyergap, dan e. Anoman Ringsek,
tokoh-tokoh, latar setting dan tema dalam kumpulan cerpen memiliki suatu fakta yang menunjukkan bahwa masyarakat dengan status sosial menengah ke bawah atau “wong cilik”
mengalami kegoncangan sosial di tengah situasi dan kondisi masyarakat yang berubah dan mengancam, sehingga menimbulkan kecemasan secara psikologis.
2. Dinamika kepribadian yang dialami tokoh utama terdiri dari empat aspek, yaitu: a. Naluri insting, baik naluri kehidupan maupun naluri kematian.
b. Penyaluran dan penggunaan energi psikis c. Kecemasan, yakni kecemasan riel; kecemasan neurotik; maupun kecemasan moral.
d. Mekanisme pertahanan ego, yakni sublimasi; displacement; dan represi. Dinamika kepribadian yang dialami oleh tokoh-tokoh utama tersebut umumnya disebabkan
oleh faktor sosiologis dan faktor psikis.
Universitas Sumatera Utara
83
6.2 Saran
Kumpulan cerpen Sang Terdakwa memberikan nilai bahwa karya sastra memiliki makna yang berlimpah. Hasil permenungan Indra Tranggono dengan latar belakang hidup di
tengah kegoncangan sosial, menunjukkan bahwa ia memiliki wawasan intelektual dan budaya yang luas. Pengarang mampu melukiskan kondisi masyarakat ke dalam bentuk situasi yang
paradoksal dan ironis, sehingga memberikan gambaran tentang zamannya yang semakin berubah. Pengarang juga mampu melukiskan kondisi dan situasi para tokoh-tokohnya dengan
kreatif dan imajinatif, sehingga gambaran psikologis tokoh-tokoh menarik. Berdasarkan kualitas dan kreatifitas pengarang dalam melukiskan cerita yang imajinatif, maka kumpulan
cerpen Sang Terdakwa ini tepat untuk dijadikan sebagai objek penelitian dari beragam unsur sosial lainnya.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra:Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Media Presindo.
Jabrohim, dkk. 2001. Metodologi Penelitian sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. Koswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco.
Moleong, Loxy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya. M.S., Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat. Yogyakarta: Paradigma.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rahmad. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media. Ratna, Nyoman Kuta. 2004. Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Subroto. 1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada. Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI-Press.
. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka jaya. Tranggono, Indra. 2000. Sang Terdakwa. Yogykarta: Yayasan Untuk Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
KAMUS
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
INTERNET
www.ensiklopediaindonesia.co.id. 2011.
http:baktimu.blogspot.com. 2012. www.pusatbahasa.diknas.go.idkbbi.2011.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
SINOPSIS a. Kota Kami Dicekam Ketakutan
Cerpen Kota Kami Dicekam Ketakutan ini menceritakan sebuah kota yang berada di pulau kecil dan diapit oleh gunung yang tinggi dan pantai. Di kota tersebut ada beberapa
penduduk yang jumlahnya tidak begitu besar. Penduduk dapat dikategorikan pada masyarakat menengah ke bawah dan hidup sederhana dengan penghasilan yang pas-pasan. Setiap malam
penduduk merasa dicekam oleh ketakutan dan memilih untuk diam di dalam rumah serta menyimpan sejuta tanya tentang kabar yang terjadi di kota mereka. Ketenteraman di kota itu
sudah hilang dan diliputi oleh kecemasan. Orang yang sehat walafiat mendadak meninggal secara mengenaskan. Setiap malam selalu ada mayat yang ditemukan dan keadaannya selalu
sama. Beberapa penduduk, seperti Ogaz ikut cemas dengan keadaan tersebut. Suatu malam beberapa penduduk berkumpul, di antaranya Lolong, Labas, Brazak, Azbakh, Rumi, dan
penduduk lainnnya. Ogaz dan beberapa penduduk mengadakan rapat dan diskusi tentang kematian yang
terjadi di kota itu. Seluruh masyarakat cemas, berusaha untuk melawan, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa pun karena mereka tidak tahu siapa pelakunya. Yang mereka tahu adalah bahwa
orang-orang yang berkuasalah yang bergentayangan mencabuti nyawa teman-teman mereka setiap malam. Kemudian malam berikutnya, Ogaz dan beberapa teman lainnya harus
menyaksikan mayat teman mereka yang kemarin ikut rapat yaitu Lolong, Labas, dan Brazak sudah menjadi mayat. Penduduk cemas, ketakutan dan hanya kepasrahan yang mereka hadapi.
Ogaz dan teman lainnya hanya bisa menangis, dan berdoa akan kota mereka yang dicekam ketakutan.
Universitas Sumatera Utara
b. Palaran