80
serangan burung-burung. Mekanisme pertahanan ego yang dialami Gerusta tersebut dapat diperhatikan pada kutipan berikut.
BURUNG-BURUNG ganas itu masih menjadi mimpi buruk yang menguras energi Gerusta. Burung-burung itu telah menjaring Gerusta menjadi tawanan yang siap
dicincang oleh kelaparan mereka. Gerusta membangun pertahanan. Ia tutup jendela dan pintu. Ia tutup seluruh lubang angin. Ia bakar album. Televisi. Radio. Buku-buku.
Internet. Kulkas. Telepon genggam. Peta. Dan seluruh benda yang memungkinkan burung-burung itu bersembunyi dan sewaktu-waktu menyerangnya. Ia telah
mengasingkan diri dari hiruk pikuk kehidupan ST, 2000; 54.
Pengalihan dorongan kecemasan yang dialami Gerusta tersebut merupakan upaya yang dapat mengurangi ketakutannya. Segala yang berhubungan dengan bayangan burung-burung,
dijauhkan dari hadapannya, bahkan Gerusta memilih untuk tidak bertemu dengan orang lain dan berhadapan dengan lingkungan luar. Semua kecemasan yang dialami Gerusta tersebut
menjadi mimpi buruk bagi kehidupannya.
5.4.5 Anoman Ringsek
Wondo adalah seorang anak wayang yang bekerja dengan penghasilan yang pas- pasan. Keadaan ekonomi keluarganya yang minim tersebut menimbulkan kecemasan dalam
dirinya. Keinginan Wondo untuk keluar dari tobong dan mencari pekerjaan yang lebih menghasilkan uang banyak hanya menjadi imajinasinya saja. Keinginan-keinginannya
tersebut tidak dapat ia wujudkan oleh karena segala keterbatasan status sosialnya. Keinginan dan dorongan dalam dirinya tersebut menimbulkan kecemasan serta sekaligus menjadi
ancaman bagi hidupnya. Berdasarkan kecemasan-kecemasan yang dialami Wondo tersebut, dibutuhkan
mekanisme pertahanan ego dari tubuhnya sendiri. Bentuk mekanisme pertahanan ego Wondo adalah mekanisme represi, yaitu meredakan kecemasan yang dialami tersebut dengan cara
menekan atau merepres dorongan atau keinginan tersebut ke alam tidak sadar. Mekanisme pertahanan tersebut dapat kita perhatikan pada kutipan berikut.
SEJAK pingsan di panggung, Wondo selalu dibayangi ketakutan. Sepuluh wajah raksasa menyergapnya. Beribu rasa ketakutan menekan dan mengurungnya. Wajah-
Universitas Sumatera Utara
81
wajah raksasa berbagai peringai, dengan gigi dan taring menyeringai selalu berkelebat dalam benak anak wayang itu. mata raksasa itu merah. Membelalak. Menatap nanar,
penuh amarah. “Bukan saya yang merusak negara Gusti Prabu. Tapi Anoman…” igau Wondo
sepanjang malam ST, 2000; 110.
Seiring dengan upaya mekanisme pertahanan ego yang bekerja dalam tubuh Wondo, mekanisme pertahanan ego ini membutuhkan energi psikis yang besar. Ketika energi psikis
tersebut dikuras, maka dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan tersebut akan muncul ke alam sadar manusia. Hal ini akan menimbulkan tingkah laku yang menyimpang, seperti
frustasi atau kelainan kejiwaan lainnya yang berdampak buruk bagi individu. Demikian halnya dengan Wondo, energi psikis dalam tubuhnya terkuras oleh mekanisme represi
tersebut, sehingga ia tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri. Mendadak Surti dikejutkan dengan suara orang berkelahi dari kamar Wondo. Suara
gedebag-gedebug itu semakin keras. …Wondo meloncat. Menari persis Anoman. Dari gerakan-gerakannya ia seperti
sedang berkelahi. Tapi siapa yang dilawan? Pikir Surti. ST, 2000; 113 …Wondo terkapar. Darah segar mengalir dari hidung, mulut dan telinganya. Deras.
Surti menjerit. Lemas dan pingsan ST, 2000; 114.
Kondisi inilah yang dialami oleh Wondo dalam menghadapi persoalan kehidupan. Kecemasan muncul dalam berbagai dinamika kehidupan yang diproses dalam dinamika
kepribadian masing-masing individu sebagai makhluk sosial.
Universitas Sumatera Utara
82
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan