76
sebagai pihak yang lemah, sehingga masyarakat hanya bisa diam dan menangisi nasib yang mereka hadapi. Kondisi dan sikap diam tak bisa berbuat apa-apa merukan suatu bentuk
mekanisme pertahanan ego yang dilakukan tokoh agar terhindar dari konflik yang lebih besar.
5.4.2 Palaran
Adipati Anom sebagai tokoh utama dalam cerpen ini mengalami kecemasan akibat ancaman akan suara tembang palaran yang dilantunkan dengan gamelan. Tembang palaran
tersebut mengingatkan Adipati pada sebuah perang dalam perebutan kekuasaan dengan Adipati Sepuh. Adipati Anom merasa tersiksa karena selalu mendengar tembang gamelan
dari segala sudut kadipaten. Setiap mendengar suara gamelan, Adipati langsung terbayang oleh wajah kemarahan Adipati Sepuh yang tegak menatap dan mengejek Adipati Anom.
Sudah berhari-hari Adipati Anom mengalami kecemasan akan suara gamelan tersebut. Seluruh pasukan kadipaten dikerahkan agar mencari sumber suara, tetapi siapa pun kecuali
Adipati tidak mendengar suara gamelan. Berdasarkan kecemasan yang dialami Adipati Anom, bentuk mekanisme pertahanan ego yang difungsikan oleh egonya sebagai pengendali
adalah mekanisme displacement. Artinya, Adipati Anom menyalurkan atau mengungkapkan dorongan yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya kepada orang disekitarnya, yaitu istri
dan warga kadipaten yang bekerja sebagai pemain gamelan. Bentuk mekanisme pertahanan ego tersebut dapat diperhatikan pada kutipan-kutipan berikut.
Gamelan itu terus mengalun. Menerobos pagi yang sunyi. Menerobos telinga Adipati. Adipati kembali tersentak. Gamelan itu mengalunkan tembang palaran yang berisi
tantangan perang untuk dirinya. …. “Kurang ajar. Dia pikir aku ini apa? Eee tapi kamu mendengarnya, khan?”
Nyai Adipati menggeleng. Pertanyaan itu kembali diulangi, tetapi jawabannya sama. Gelengan itu membuat Adipati murka.
“Semprul Kamu Kamu bisanya Cuma macak dan manak ” Bentak Adipati Anom, kesal. ST, 2000; 14.
Universitas Sumatera Utara
77
Pengungkapan kecemasan yang dilakukan oleh Adipati Anom tersebut merupakan bentuk mekanisme pertahanan ego yang dialami dirinya sebagai pengganti Adipati Sepuh dan suara
gamelan yang tidak dapat ditemukan sebagai asal kecemasannya. Selain itu, seiring dengan ancaman suara gamelan yang masih mengusik pikiran dan pendengaran Adipati, seluruh
warga dilarang dan akan dihukum apabila memainkan gamelan. Mereka mencari sumber suara gamelan dan tembang palaran. Tapi mereka hanya
menangkap udara hampa dan wajah-wajah kosong yang dililit ketakutan. Beberapa pembuat gamelan juga dikorek tuntas. Begitu pula para priagung yang menyimpan
gamelan di pendoponya. Gamelan-gamelan itu disita atas keamanan Kadipaten. Kemudian diikuti keluarnya keputusan: siapapun dilarang keras menabuh gamelan
dan mengalunkan tembang palaran. Jika melanggar, hukuman gantung sanksinya ST, 2000; 16.
Seluruh warga Kadipaten Padas Lintang menjadi korban dari displacement Adipati Anom. Mekanisme pertahanan ego tersebut menjadi upaya yang digunakan oleh individu
untuk mengurangi kecemasan yang mengancam individu tersebut. Mekanisme pertahanan- pertahanan ego tersebut berfungsi untuk mengurangi kecemasan yang dialami Adipati,
walaupun hanya sementara terlepas dari penyaluran dan penggunaan energi psikis Adipati Anom itu sendiri.
5.4.3 Sepasang Mata yang Hilang