8
2.2 Landasan Teori
Dalam karya ilmiah ini, penulis menggunakan teori psikologi sastra. Endraswara 2008:96 mengatakan bahwa “Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya
sebagai aktifitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan
aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama maupun prosa”. Lebih lanjut Ratna 2004:350 mengatakan “Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada
aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian, dapat diungkapkan gejala-gejala psikologis tokoh, baik yang tersembunyi atau sengaja
disembunyikan pengarang”. Uraian-uraian tersebut di atas menjelaskan bahwa psikologi sastra merupakan sebuah teori yang berusaha menemukan aktifitas serta aspek kejiwaan
tokoh dalam sebuah karya sastra. Roekhan dalam Endraswara, 2008:97 mengatakan bahwa “ Pada dasarnya, psikologi
sastra akan ditopang oleh tiga pendekatan yaitu 1 pendekatan tekstual, 2 pendekatan reseptif-pragmatik, 3 pendekatan ekspresif”. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan yang pertama yaitu pendekatan tekstual. Pendekatan tekstual yang dimaksud yaitu mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Demikian pula halnya dalam karya
ilmiah ini yaitu sebuah kumpulan cerpen yang keseluruhan ceritanya membahas atau mengungkapkan bagaimana ketakutan atau kecemasan yang dialami oleh tokoh-tokohnya
dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan jiwa tokoh mengalami pergolakan yang diakibatkan oleh kekuatan kekuasaan politik yang terjadi pada situasi zaman yang diuraikan dalam
cerita-cerita tersebut. Berdasarkan pergolakan hidup yang dialami tokoh, perlu adanya pendalaman akan unsur-unsur intrinsik sebagai pembangun dari karya sastra tersebut.
Analisis struktural diperlukan sebagai bahan kajian untuk membuat analisis lebih lanjut. Dari analisis tersebut, akan diketahui secara rinci deskripsi unsur-unsur pembangun suatu karya
Universitas Sumatera Utara
9
sastra yang akan mempermudah dalam pembuatan analisis selanjutnya. Langkah
dalam menganalisis struktural adalah a mengidentifikasi unsur- unsur intrinsik yang membangun
karya sastra secara lengkap dan jelas, mana tema dan mana yang tokohnya, b mengkaji unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga diketahui tema, alur, penokohan, latar dalam
sebuah karya sastra, c menghubungkan masing-masing unsur sehingga memperoleh kepaduan makna menyeluruh dari sebuah karya sastra Nurgiyantoro, 1998: 37.
Dalam menganalisis secara struktural, penelitian ini hanya membatasi pada tema, tokoh, dan latar atau setting yang ada dalam cerpen-cerpen yang dipilih terkait dengan
persoalan yang diangkat yaitu dinamika kepribadian tokoh utama dari tinjauan psikologi sastra. Oleh karena itu, tujuan analisis adalah membongkar dan memaparkan secermat,
seteliti, semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh Teeuw, 1984:135.
Analisis akan dilakukan dengan penerapan teori-teori psikologi khususnya psikoanalisa Sigmund Freud dalam kumpulan cerpen tersebut. Sigmund Freud dianggap
sebagai pencetus psikologi sastra, ia menciptakan teori psikoanalisa yang membuka wacana penelitian psikologi sastra. Freud dalam Koswara, 1991:36 mengemukakan bahwa
“Manusia mempunyai daya pendorong untuk melakukan berbagai hal dengan menggunakan energi. Energi ada dua yaitu energi fisik dan energi psikis. Energi fisik adalah energi yang
dipakai untuk kekuatan fisik, sedangkan energi psikis adalah energi yang digunakan untuk kekuatan psikologis”.
Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ke tingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber
perilaku yang tidak normal dari pasiennya dalam Walgito, 2002:61. Demikian pula dalam dinamika kepribadian, Freud menjelaskan tentang adanya tenaga pendorong cathexis dan
tenaga penekanan anti–cathexis. Kateksis adalah pemakaian energi psikis yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
10
oleh id untuk suatu objek tertentu untuk memuaskan suatu naluri, sedangkan anti-kateksis adalah penggunaan energi psikis yang berasal dari id untuk menekan atau mencegah agar id
tidak memunculkan naluri–naluri yang tidak bijaksana dan destruktif. Id hanya memiliki kateksis, sedangkan ego dan superego memiliki anti-kateksis, namun ego dan superego juga
bisa membentuk kateksis-objek yang baru sebagai pengalihan pemuasan kebutuhan secara tidak langsung, masih berkaitan dengan asosiasi–asosiasi objek pemuasan kebutuhan yang
diinginkan oleh id. Hal ini dipertegas kembali oleh Koswara 1991:37 bahwa pengerahan dan pengalihan energi psikis dari satu objek ke objek lain ini merupakan gambaran dari
dinamika kepribadian dalam teori Freud, yang sekaligus menunjukkan plastisitas dari tingkah laku manusia. Oleh karena itu lingkungan merupakan bagian yang sangat mempengaruhi
kehidupan manusia. Dalam kumpulan cerpen ST terdapat sejumlah peristiwa-peristiwa mengancam yang
dialami manusia di lingkungannya. Lingkungan tempat orang hidup tersebut memang kadang kala bisa mengancam dan membahayakan. Dalam menghadapi ancaman biasanya orang
merasa takut, karena kewalahan menghadapi stimulasi berlebihan yang tidak berhasil dikendalikan oleh ego, maka ego diliputi kecemasan. Freud dalam Koswara, 1991:45
membedakan kecemasan menjadi tiga, yaitu kecemasan realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral atau perasaan bersalah. Fungsi kecemasan adalah memperingatkan individu
tentang adanya bahaya. Ketika timbul kecemasan, maka ia akan memotivasi individu untuk melakukan sesuatu. Kecemasan adalah suatu konsep terpenting dalam psikoanalisa dan juga
memainkan peranan yang penting, baik dalam perkembangan kepribadian maupun dinamika kepribadian.
2.3 Tinjauan Pustaka