Palaran a. Kekuasaan Wondo 1. Tegar

42 Kota kami dicekam ketakutan. Tidak hanya kematian yang kami takuti. Tapi kekhawatiran kehilangan hati. Bagaimana mungkin kami hidup tanpa hati? ST, 2000; 3. Peristiwa yang dialami warga dalam cerpen ini menjadi kecemasan yang sangat mendalam. Wajah kekhawatiran tidak dapat terelak dari setiap individu dan merasa terancam akan situasi sosial yang terjadi di lingkungan mereka. Kecemasan realitas dapat terjadi pada situasi dan status sosial apapun di dalam suatu lingkungan masyarakat.

4.3.2 Palaran a. Kekuasaan

Kekuasaan merupakan kemampuan atau kesanggupan yang dimilki seseorang dalam menentukan sesuatu. Kekuasaan yang dimiliki seseorang biasanya akan memberi pengaruh besar terhadap suatu keputusan. Dalam cerpen Palaran, perebutan kekuasaan yang terjadi antara Adipati Anom dan Adipati Sepuh merupakan masa lalu yang member dampak psikis yang tidak baik. Tekanan psikis ini dialami oleh Adipati Anom. Adipati merasa dilucuti oleh peristiwa puluhan tahun yang mengingatkannya pada perebutan kekuasaan. Adipati Sepuh yang menjadi lawan perangnya, dianggap tidak bisa memimpin kadipaten dengan baik. Tembang palaran yang dimainkan warga kadipaten, yang dulu dijadikan pemicu perang, seakan-akan membongkar kembali masa lalu dan membuat Adipati Anom merasa tertekan. Keadaan yang dialami Adipati tersebut membuat keder seluruh warga, karena melarang warga memainkan gamelan, yang menjadi mata pencaharian warga itu sendiri. Adipati terus cemas dan dibayang-bayangi oleh peristiwa perebutan kekuasaan tersebut. Tingkah laku Adipati menjadi sulit dipahami. Beliau sangat terganggu dengan tembang palaran yang dimainkan dengan gamelan. Kemudian akhirnya ia tidak dapat mengendalikan ketakutan dan kecemasan dalam dirinya, sehingga ia melukai dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan kutpan berikut. Universitas Sumatera Utara 43 Suara gamelan itu mengingatkan dirinya akan peristiwa puluhan tahun yang lalu, ketika ia dengan wajah gagah berani mengalunkan tembang palaran untuk menantang Adipati Sepuh yang dinilainya tak becus memimpin Kadipaten Padas Lintang ST, 2000; 15. Seluruh warga Kadipaten keder. Gamelan menjadi benda haram. Tembang palaran menjadi hal yang tabu untuk dilantunkan. Keadaan yang terkendali oleh ancaman perang itu membuat hati Adipati Anom sedikit lega dan tenang ST, 2000; 16. Selain itu, kekuasaan dalam cerita ini juga menjadi suatu keputusan yang sangat berpengaruh dan tidak dapat diganggu gugat. Kekuasaan menjadi senjata bagi penguasanya untuk mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat sebagai bentuk kepatuhan.

4.3.3 Sepasang Mata yang Hilang a. Ketidakberdayaan