Kota Kami Dicekam Ketakutan

49 yang ditujukan kepada perusakan atau penghancuran atas apa yang telah ada organisme atau individu itu sendiri Freud dalam Koswara, 1991:38-39. Berdasarkan naluri kehidupan dan naluri kematian yang diuraikan oleh Freud tersebut, naluri-naluri yang dimiliki setiap tokoh utama dalam cerpen-cerpen Sang Terdakwa akan dapat diuraikan berdasarkan peristiwa- peristiwa kehidupan yang dialami. Dalam hal ini, naluri bersifat konservatif yang bertujuan untuk mengembalikan seseorang kepada keadaan tenang yang ada sebelum terjadi kegoncangan disebabkan proses penegangan. Hasil dari proses naluri tersebut akan mendeskripsikan energi-energi yang dimiliki tokoh berdasarkan dinamika kepribadian dalam kehidupan lingkungan sekitarnya. Dalam kumpulan cerpen Sang Terdakwa, naluri-naluri yang dialami oleh tokoh utamanya adalah sebagai berikut.

5.1.1 Kota Kami Dicekam Ketakutan

Cerpen Kota Kami Dicekam Ketakutan memiliki beberapa persoalan hidup yang dialami oleh masyarakat yang tinggal di daerah mayoritas dengan mata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Berdasarkan beberapa persoalan hidup yang dialami tersebut seperti kecemasan dalam ketenteraman hidup, masyarakat mengalami tekanan secara psikis. Masyarakat merasa cemas dengan keadaan kota mereka yang mengancam dan mengkhawatirkan setiap gerak-gerik yang dilakukan setiap hari. Naluri kehidupan yang ada dalam cerpen ini adalah kecemasan yang membutuhkan kedamaian dalam hal kenyamanan batin dalam menjalani hidup sehari-hari. Masyarakat ketakutan dengan peristiwa yang dialami beberapa tetangga mereka yang mendadak kehilangan nyawanya. Hidup mereka dibayangi oleh kematian yang tidak diketahui seluk beluknya. Beberapa kutipan yang dapat menggambarkan naluri-naluri kehidupan yang dialami oleh masyarakat. Ketenteraman itu sekarang terasa hilang dari genggaman kami dan berganti mimpi buruk yang begitu leluasa menindih hati kami. Seluruh warga kota kami sangsi, apakah kami masih hidup atau sudah mati. kami sering berkelakar dan mencoba meyakinkan diri bahwa daya hidup masih kami miliki. Universitas Sumatera Utara 50 Kami tertawa keras-keras. Sangat keras. Tapi kami pun mendadak menangis, ketika kesangsian atas hidup kami muncul kembali. Hidup dan mati timbul tenggelam memainkan perasaan kami ST, 2000; 2. Ketegangan yang dialami oleh masyarakat semakin meningkat oleh karena semakin banyak pula korban yang mati mendadak dengan kondisi yang tidak baik. Naluri akan rasa cemas yang mereka alami menuntut sekitar untuk memberikan perlindungan dan saling berjaga-jaga satu sama lain. Berdasarkan naluri tersebut, masyarakat ingin mendapatkan ketenangan dan mencoba untuk melawan secara langsung. Namun ketidakberdayaan mereka tergambar dari naluri kematian yang mereka alami seperti menghancurkan orang lain sebagai proses pertahanan diri. …“Melawan berarti setor mayat. Setor hati. Semakin dilawan mereka semakin senang, karena ada alasan untuk membunuh. Mereka punya pasukan lengkap. Mereka sangat terlatih…” ujar Lolong. “Lebih baik melawan daripada mati konyol” seru Brazak ST, 2000; 4. Berdasarkan kutipan tersebut terlihat bahwa kecemasan yang dialami oleh masyarakat merupakan bagian naluri kematian sebagai bentuk dorongan dari dalam diri manusia yang terjadi akibat energi psikis.

5.1.2 Palaran