61
menghadapi burung-burung. Ia bingung dengan tindakan yang harus dilakukan dalam menghadapi ancaman burung-burung. Berdasarkan ancaman kekhawatiran akan serangan
burung-burung tersebut, penyaluran dan penggunaan energi psikis pada kepribadiannnya berusaha bertahan dengan sistem kepribadiannya. Penyaluran dan penggunaan energi tersebut
dapat diperhatikan dari kutipan berikut. DARI mana burung-burung itu? Siapa yang mengirimkannya untukku? Ia dibalut
spiral pertanyaan yang tak kunjung mampu di jawab. Ia mengutuk burung-burung yang tak manusiawi itu. Amarahnya yang menggumpal menjelma tenaga yang
mendorong ia bangkit dan keluar rumah. Ia muntahkan peluru itu di pepohonan, atap rumah dan semak-semak ST, 2000; 52.
Tindakan Gerusta tersebut merupakan bentuk pertahanan sistem energi psikisnya yang dapat mengurangi tegangan akan burung-burung yang menyerang.
…Dari rongga mulut itu ia merasakan ada yang bergerak. Ada gumpalan bulu yang menyentuh langit-langit mulutnya. Gerusta mau muntah. Tapi tak bisa. Berjejal-jejal
burung keluar dari mulutnya. Mereka menyergap Gerusta. Sempoyongan Gerusta melangkah, meraih senapan dan mengokangnya. Telunjuk Gerusta gemetaran menarik
picu senapan yang diarahkan ke mulutnya ST, 2000; 57.
Sistem pertahanan ego dalam kepribadian Gerusta tidak mampu mengendalikan energi psikisnya yang begitu besar berpihak pada id. Gerusta menembak mulutnya sendiri akibat
dari tekanan atau stimulus internal Gerusta yang semakin meningkat. Hal ini merupakan dorongan dari kebutuhan internal tubuhnya untuk terhindar dari ancaman yang menyerang.
Ego dan antikateksis tubuh Gerusta tidak cukup kuat dalam mendapatkan energi, sehingga penyaluran dan penggunaan energi psikis yang diharapkan menuju pada proses moral
menjadi tidak tercapai.
5.2.5 Anoman Ringsek
Penyaluran energi psikis dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Wondo sebagai tokoh utama merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dirinya yang
mendesak. Sistem kepribadian id, ego, dan superego Wondo, berusaha untuk memperoleh
Universitas Sumatera Utara
62
energi psikis yang mendominasinya secara keseluruhan. Ego sebagai pengendali serta penghambat bagi dorongan-dorongan primitif id harus mampu mempertahankan integrasi
yang baik antara ketiga sistem kepribadian tersebut. Tekanan yang dimunculkan akibat kondisi lingkungan sosial, menjadi pendorong utama bagi ego untuk menyeimbangkan
seluruh aspek penting kepribadian agar tidak terjadi tindakan amoral. Namun energi yang lebih dominan akan lebih kuat pula dalam menguasai perilaku seseorang.
Wondo bekerja sebagai wayang dengan penghasilan yang kurang. Wondo merasa bosan dengan kondisi perekonomian keluarganya yang pas-pasan bahkan sampai hutang. Ia
ingin mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang lebih banyak dengan tingkat pendidikan yang pas-pasan. Keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi, sehingga Wondo
mengalami tekanan psikis yang membawanya dalam keadaan kurang baik. Kebutuhan- kebutuhan hidup Wondo tidak dapat terpenuhi dan menunjukkan bahwa proses
metabolismenya semakin tidak teratur. Penyaluran dan penggunaan energi psikis dari Wondo dapat diperhatikan pada kutipan berikut.
…“Saya pengin jadi uwong. Jadi manusia. Mosok dari dulu gini terus. Yoto saja yang Cuma penari ajaran, sudah bisa hidup enak sejak jadi main Ramayana di hotel ST,
2000; 111. Wondo tak terpengaruh impian yang ditiupkan Jaiman. Niatnya untuk keluar dari
tobong terus berdetak dalam dirinya. Tapi bagai benang kusut, ia tak pernah mampu menemukan lubang jarum untuk bisa menjahit nasibnya yang koyak moyak. Wondo
terus jadi Anoman, meskipun jiwanya sumpek dan nasibnya ringsek. ST, 2000; 112
Individu didorong untuk mampu membedakan antara dunia dalam pikiran dan dunia luar atau kenyataan. Artinya, dalam hal ini Wondo harus belajar membedakan antara pikiran atau
bayangan tentang suatu keadaan yang tidak akan bisa hadir dalam kenyataan. Keinginan untuk mendapat penghasilan yang lebih inilah yang menjadi kebutuhan Wondo sebagai
individu. Kemudian apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi, maka akan muncul energi-energi psikis pada individu yang berusaha mendapatkan kebutuhan tersebut
melalui id, ego dan superego.
Universitas Sumatera Utara
63
Mendadak Surti dikejutkan dengan suara orang berkelahi dari kamar Wondo. Suara gedebag-gedebug itu semakin keras.
…Wondo meloncat. Menari persis Anoman. Dari gerakan-gerakannya ia seperti sedang berkelahi. Tapi siapa yang dilawan? Pikir Surti. ST, 2000; 113
…Wondo terkapar. Darah segar mengalir dari hidung, mulut dan telinganya. Deras. Surti menjerit. Lemas dan pingsan ST, 2000; 114.
Ketidakmampuan Wondo dalam memenuhi keinginannya untuk hidup lebih maju membuat antikateksis yaitu ego dan superego yang ada pada dirinya mendapat energy yang lemah.
Energi id menjadi lebih dominan sehingga cara Wondo dalam memenuhi keinginannya menjadi salah. Tekanan psikis yang dialami Wondo menghasilkan kesedihan bagi
keluarganya. Kekuatan pencegahan oleh antikateksis tidak mampu mempertahankan energi psikis Wondo ke arah yang diinginkan.
5.3 Kecemasan