44
Namun ketidakberdayaan yang dialami oleh tokoh tersebut semakin mencemaskan kehidupannya sendiri. Rasa aman sebagai haknya tidak lagi didapat oleh karena kritikan yang
dianggap tidak masuk akal. Rentenir, orang-orang yang tamak dan berperilaku kurang baik dalam kehidupan sehari-hari, dianggap sebagai sesuatu yang lazim, tetapi ketika dikritik,
langsung menimbulkan pertentangan. Dalam hal ini, yang kuat kekuasaan akan menang. Ketidakberdayaan tersebut terlihat dari tokoh utama yang harus kehilangan sepasang mata.
Ketidakberdayaan yang dialami tokoh menimbulkan kecemasan yang luar biasa, sehingga tekanan psikis menjadi beban utama.
Bayangan ia diseret ke rumah sakit menghantui dirinya. Bayangan itu meronta-ronta mengganggu tidurnya. Bayangan ia disakiiti menteror dirinya. Menggema teriakan-
teriakan dalam gelap. Teriakan yang meledak saat Kamil ketakutan dicincang-cincang orang banyak. Orang yang sakit hati karena wajah mereka dianggap seperti binatang
buas dan menjijikkan. Tapi teriakan itu hanya Kamil yang mampu mendengarkan ST, 2000; 24.
KAMIL melesat. Dua sosok itu terus mengejar. Sial bagi Kamil, nafasnya tak mampu diulur lagi. Kamil jatuh. Dua sosok itu menubruk tubuh Kamil. Kamil mencoba
meronta. Tapi tangan-tangan yang kukuh dan berbulu itu terlalu kuat untuk membungkam mulutnya. Tiba-tiba muncul kelebatan tangan. Kemudian dirasakan ada
benda tajam menghujam kedua matanya. Perih. Sangat perih. Sakit. Sangat sakit. Darah mengucur. Deras. Sangat deras. Baju Kamil basah. Malam makin gelap ST,
2000; 25.
Ketidakberdayaan tersebutlah yang menjadi pergolakan hidup yang sering dialami “wong cilik”. Ketakutan menjadi persoalan hidup yang mereka alami atas sikap dan perilaku orang-
orang yang memiliki kekuatan kekuasaan dan membuat sekitarnya yang “lemah” menjadi tersingkirkan dan tidak berdaya.
4.3.4 Burung-burung yang Menyergap a. Kekuatan Orasi
Dalam KBBI, orasi diartikan sebagai pidato atau khotbah. Sebuah orasi biasanya dilakukan oleh orang-orang yang dianggap sudah biasa dan ahli dalam hal menyampaikan
Universitas Sumatera Utara
45
kata-kata. Orang yang ahli dalam berpidato tersebut disebut sebagai orator. Orasi juga disampaikan pada peristiwa-peristiwa atau acara-acara penting tertentu, guna menyampaikan
suatu pesan kepada khalayak ramai. Kekuatan orasi dalam suatu peristiwa sangat berpengaruh bagi pendengarnya, karena bersifat memengaruhi sekitarnya.
Dalam cerpen Burung-burung yang Menyergap ini terdapat seorang tokoh yaitu Gerusta yang kesehariannya menjadi seorang orator. Bentuk-bentuk orasi yang biasa dia
lakukan adalah memberikan pembekalan dan pemantapan kepada kader-kadernya. Gerusta sangat pintar menggunakan kata-kata dalam hal memengaruhi masyarakat. Tujuannya yang
jelas adalah untuk menciptakan suatu citra positif terhadap dirinya atau kepentingannya pribadi. Masyarakat disuguhkan dengan orasi yang berisi harapan dan janji yang memang
diinginkan oleh mereka. Namun seiring dengan waktu, Gerusta menjadi tertekan secara psikis karena merasa dikuasai oleh kata-kata. Dia dikejar-kejar oleh bayangan burung-burung yang
siap menyergapnya dan membuat dia menjadi berjaga-jaga setiap waktu. Keadaan tersebut menjadi kendala bagi orasi yang diberikannya. Gerusta merasa tidak
yakin dan percaya diri lagi untuk tampil dihadapan umum untuk menyampaikan orasinya. Dia yang biasanya dapat menguasai keadaan umum, tetapi mendadak khawatir dengan dunia
luar dan memilih untuk tidak lagi berpidato. Dalam situasi sosial ini, Gerusta dihadapkan kepada ekspektasi masyarakat “wong cilik” sebagai orang yang dianggap mampu memberi
kesejahteraan. Masyarakat hidup dengan kondisi sosial dengan kekuatan kekuasaan politik pada zamannya, yaitu yang mempunyai kekuasaan adalah yang menang.
Kekuatan orasi yang disampaikan oleh orang penting partai dianggap memberi kesejahteraan bagi masyarakatnya. Masyarakat dengan status sosial menengah ke bawah
menjadi sasaran pihak tertentu untuk memanfaatkan “suara rakyat” sebagai dukungan untuk kepentingan-kepentingan.
GERUSTA lekat-lekat menatap foto-foto dirinya yang ada dalam album. Album itu berubah menjadi kolam kaca yang memantulkan dirinya yang begitu gagah, elegan
Universitas Sumatera Utara
46
ketika tampil berpidato dengan ratusan bahkan jutaan massa. Massa kadernya mengelu-elukan sambil mengangkat panji-panji dan bendera-bendera, begitu ia
berjanji akan memperjuangkan kesejahteraan hidup mereka ST, 2000; 54.
Kekuatan orasi dengan kata-kata bijak dan menguasai masyarakat menjadi senjata makan tuan bagi Gerusta. Kata-kata seolah-olah menjelma menjadi burung-burung yang selalu
mengintai dan siap menyerangnya kembali. Bayangan burung-burung tersebut menimbulkan tekanan psikis sebagai bentuk kekuatan kata-kata yang sebenarnya tidak hanya disampaikan
atau diucapkan, tetapi direalisasikan bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.
4.3.5 Anoman Ringsek a. Status Sosial