Sepasang Mata yang Hilang a. Ketidakberdayaan

43 Suara gamelan itu mengingatkan dirinya akan peristiwa puluhan tahun yang lalu, ketika ia dengan wajah gagah berani mengalunkan tembang palaran untuk menantang Adipati Sepuh yang dinilainya tak becus memimpin Kadipaten Padas Lintang ST, 2000; 15. Seluruh warga Kadipaten keder. Gamelan menjadi benda haram. Tembang palaran menjadi hal yang tabu untuk dilantunkan. Keadaan yang terkendali oleh ancaman perang itu membuat hati Adipati Anom sedikit lega dan tenang ST, 2000; 16. Selain itu, kekuasaan dalam cerita ini juga menjadi suatu keputusan yang sangat berpengaruh dan tidak dapat diganggu gugat. Kekuasaan menjadi senjata bagi penguasanya untuk mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat sebagai bentuk kepatuhan.

4.3.3 Sepasang Mata yang Hilang a. Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan merupakan suatu keadaan yang dialami oleh seseorang dalam menghadapi masalah. Dalam hal ini, masalah dalam sosial masyarakat sarat dengan keadaan status sosial yang dimiliki oleh seseorang. Alasan ini biasanya akan menimbulkan kesenjangan sosial diantara beberapa masyarakat. Ketidakberdayaan sering sekali menjadi faktor kecemasan dalam kadang bertentangan dengan regulasi diri yang dimilikinya. Dalam cerpen Sepasang Mata yang Hilang, ketidakberdayaan terjadi pada pihak yang lemah atau masyarakat dalam kategori “wong cilik”. Situasi sosial masyarakat dalam rangkaian cerita ini menggambarkan keadaan masyarakat pada zaman kritik. Artinya, setiap orang berhak mengeluarkan argumen, namun tidak sepenuhnya dapat diterima baik dan dipahami secara bernilai. Dalam cerpen ini, ketidakberdayaan dialami oleh salah satu warga yang merasa ada kejanggalan dalam lingkungan hidup sehari-harinya. Namun orang-orang sekitar dan bahkan terdekat sekalipun terkadang tidak dapat memahami ketidakberdayaan tersebut. Mereka merasa dihina. Mereka marah. Mereka kalap. Ingin merobek mata dan mulut Kamil. Mulut yang dengan enteng meneriakkan wajah mereka seperti babi, tapir, buaya, ular piton, dan macan. Untung Kamil tak ada di rumah. … sejak kejadian itu Kamil tak boleh keluar rumah. Ia disekap dalam kamar. Ia boleh keluar hanya untuk ke kamar kecil atau mengambil makanan. Itu pun dengan syarat mata Kamil harus ditutup. Semula Kamil protes dengan tindakan ayahnya itu. “Apa salah saya? Apa salah kedua mata saya?” ST, 2000; 22. Universitas Sumatera Utara 44 Namun ketidakberdayaan yang dialami oleh tokoh tersebut semakin mencemaskan kehidupannya sendiri. Rasa aman sebagai haknya tidak lagi didapat oleh karena kritikan yang dianggap tidak masuk akal. Rentenir, orang-orang yang tamak dan berperilaku kurang baik dalam kehidupan sehari-hari, dianggap sebagai sesuatu yang lazim, tetapi ketika dikritik, langsung menimbulkan pertentangan. Dalam hal ini, yang kuat kekuasaan akan menang. Ketidakberdayaan tersebut terlihat dari tokoh utama yang harus kehilangan sepasang mata. Ketidakberdayaan yang dialami tokoh menimbulkan kecemasan yang luar biasa, sehingga tekanan psikis menjadi beban utama. Bayangan ia diseret ke rumah sakit menghantui dirinya. Bayangan itu meronta-ronta mengganggu tidurnya. Bayangan ia disakiiti menteror dirinya. Menggema teriakan- teriakan dalam gelap. Teriakan yang meledak saat Kamil ketakutan dicincang-cincang orang banyak. Orang yang sakit hati karena wajah mereka dianggap seperti binatang buas dan menjijikkan. Tapi teriakan itu hanya Kamil yang mampu mendengarkan ST, 2000; 24. KAMIL melesat. Dua sosok itu terus mengejar. Sial bagi Kamil, nafasnya tak mampu diulur lagi. Kamil jatuh. Dua sosok itu menubruk tubuh Kamil. Kamil mencoba meronta. Tapi tangan-tangan yang kukuh dan berbulu itu terlalu kuat untuk membungkam mulutnya. Tiba-tiba muncul kelebatan tangan. Kemudian dirasakan ada benda tajam menghujam kedua matanya. Perih. Sangat perih. Sakit. Sangat sakit. Darah mengucur. Deras. Sangat deras. Baju Kamil basah. Malam makin gelap ST, 2000; 25. Ketidakberdayaan tersebutlah yang menjadi pergolakan hidup yang sering dialami “wong cilik”. Ketakutan menjadi persoalan hidup yang mereka alami atas sikap dan perilaku orang- orang yang memiliki kekuatan kekuasaan dan membuat sekitarnya yang “lemah” menjadi tersingkirkan dan tidak berdaya.

4.3.4 Burung-burung yang Menyergap a. Kekuatan Orasi