Tahap Perencanaan Program Participatory Communication In Empowerment Program of Women Headed Household (A Case Study of Desa Dayah Tanoh, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie, Aceh Province)
Tabel 11 Matriks komunikasi partisipatif pada tahap pelaksanaan program Kegiatan
Isi pesan Bentuk komunikasi
Partisipan yang
berperan Akses
Cara berkomunikasi
1. Pertemuan rutin
anggota, membahas tentang:
a. Materi
pengemban gan diri
anggota
b. Laporan
kegiatan simpan
pinjam kelompok
Informasi mengenai
hukum, politik,
ekonomi, dan kesehatan
perempuan Informasi
mengenai kegiatan
simpan pinjam kelompok
Semua anggota
diundang dan tidak semua
dapat hadir Semua
anggota dapat
meminjam dan
mengembali kan dana
Monolog dan dialog
Dialog PL, pakar,
semua anggota
yang hadir kecuali yang
berusia lanjut. Yang
sering tidak hadir adalah
Ibu NC, BR, Hmm
PL, bendahara
dan semua anggota
kecuali anggota
yang sudah berumur
lanjut
2. Usaha produktif
dan pendampingan usaha
Informasi mengenai
perkembangan usaha
Semua anggota
dapat memperoleh
dana BLM untuk modal
usaha produktif
Dialog PL dan
semua anggota
kecuali anggota
yang sudah berumur
lanjut
Semua informan menyatakan selalu berusaha untuk mengikuti pertemuan meskipun kadang sulit membagi waktu antara pekerjaan dengan jadwal pertemuan.
Anggota yang berprofesi sebagai petani lebih mudah membagi waktu antara pekerjaan dengan pertemuan karena tempat kerja lahan sawah mereka masih
berada di sekitar desa, sedangkan anggota yang berdagang ke luar desa pasar kecamatan sedikit sulit dalam membagi waktu sehingga mereka sering telat
menghadiri pertemuan. Ini seperti diungkapkan Ibu NC yang sehari-hari berjualan kue di Pasar Kota Beureunun berikut ini:
“Saya selalu berusaha untuk ikut pertemuan rutin ya, saya rencanakan cepat pulang tapi kadang-kadang mau cepat pulang tapi dagangan
belum habis, ya jadinya telat lagi. Tapi walaupun terlambat saya tetap datang ke pertemuan itu, yang penting saya ikut. Mau gimana lagi
kan, jualan juga penting, pertemuan juga penting. NC
” Hal yang sama juga terjadi pada anggota yang memiliki suami sakit-
sakitanatau yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak lebih dari lima orang. Mereka sering tidak dapat mengikuti pertemuan karena tidak dizinkan
keluar rumah oleh suaminya atau tidak dapat membagi waktu antara pertemuan dengan mengurus anak. Seperti yang diungkap Ibu BR yang memiliki suami sakit-
sakitan:
“Pertemuan bulanan saya selalu berusaha untuk ikut ya. Tapi kan saya jualan di pasar, kadang-kadang udah bisa pulang cepat eh sampe
rumah harus ngurus suami ya, kan suami saya sedang sakit jadi saya harus ngurusin dia seperti anak kecil, suapin makan, kasih minum
obat. Kadang-kadang juga gak kasih saya pergi, katanya udah pergi dari pagi, sekarang gak usah pergi lagi. Ya jadinya saya gak ikut
rapat. Tapi kadang-kadang dia malah suruh saya ikut rapat, biar gak ketinggalan informasi katanya. Ya gitu lah buk. BR
” Ibu Hmm yang memiliki tanggungan lebih dari lima mengungkapkan:
“Saya agak susah bagi waktu untuk ikut pertemuan, kerja di sawah, ngurus anak yang lumayan rame. Jadi saya sering telat atau gak ikut
pertemuan bulanan tapi saya selalu bertanya ke anggota lain mengenai informasi yang disampaikan sehingga saya tidak
ketinggalan informasi.
Hmm” Pertemuan rutin adalah aktivitas yang sangat penting bagi anggota, karena
pertemuan tersebut merupakan kesempatan mereka untuk saling bertemu, berdiskusi dan berbagi informasi baik dengan sesama anggota maupun dengan PL. Biasanya
pertemuan difasilitasi oleh PL, tetapi jika PL berhalangan pertemuan difasilitasi oleh ketua kelompok. Selain membahas materi untuk pengembangan diri anggota,
pertemuan tersebut juga diisi dengan laporan keuangan oleh bendahara dan kegiatan penyetoran uang pinjaman baik pinjaman dari kas kelompok maupun dana BLM.
“Pertemuan rutin kelompok setiap bulan dulu selalu difasilitasi oleh PL, biasanya PL kasih materi kemudian kita diskusi bersama. Kita
juga dibiasakan oleh PL untuk berbicara jadi setiap orang itu disuruh menyampaikan keluh kesahnya selama sebulan belakang terutama
tentang usahanya, apa ada kendala, masalah. Biasanya juga ada kegiatan setoran uang pinjaman. Tapi sekarang walaupun PL gak
hadir kami tetap buat pertemuan. AA
”
Pertemuan biasanya diawali dengan memberi kesempatan kepada anggota untuk menyampaikan perkembangan usahanya selama sebulan berjalan. Jika ada masalah
yang dihadapi akan didiskusikan bersama mencari solusi. Setelah itu, kegiatan diakhiri dengan penyampaian laporan keuangan oleh bendahara dan penyetoran
pinjaman jika ada anggota yang ingin menyetor. Kutipan wawancara dengan Ibu FJ selaku PL saat ini:
“Pertemuan bulanan itu biasanya kita isi dengan diskusi materi, misalnya materi tentang cara simpan pinjam atau materi lainnya yang
udah kita sepakati bersama pada rapat bulan lalu, kemudian tiap peserta harus menyampaikan keluh kesahnya mengenai usahanya, kita
sama-sama diskusi kalau ada masalah kita cari jalan keluar bersama. Di sini saya kasih kesempatan semua anggota untuk bicara, gak ada
yang mendominasi semua saling menghormati. Kita selalu berdialog dan diskusi bersama. Dan anggota pun jadi senang dan mau berbicara
menyampaikan pendapatnya. FJ
” Pendapat yang senada juga disampaikan Ibu Rh:
“Dalam pertemuan rutin itu kita sama-sama belajar dengan PL, kita dikasih kesempatan untuk bicara menyampaikan permasalahan kita
masing-masing kalau ada masalah kita diskusi bersama. PL gak pernah memaksakan kita untuk ikut keputusan dia, dia serahkan semua
ke kita. Jadi kami senang dengan sikap PL itu, kita diperlakukan sama, cara ngomong dan menyampaikan materi ke kita juga enak, kita bisa
langsung tanya dan diskusi kalau gak ngerti. Rh
” Dalam kegiatan pertemuan rutin, semua anggota diberikan kesempatan dan
akses yang sama dalam menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan. Setiap anggota juga mendapat perlakuan yang setara dan saling menghormati dalam
menyampaikan pendapat. Posisi tempat duduk antara anggota dan PL juga memberikan kontribusi partisipasi aktif peserta dalam menyampaikan pendapat
karena tidak ada penghalang sehingga secara fisik mereka tatap muka saling berhadapan.
Partisipasi anggota kelompok pada tahap pelaksanaan juga bisa dilihat pada kegiatan simpan pinjam kelompok, pencairan dan penyetoran dana BLM serta
pelaksanaan usaha produktif masing-masing anggota. Menurt bendahara kelompok, semua anggota kelompok pernah meminjam dana kepada kas kelompok, kecuali
anggota kelompok yang sudah berusia lanjut yang tidak pernah meminjam tetapi mereka tetap menyetor dana simpanan. Pencairan dana BLM juga telah dilakukan
oleh semua anggota kelompok, jumlah dana yang diberikan bervariasi ada yang sesuai dengan jumlah yang diusulkan dalam proposal, ada juga yang tidak sesuai.
Semua dana BLM digunakan untuk tambahan modal usaha mereka baik di bidang usahatani dan perdagangan.
Pengangsuran dana pinjaman kas kelompok dan dana BLM relatif lancar. Setiap anggota bisa menyetor kepada bendahara dalam jumlah yang tidak
ditentukan setiap saat. Setoran umumnya dilakukan setiap bulan dalam pertemuan rutin, tetapi jika ada yang mau menyetor setiap minggu juga akan dilayani. Jika ada
anggota yang memiliki tunggakan, biasanya bendahara berinisiatif membayar terlebih dahulu, namun dengan catatan anggota tersebut akan menggantikannya.
Walaupun telah memiliki kesadaran untuk membayar angsuran, setiap bulan sebelum pertemuan rutin, bendahara selalu mengingatkan anggota untuk
mempersiapkan dana anggsurannya.
“Semua anggota udah pernah minjam di kas kelompok, kecuali orang tua yang belum pernah minjam. Kalau BLM udah cair semua, mereka
udah pakai uang untuk usaha mereka masing-masing. Ya sekarang tinggal bayar setorannya. Biasanya setor tiap bulan tapi kalau mau
tiap minggu juga boleh. Kapan mereka ada uang boleh setor ke saya, ada lima puluh berapa yang ada. Saya selalu ingatkan ke mereka
untuk bayar tiap bulan jangan ada yang nunggak, kalau nunggak satu dua orang bisa saya tanggung dulu dan nanti diganti. NT
” Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwadalam tahap
pelaksanaan program semua anggota kelompok memiliki akses yang sama untuk mengikuti pertemuan, melakukan kegiatan simpan pinjam dan pencairan dana BLM
sebagai tambahan modal usaha produktif. Semua anggota diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, saran dan ikut serta dalam membuat keputusan
bersama. Dalam pelaksanaan program selalu mengkedepankan diskusi dan dialog antara sesama anggota maupun dengan PL jika ada masalah yang dihadapi. Dialog
menjadi media atau basis komunikasi dalam pertukaran informasi antara PL dengan anggota penerima manfaat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahim dalam White
2004 yang menyatakan bahwa esensi dialog adalah pengakuan recognition dan penghormatan respect untuk pembicaraan lain, suara lain sebagai subjek yang
mandiri autonomos subject, tidak hanya sebagai objek komunikasi.