Pengertian Komunikasi Participatory Communication In Empowerment Program of Women Headed Household (A Case Study of Desa Dayah Tanoh, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie, Aceh Province)
formal, membangun kerangka demokratis sebagai metode penting program partisipatif.
Rahim dalam White 2004 menyatakan bahwa penerapan komunikasi partisipatif melalui model dialogis menuntut adanya pengetahuan tentang
heteroglassia sosial dalam sistem pembangunan. Pengetahuan tentang informasi detail dan signifikan tentang kelompok sosial dan masyarakat serta hubungan
struktural yang mencakup aspek; ekonomi, sosial dan aktivitas budaya serta event- event yang merupakan pola kehidupan mereka yang normal; agen dan lembaga,
melalui mana mereka dapat mewakilkan sudut pandang dan nilai-nilai. Terutama informasi pada kelompok masyarakat yang sampai saat ini masih dalam kondisi
marjinal, ketidakberuntungan, terabaikan atau tertindas di bawah hegemoni sosial.
Penerapan komunikasi partisipatif dalam pengambilan keputusan dan pertukaran informasi dengan penekanan pada dialog dalam program pembangunan
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal yaitu karakteristik masyarakat sebagai sistem sosial dan heteroglassia sosial dalam usia,
pendidikan, status perkawinan, jumlah tanggungan, jenis pekerjaan, motivasi dan faktor lainnya Mefalopulos 2003. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh
dalam penerapan komunikasi partisipatif melalui dialog adalah peran pendamping sebagai agen eksternal Ife 1995 dan dukungan kelembagaan White 2004.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan komunikasi partisipatif dapat dipengaruhi oleh faktor individu, peran pendamping dan komponen
sosial budaya. Faktor individu terdiri dari umur, pendidikan, alokasi waktu yang dipengaruhi oleh sebab menjadi perempuan kepala keluarga, jumlah tanggungan
keluarga dan jenis pekerjaan, dan motivasi. Sedangkan komponen sosial budaya meliputi kelembagaan kemasyarakatannorma dan bahasa.
1 Umur
Secara kronologis umur dapat memberikan petunjuk untuk menentukan tingkat perkembangan individu Salkind 1985. Suprayitno 2011 menemukan umur
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam partisipasi pengelolaan hutan. Menurut Suardiman 2001 menyatakan umur bagi
seorang perempuan berperan dalam menghadapi kehidupan rumahtangganya, semakin tinggi usia seseorang akan diikuti oleh kedewasaan atau kematangan dalam
menghadapi suatu masalah.
Umur juga berhubungan dengan tingkat penerimaan auatu inovasi atau teknologi baru. Robbins dalam Manoppo 2009 mengatakan bahwa para pekerja
yang sudah berumur atau tua cenderung kurang luwes dan menolak teknologi baru. Selanjutnya dijelaskan bahwa umur juga berhubungan dengan produktivitas.
Produktivitas akan merosot dengan semakin bertambahnya umur seseorang. Keterampilan individu terutama menyangkut kecepatan, kecekatan, kekuatan dan
koordinasi menurun seiring berjalannya waktu dan kurangnya rangsangan intelektualitas, semua berkontribusi terhadap menurunnya produktivitas.