Data dan Metode Pengumpulan Data

5 GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 5.1.1 Kondisi Geografis Desa Dayah Tanoh secara administratif terletak di Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Jarak desa dengan kecamatan sejauh tiga kilometer, dengan kabupaten 15 kilometer dan dengan ibukota provinsi sekitar 112 kilometer. Untuk mencapai Desa Dayah Tanoh dari pusat kota kabupaten dapat ditempuh dengan menggunakan kenderaan pribadi dan tidak ada angkutan umum untuk menunju desa ini. Secara geografis Desa Dayah Tanoh berbatasan dengan beberapa wilayah:Sebelah Utara dengan Mesjid Jeurat Manyang, Sebelah Selatan dengan Jiem, Sebelah Timur dengan Sagoe Jeurat Manyang, dan Sebelah Barat dengan Beureueh II. Desa ini memiliki luas sekitar 100 hektar dengan topografi dataran rendah. Suhu rata-rata 30 derajat celcius, dengan curah hujan 1250 mm per tahun. 5.1.2 Karakteristik Demografi Mengacu pada data kependudukan dari buku profil desa tahun 2011, total penduduk 579 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 272 jiwa dan penduduk perempuan 307 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk 5.79 jiwakm 2 . Adapun jumlah rumahtangga adalah 129 kepala keluarga. Seluruh masyarakat menganut agama Islam. Menurut penjelasan Bapak MYH kepala desa, tingkat pendidikan masyarakat Desa Dayah Tanoh pada umumnya adalah sampai jenjang SLTP. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan masih relatif rendah, hal ini tidak dapat dipisahkan dari rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat sehingga anak-anak usia sekolah lebih tertarik untuk bekerja daripada bersekolah. Ditinjau dari aspek gender, akses laki-laki dan perempuan terhadap pendidikan relatif seimbang karena masyarakat dinilai sudah cukup menyadari pentingnya pendidikan. Keterbatasan akses terhadap pendidikan biasanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Dalam hal mata pencaharian, mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian 80 persen, angka ini didominasi oleh katagori buruhtani atau penggarap. Sedangkan sisanya bekerja sebagai wiraswasta jualan kios, jualan kue dan pegawai negeri sipil. Proporsi gender pada sektor pertanian cenderung didominasi oleh perempuan, karena para janda yang ada di desa tersebut umumnya juga bekerja sebagai petani penggarap. 5.1.3 Alokasi Lahan dan Aktivitas Pertanian Berdasarkan data profil desa tahun 2011 luas keseluruhan Desa Dayah Tanoh 100 ha, dengan peruntukan bangunan rumah pekarangan 72 ha, persawahan 21 ha dan sisanya lahan kering 7 ha. Pertanian utama adalah padi yang dikelola oleh masyarakat sendiri. Aktivitas pertanian dikerjakan bersama-sama antara perempuan dan laki-laki. Aktivitas perempuan biasanya dimulai dari menyemai benih, menanam, membersihkan rumput dan pengangkutan padi ketika panen, sedangkan aktivitas yang dilakukan oleh laki- laki adalah mengolah tanah, menyemprot hama dan memanen. Sistem persawahan yang diterapkan oleh masyarakat adalah sistem irigasi. Sebagian besar masyarakat yang bekerja di sektor pertanian, statusnya adalah buruhtani atau penggarap. Pemilik lahan sebagian bertempat tinggal di Desa Dayah Tanoh dan sebagian lagi bertempat tinggal di desa tetangga. Adapun sistem pertanian yang diterapkan adalah bagi hasil antara pemilik lahan dan penggarap dengan perbandingan sebesar 75 persen: 25 persen. Pemilik lahan mendapat sepertiga bagian dari hasil panen dan dua pertiga bagian untuk penggarap. Penggarap lebih banyak karena penggarap berkewajiban menyediakan semua yang berkaitan dengan sarana produksi pertanian. Jika terjadi gagal panen maka resiko yang ditanggung lebih banyak oleh penggarap. Hal ini dikarenakan semua biaya produksi ditanggung oleh penggarap. Umumnya, hasil pertanian sebagian dijual dan sebagian lagi disimpan untuk konsumsi. Sebagian besar hasil panen berupa padi dijual ke Koperasi Unit Desa yang ada di Desa Dayah Tanoh dan sebagian kecil dijual kepada pengecer. Meskipun laki-laki dan perempuan terlibat dalam kegiatan pertanian, namun terdapat perbedaan upah antara buruh laki-laki dan buruh perempuan. Buruh laki-laki mendapat upah Rp30 000 per hari ditambah kopi dan rokok, sedangkan buruh perempuan hanya mendapat Rp20 000 per hari ditambah kopi. Perbedaan ini terjadi karenaada pandangan atau stereotipe bahwa laki-laki memiliki tenaga yang lebih besar dan kuat dibandingkan dengan buruh perempuan. Pandangan lain yang memarginalkan buruh perempuan adalah bahwa pekerjaan laki-laki dinilai lebih berat dibandingkan dengan perempuan serta peran laki-laki sebagai pencari nafkah utama dan perempuan sebagai pencari nafkah tambahan. 5.1.4 Sarana dan Prasarana Desa Dayah Tanoh memiliki beberapa sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan formal dan informal. Sarana pendidikan formal yang ada di Desa Dayah Tanoh terdiri dari satu buah Taman Kanak-Kanak yang dikelola oleh ibu-ibu PKK dan satu buah Sekolah Dasar milik Pemerintah. Desa Dayah Tanoh tidak memiliki sarana pendidikan formal keagamaan. Desa Dayah Tanoh juga menyelenggarakan pendidikan non formal seperti pengajian untuk anak-anak yang dikelola oleh remaja putri Desa Dayah Tanoh. Dalam menunjang kegiatan keagamaan di Desa Dayah Tanoh terdapat dua buah surau meunasah. Meunasah tersebut digunakan oleh masyarakat untuk ibadah shalat lima waktu, pengajian anak-anak dan rapat. Di Desa Dayah Tanoh tidak terdapat mesjid, sehingga warga harus melaksanakan shalat jumat di mesjid yang terletak di desa tetangga. Kebutuhan air bersih bagi semua masyarakat adalah sumur galian. Bagi masyarakat yang tidak memiliki sumur atau sarana MCK Mandi Cuci Kakus sendiri biasa menggunakan sumur umum yang dibangun atas bantuan pemerintah yang terletak di meunasah. Desa Dayah Tanoh tidak memiliki sarana olah raga apapun. Jika ada masyarakat terutama pemuda yang ingin berolah raga atau main sepak bola harus menggunakan lapangan yang ada di desa tetangga. Hal ini dikarenakan, kegiatan olah raga bukanlah salah satu kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat tidak terlalu memikirkan untuk menyediakan lahan sebagai sarana olah raga. Kondisi jalan utama sudah cukup baik, di mana jalan-jalan yang menghubungkan desa dengan kecamatan atau dengan kota Sigli sudah beraspal. Sebagian besar jalan sudah diaspal tetapi masih ada jalan-jalan desa lorongyang belum beraspal. Menurut informasi dari kepala desa belum ada dana dari pemerintah untuk melakukann pengaspalan jalan tersebut. Alat transportasi yang umum digunakan masyarakat adalah sepeda, ojek, mobil, motor, truk barang, serta mobil pick-up. Sementara alat transportasi umum yang sering digunakan hanya ojek, tidak ada angkutan kota. Akses masyarakat terhadap sarana komunikasi biasa diperoleh melalui televisi, radio, surat kabar dan telepon genggam. Perkembangan zaman juga menunjukkan bahwa masyarakat desa telah mengalami kemajuan pada sistem komunikasinya, di mana hampir setiap rumah tangga telah memiliki telepon genggam minimal satu unit. Namun tidak terdapat layanan komunikasi umum seperti telepon umum dan warung internet. Di Desa Dayah Tanoh tidak tersedia sarana dan prasarana kesehatan seperti puskesmas pembantu atau balai pengobatan lainnya, namun terdapat seorang bidan desa yang merupakan penduduk asli desa dan membuka layanan kesehatan bagi masyarakat di rumahnya sendiri. Jika masyarakat ingin berobat harus pergi ke puskesmas pembantu yang ada di kecamatan atau rumah sakit umum di ibukota kabupaten. Dalam menjalankan aktivitas pemerintahan, Desa Dayah Tanoh memiliki ruangan yang terletak di samping meunasah yang digunakan untuk kegiatan PKK. Sedangkan pelayanan bagi masyarakat biasanya dilakukan di rumah kepala desa atau sekretaris desa.

5.1.5 Kelembagaan Desa

Kelembagaan di pedesaan dapat terbagi ke dalam dua kelompok yaitu lembaga formal dan kelembagaan lokal yang bersifat informal. Kelembagaan formal yang terdapat di Desa Dayah Tanoh adalah Pemerintahan Desa, BPD Badan Perencanaan Desa, LPM Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Tuha Peut kelompok orang yang dituakan di desa, PKK Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga dan Posyandu Pos Pelayanan Terpadu. Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat desa, tidak semua lembaga tersebut aktif. Lembaga yang aktif adalah Pemerintahan Desa, Tuha Peut, PKK dan Posyandu. PKK dan Posyandu dikelola oleh ibu-ibu dan bidan desa yang bertugas. Sedangkan LPM dan BPD tidak berjalan dengan aktif meskipun memiliki struktur kepengurusan yang jelas serta anggaran kegiatan. Pada bidang ekonomi, lembaga formal yang berjalan hanyalah kelompok simpan pinjam PEKKA ini. Desa Dayah Tanoh tidak memiliki Koperasi Unit Desa KUD maupun Lumbung Desa Bumdes. Akses masyarakat Desa Dayah Tanoh terhadap kelembagaan lokal dapat dikatakan timpang dari segi gender, khususnya akses dalam kepengurusan. Struktur kepengurusan pemerintahan desa, LPM, BPD dan Tuha Peut hampir semuanya didominasi oleh laki-laki, perempuan tidak dilibatkan. Keterlibatan kaum perempuan sangat dominan dalam kelembagaan formal dapat dilihat pada struktur kepengurusan PKK, Posyandu dan kelompok simpan pinjam PEKKA.Desa Dayah Tanoh memiliki beberapa kelembagaan lokal yaitu kelompok pengajian ibu-ibu dan kelompok pengajian anak-anak. Kelembagaan gotong royong di Desa Dayah Tanoh masih cukup baik. Rasa kekeluargaan dan kebersamaan warga masih cukup tinggi. Misalnya dalam pembangunan sarana umum yang umumnya melibatkan partisipasi warga, baik laki- laki maupun perempuan, meskipun tugas perempuan hanya sebagai penyedia makanan dan minuman untuk laki-laki. Contoh lain adalah jika ada salah satu warga menderita sakit, warga lain yang memiliki sumberdaya yang dibutuhkan dengan suka rela membantu, begitu juga jika ada salah satu warga mengadakan pesta perkawinan atau kematian maka warga yang lain akan membantu dengan suka rela. 5.2 Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga PEKKA 5.2.1 Pelaksanaan PEKKA Nasional Program PEKKA ini digagas berdasarkan pengalaman program penanggulangan kemiskinan masyarakat desa melalui penguatan institusi-institusi lokal, bernama Program Pengembangan Kecamatan PPK, yang dijalankan oleh pemerintah. Melalui refleksi dan evaluasi program, disadari bahwa skema program ini masih belum mampu menjangkau kelompok termiskin di wilayah-wilayah tertentu, terutama rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan dan lebih khusus lagi keluarga janda. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala baik yang sifatnya teknis seperti kurangnya penguasaan terhadap metode pengorganisasian rakyat khususnya perempuan maupun kendala struktural yaitu rendahnya posisi perempuan kepala keluarga dalam struktur sosial masyarakat. Program ini difokuskan pada perempuan yang menjadi kepala keluarga rumah tangga miskin dan merupakan salah satu upaya untuk memfasilitasi mereka agar memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan kebijakan yang ada di wilayahnya, mempunyai status dan posisi setara dengan anggota masyarakat lain, serta dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan di wilayahnya. Berdasarkan laporan tahunan sekretariat nasional PEKKA 2010, PEKKA mulai digagas pada akhir tahun 2000 dari rencana awal Komnas Perempuan yang ingin mendokumentasikan kehidupan janda di wilayah konflikdan keinginan Bank Dunia melalui Program Pengembangan Kecamatan PPK dalam merespons permintaan janda korban konflik di Aceh untuk memperoleh akses sumberdaya agar dapat mengatasi persoalan ekonomi dan trauma mereka. Semula upayaini diberi nama “Widows Project” yang sepenuhnya didukung dana hibah dari Japan Social Development Fund JSDF melalui Trust Fund Bank Dunia. Komnas Perempuan kemudian bekerjasama dengan Pusat Pengembangan