Preparasi Makroalga sebagai Stimulan Pakan

24 Gambar 9 Klasifikasi warna PENTONE TM colour card yang dicetak berdasar colour libraries program Adobe Photoshop CS5 Extended

3.7.4.6 Karotenoid Total Makroalga Kering, Pakan Percobaan dan Gonad

Sampel makroalga kering, pakan percobaan dan gonad diekstraksi dengan rasio 1:5 sampel:pelarut, kemudian di kocok pada 140 rpm selama 15 jam menggunakan shaker. Hasil ekstraksi selanjutnya ditapis menggunakan kertas tapis Whatman No.1. Pigmen karotenoid dalam pelarut aseton kemudian dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada temperatur 60-70 o C sampai volume akhir menjadi 18 volume awal. Ab sorban panjang gelombang λ diobservasi mengikuti karakteristik pigmen karotenoid 400-490 nm Harbone Swain 1987. Total karotenoid dalam 100 g sampel dihitung mengikuti persamaan McBeth 1972, diacu dalam Liyana-Pathirana et al. 2002. � � � � −1 = � × × 3 � × ⁄ A adalah absorban pada λ mak ; V adalah total volume sampel ml; ε adalah koefisien molar ekstingsi 2500 dan W adalah bobot sampel g.

3.8 Analisis Statistik

Besar konsumsi pakan, LGR, SGR, indek gonad dan diameter telur diuji menggunakan one way variance analysis ANOVA dan uji lanjut menggunakan Tukey test pada derajat kepercayaan 5. Perbedaan konsumsi pakan berdasarkan frekuensi pemberian pakan di uji menggunakan uji t sampel bebas Independent sample t test . Hubungan protein, energi dan rasio protein terhadap energi diuji menggunakan korelasi product moment Pearson pada derajat kepercayaan 5. Uji analisa statistik dilakukan dengan bantuan software IBM SPPS Statistics versi 19. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Kualitas Air

Dicirikan dengan persen sintasan yang mencapai 100 untuk semua perlakuan, selama percobaan berlangsung parameter kualitas air berupa oksigen terlarut, total amonia nitrogen, temperatur, salinitas dan pH dalam kondisi baik. Siikavuopio et al. 2007 mengemukakan kualitas air yang buruk dalam pemeliharaan bulubabi berkontribusi terhadap tingginya kematian bulubabi. Berdasarkan karakteristiknya Tripneustes gratilla digolongkan dalam jenis ruderal ruderal spesies, walaupun memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan upaya reproduktif yang besar, bulubabi yang tergolong dalam jenis ruderal diketahui sensitif terhadap penurunan kualitas air terutama naiknya level ammonia Lawrence 2007. Pada percobaan ini kadar total amonia nitrogen TAN sebesar 0,02-0,095 mg L -1 masih jauh dari nilai kritis Tabel 7. Siikavuopio et al. 2004 melaporkan Strongylocentrotus droebachiensis jenis ruderal mengalami kematian lebih dari 50 saat dipelihara selama 42 hari dalam air laut dengan kadar TAN 6,48 mg L -1 . Suhu air selama percobaan berlangsung cukup rendah, yakni pada kisaran 23,30-26,24 o C pada pagi-siang hari dan 24,99-25,84 o C di malam harinya. Salinitas pada percobaan III sampai dengan hari ke 37 dapat dipertahankan pada kisaran 29,96-33,00 ppt pada pagi-siang hari dan 30,86-32,74 ppt pada malam hari. Pada hari ke 38 T. gratilla terekspose air laut dengan salinitas 22,80 ppt selama ± 3 jam Tabel 7. Kondisi ini menyebabkan keragaan T. gratilla menurun, sehingga percobaan dihentikan pada hari tersebut. Di habitatnya T. gratilla dapat hidup pada kisaran suhu 20-30 o C, di Kepulauan Bonin T. gratilla ditemukan hidup pada suhu 23,6-26,8 o C, di Mauritius pada suhu 21,6-27,2 o C dan di Madagaskar pada suhu 26- 32 o C Lawrence dan Agatsuma 2007. Kelompok bulubabi sendiri dikenal sebagai penghuni laut sejati dengan batasan toleransi salinitas 30-34 ppt Aziz 1987. Tabel 7 Monitor parameter kualitas air selama periode pemeliharaan T. gratilla Parameter Waktu Pengukuran Pagi-Siang Malam Oksigen Terlarut mg l -1 4,37-6,24 4,62-6,13 Total Amonia Nitrogen TAN mg L -1 0,02-0,095 - - Temperatur o C 23,30-26,24 24,99-25,84 Salinitas ppt 22,80-33,00 30,86-32,74 pH 7,94-8,44 8,30-8,43 26 0.59 0.63 0.75 0.45 0.61 0.54 0.80 0.74 0.57 0.74 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 Basal Basal+S. polycystum Basal+G. lichenoides Basal+U. reticulata K onsum si ag ar i nd -1 g bb Perlakuan a b ab ab ab ab ab ab ab b

4.2 Hasil Pengujian Palatabilitas Makroalga Kering

Tanggap T. gratilla dalam bentuk konsumsi terhadap penambahan tiga jenis makroalga kering Sargassum polycystum, Gracilaria lichenoides dan Ulva reticulata dalam agar dengan taraf dosis berbeda 0, 10, 20, 30 menunjukkan preferensi yang berbeda nyata one way ANOVA, F=3,331, p0,05. Secara umum penambahan U. reticulata kering dalam agar memberikan tanggap terbaik dibandingkan dengan penambahan kedua jenis makroalga lainnya. Uji lanjut mengungkapkan konsumsi antar perlakuan Basal dengan Basal+S. polycystum 30 dan Basal+U. reticulata 20 beda nyata, tetapi kedua perlakuan dengan penambahan makroalga tersebut tidak beda nyata dengan tujuh perlakuan lain Tukey, p0,05 Gambar 10. Hasil percobaan ini mengindikasikan penambahan makroalga kering ke dalam pakan buatan dalam konsentrasi tertentu berpengaruh terhadap besar konsumsi agar oleh T. gratilla. Percobaan lebih lanjut memperkuat hasil pengujian sebelumnya bahwa penambahan U. reticulata kering sebesar 20 bobot agar merupakan perlakuan terbaik terhadap tanggap T. gratilla dalam bentuk konsumsi agar, dibandingkan dengan perlakuan lain Tukey, p0,05 Gambar 11. Proses pengeringan makroalga dapat berdampak negatif terhadap palatabilitasnya bagi herbivora laut Cronin dan Hay 1996. Dworjanyn et al. 2007 melaporkan juvenil T. gratilla mengkonsumsi U. lactuca lebih banyak dibandingkan S. linearifolium yang telah dikeringkan. Penelitian lain mencatat S. droebachiensis mengkonsumsi U. linza lebih banyak dibandingkan Palmaria palmata dan Laminaria saccharina Daggett et al. 2005. Gambar 10 Konsumsi agar T. gratilla selama 24 jam terhadap penambahan tiga jenis makroalga kering pada taraf dosis yang berbeda ‘0’ , ‘10’ , ‘20’ , ‘30’ n=20 ind wadah -1 , rerata±simpangan baku. Kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 uji Tukey