Latar Belakang Pengembangan makroalga sebagai stimulan pakan bagi bulubabi dewasa (Tripneustes gratilla Linnaeus 1758)

9

2.6.4 Potensi Akuakultur Tripneustes gratilla

T. gratilla merupakan jenis bulubabi ekonomis penting di Indonesia. Biota ini tersebar di Kawasan Tengah dan Timur Indonesia seperti Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku terutama di ekosistem lamun Aziz 1993. T. gratilla memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat Shimabukuro 1991, diacu dalam Lawrence dan Agatsuma 2007, kualitas gonadnya memenuhi selera pasar, berwarna kuning cerah sampai oranye dengan tekstur halus sampai kasar berbutir dan berbau khas produk laut Chasanah dan Andamari, 1997. Induk matang gonad T. gratilla tersedia di alam cukup lama, sehingga keperluan induk siap memijah bagi usaha pembenihan tidak menjadi masalah Tuwo dan Pelu, 1997. Selain itu, T. gratilla dapat dipelihara pada kepadatan tinggi Lawrence dan Agatsuma 2007.

2.7 Makroalga

Makroalga adalah tumbuhan tingkat rendah, tidak mempunyai akar, batang dan daun sejati yang kemudian disebut dengan thalus. Berdasarkan pigmentasinya makroalga terbagi dalam tiga kelas utama, yaitu alga coklat Phaeophyceae, alga merah Rhodophyceae dan alga hijau Chlorophyceae. Tinjauan mengenai makroalga dalam tulisan ini terbatas pada deskripsi taksonomi dari tiga jenis makroalga yang mewakili ketiga kelas , yaitu alga coklat Sargassum polycystum, alga merah Gracilaria lichenoides dan alga hijau Ulva reticulata.

2.7.1 Sargassum polycystum C. A. Agardh

Sargassum C. A. Agardh Sargassaceae, Fuucales merupakan genus alga coklat yang sedikitnya terdiri atas 400 jenis. Tersebar luas pada perairan hangat dan dingin, terutama di wilayah barat Indo-Pasifik dan Australia Tseng et al. 1985, diacu dalam Noiraksar dan Ajisaka 2008. Ciri morfologi Sargassum polycystum C. A. Agardh dideskripsikan sebagai berikut. Pelekap mencakram, diameter mencapai 13 mm. Batang menggalah, berbintil, diameter mencapai 3 mm dan panjang 4 mm. Bantalan terdiri atas lima stolon dan 7-9 spiral yang menyusun cabang utama. Stolon menggalah sedikit memadat atau memendek pada bagian proksimal, panjang mencapai 12 cm dan lebar 2 mm. Cabang utama biasanya berbintil dan berduri Gambar 3H dan bertransformasi menjadi stolon dan pelekap sekunder Gambar 3I, panjang mencapai 200 cm dan diameter 2 mm. Daun berbentuk bulat panjang, melanset sampai memita, panjang mencapai 45 mm dan lebar 13 mm. Bagian pangkal daun asimetris sampai membaji dan membulat sampai meruncing pada bagian ujungnya. Pinggiran daun bergerigi kasar dan tulang tengah semakin berkurang atau samar ke arah pangkal. Kriptostomata kecil dan tersebar berjajar di atas kedua sisi dari tulang tengah. Cabang sekunder tersusun memutar, menggalah, penuh sesak dengan duri, panjang mencapai 60 cm dan jarak antar cabang 16 cm. Daun memita-melanset sampai menyudip, panjang mencapai 30 mm dan lebar 7 mm. Bagian pangkal daun 10 asimetris sampai membaji dan membulat sampai meruncing pada bagian ujungnya. Pinggiran daun bergerigi kasar dan tulang tengah semakin berkurang atau samar ke arah pangkal. Kriptostomata kecil dan tersebar berjajar di atas kedua sisi dari tulang tengah Gambar 3B. Vesikula membulat sampai bulat telur, panjang 8 mm, lebar 6 mm dan ketebalan 5 mm. Pangkal seluruhnya di atas kedua sisi vesikula, tangkai tanaman diesis. Reseptakel jantan panjang, menggalah, panjang sampai 15 mm dan lebar 1 mm, dengan permukaan berbintil dan cabang terbagi atas dua atau lebih Gambar 3D, E. Reseptakel betina sedikit memadat, panjang mencapai 4 mm dan lebar 1 mm, dengan permukan berbintil, cabang terbagi atas dua atau lebih Gambar 3F, G. Jantan dan betina tersusun dalam tandan, halozigokarpik dan vesikulata, menggalah, biasanya lebih pendek dibandingkan dengan vesikula Gambar 3C Noiraksar dan Ajisaka 2008. Gambar 3 Sargassum polycystum C. A. Agardh. A Perawakan, B daun, C vesikula, D reseptakel jantan panah, E irisan melintang reseptakel jantan memperlihatkan konseptakel jantan panah, F reseptakel betina panah, G irisan melintang reseptakel betina memperlihatkan konseptakel betina panah, H duri di atas cabang utama, I pelekap sekunder panah Noiraksar dan Ajisaka 2008 11

2.7.2 Gracilaria lichenoides atau Gracilaria edulis S.G. Gmelin P. C. Silva

Gracilaria ditemukan pada perairan yang jernih di zona intertidal dan tidak terekspose udara selama air laut surut. Gracilaria tumbuh di atas bebatuan atau permukaan lumpur pada area pasir berlumpur FAONACA 1996. Ciri morfologi G. lichenoides dideskripsikan sebagai berikut , yaitu tanaman tegak dan tumbuh mencapai 8-25 cm atau lebih, berwarna hijau tua sampai kekuningan, percabangan dikotomus atau trikotomus, sendi utama 1-1,5 mm, diameter cabang 0,5-1,0 mm dengan sudut percabangan yang lebar. Jarak antar cabang rendah, cabang berbentuk tabung dengan ketebalan 1 mm dan menjadi lebih tipis 0,5 mm pada bagian ruas pangkal. Irisan melintang pelepah terdiri atas dinding tipis sel medula yang membulat, dengan diameter 100-200 µm dan 1-2 baris sel kortikal kecil yang beralih tiba-tiba dari medula ke korteks. Sistokarp membulat, diameter 0,5-1 mm dengan ujung rostrum menyempit pada pangkal Gambar 4 FAONACA 1996. Gambar 4 Gracilaria lichenoides atau Gracilaria edulis S.G. Gmelin P. C. Silva. A Thalus, B perawakan luar dari sistokarp, C irisan melintang dari sendi utama FAONACA 1996

2.7.3 Ulva reticulata Forsskål 1775

Ulva dapat ditemukan pada pertengahan zona litoral, tumbuh pada bebatuan atau sebagai epifit. Tanaman tumbuh terpisah atau kadang-kadang berasosiasi dengan alga lainnya. Warna hijau terang sampai gelap, seperti jaring atau mata jala,