11
2.7.2 Gracilaria lichenoides atau Gracilaria edulis S.G. Gmelin P. C. Silva
Gracilaria ditemukan pada perairan yang jernih di zona intertidal dan tidak
terekspose udara selama air laut surut. Gracilaria tumbuh di atas bebatuan atau permukaan lumpur pada area pasir berlumpur FAONACA 1996.
Ciri morfologi G. lichenoides
dideskripsikan sebagai berikut , yaitu tanaman tegak dan tumbuh
mencapai 8-25 cm atau lebih, berwarna hijau tua sampai kekuningan, percabangan dikotomus atau trikotomus, sendi utama 1-1,5 mm, diameter cabang 0,5-1,0 mm
dengan sudut percabangan yang lebar. Jarak antar cabang rendah, cabang berbentuk tabung dengan ketebalan 1 mm dan menjadi lebih tipis 0,5 mm pada bagian ruas
pangkal. Irisan melintang pelepah terdiri atas dinding tipis sel medula yang membulat, dengan diameter 100-200 µm dan 1-2 baris sel kortikal kecil yang
beralih tiba-tiba dari medula ke korteks. Sistokarp membulat, diameter 0,5-1 mm dengan ujung rostrum menyempit pada pangkal Gambar 4 FAONACA 1996.
Gambar 4 Gracilaria lichenoides atau Gracilaria edulis S.G. Gmelin P. C. Silva.
A Thalus, B perawakan luar dari sistokarp, C irisan melintang dari sendi utama FAONACA 1996
2.7.3 Ulva reticulata Forsskål 1775
Ulva dapat ditemukan pada pertengahan zona litoral, tumbuh pada bebatuan
atau sebagai epifit. Tanaman tumbuh terpisah atau kadang-kadang berasosiasi dengan alga lainnya. Warna hijau terang sampai gelap, seperti jaring atau mata jala,
12 lebar 10-20 cm dengan sejumlah lakunae Gambar 5A. Rongga berbentuk oval,
sirkular, lonjong atau persegi panjang Gambar 5B, memisahkan lamina ke dalam lasinia dengan titik-titik mikroskopis yang terlihat jelas di tepi thalus dan lubang;
dua sel memanjang ditengah-tengah thalus Jha et al. 2009.
Gambar 5 Ulva retikulata Forsskål 1775. A Perawakan, B rongga berbentuk oval, sirkular, lonjong atau persegi panjang Jha et al. 2009
2.8 Stimulan Pakan
Pengaruh rangsangan kimia pada perilaku makan sudah diketahui dengan baik. Namun demikian, klasifikasi bahan kimia yang mempengaruhi perilaku
makan agak membingungkan meskipun istilah perihalnya telah dikemukakan: attractan, repellant, arrestant, incitant, suppressant, stimulant dan deterrent
Tabel 1 Lindsteadt 1971. Tiga istilah pertama digunakan bagi substansi yang terditeksi pada konsentrasi yang sangat rendah dan terkait dengan tanggap orientasi
positif atau negatif. Istilah tersisa berlaku untuk taggapan positif atau negatif yang berkaitan dengan inisiasi atau kelanjutan kontak makan, dan bersentuhan langsung
dengan makanan biasanya dibutuhkan untuk tanggap tersebut Higuera 2001.
Sedikit bahasan di atas memberikan gambaran bahwa attractan dan stimulant merupakan perilaku yang diakibatkan substansi kimia yang dapat dibedakan satu
sama lainnya. Lebih lanjut, suatu substansi dapat disebut sebagai stimulan pakan apabila memiliki sifat fisikokimia sebagai berikut: nonvolatil, bobot molekulnya
rendah, mengandung nitrogen, amfoterik,larut dalam air, stabil dengan perlakuan panas dan memiliki distribusi biologi yang luas Higuera 2001.
Sebagaimana telah dikemukanan sebelumnya, tanggapan hewan terhadap komposisi kimia dari makanan menunjukkan perilaku konsumsi yang rumit dan
memiliki beberapa tahapan Lindsteadt 1971. Tahap-tahap ini tidak selalu secara eksplisit diakui dalam studi mengenai pemberian makan terhadap bulubabi. Klinger
dan Lawrence 1984 menyakini perbedaan konsumsi makanan oleh L. variegatus
13 terutama ditentukan oleh derajat ketekunan dalam makan bukan pemilihan
makanan. Ketekunan bulubabi saat kontak dengan makanan menunjukkan stimulasi makan.
Hirarki preferensi yang digambarkan Steinberg dan van Altena 1992, menunjukkan bulubabi lebih memilih jenis makroalga tertentu ketika diberikan
pilihan pakan alami. Faktanya, sebagai sumber makanan makroalga sangat bervariasi dalam morfologi, kualitas nutrisi, metabolit sekunder dan derajat
pengapuran yang berpengaruh terhadap preferensi pemangsanya Vadas 1977; Sakata et al. 1989; Duffy dan Hay 1990; Wright et al. 2005. Pengamatan di
lapangan dan pengujian di laboratorium menunjukkan metabolit sekunder dapat bertindak sebagai stimulan atau deteren yang kuat bagi bulubabi Sakata et al. 1989;
Steinberg dan van Altena 1992; Deal et al. 2003. Beberapa studi menunjukkan golongan monosakarida, polisakarida, asam amino, lipid, terpenoid dan fenol dapat
bertindak sebagai stimulan bagi bulubabi Klinger dan Lawrence 1984; Sakata et al
. 1989; Steinberg dan van Altena 1992, tetapi di sisi lain dapat pula bertindak sebagai deteren Steinberg dan van Altena 1992; Cronin dan Hay 1996; Deal et al.
2003.
Tabel 1 Macam tanggapan perilaku terhadap bahan kimia dalam pakan
a
Kategori Tanggapan perilaku
Attractant Bergerak ke arah makanan
Repellant Bergerak menjauhi makanan
Arrestant Berhenti bergerak ke arah makanan
Incitant Permulaan makan
Suppressant Tidak ada permulaan makan
Stimulant Proses penelanan makanan
Deterrent Tidak ada proses penelanan makanan
a
Sumber: Lindsteadt 1971