Prosedur Pengujian Palatabilitas Makroalga Kering

27 0.86 0.79 0.62 1.45 0.31 0.65 1.06 1.88 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 Hari ke-1 Hari ke-2 K onsum si ag ar i nd -1 g bb Waktu Pengamatan c bc b a c b a a Gambar 11 Konsumsi agar T. gratilla selama 24 jam pada perlakuan ‘Basal’ , ‘S. polycystum’ , ‘G. lichenoides’ , ‘U. reticulata’ taraf dosis 20, n=5 ind wadah -1 , rerata±simpangan baku. Kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 uji Tukey Protein merupakan faktor yang penting pada diet bulubabi dan seringkali dilibatkan sebagai faktor yang menentukan dalam pemilihan makanan Hammer et al. 2004, diacu dalam Dwarjanyn et al. 2007. Kandungan protein pada berbagai jenis makroalga fluktuatif bergantung pada konsentrasi nutrien nitrogen dalam air laut Fujita 1985. Ketiga jenis makroalga yang digunakan dalam pengujian palatabilitas memiliki nilai energi dan kadar protein berbeda. U. reticulata memiliki kadar protein 10,38 berat basah lebih tinggi dibandingkan S. polycystum dan G. lichenoides 8,60 dan 6,31 berat basah Gambar 12. Hasil pengujian dengan uji korelasi product moment Pearson menggambarkan hubungan yang lemah antara protein, energi dan rasio protein terhadap energi dari ketiga jenis makroalga dengan tingkat konsumsi agar r=0,489, 0,495 dan 0,364. Hubungan tersebut diperkuat uji signifikansi dua sisi yang menyimpulkan tidak ada hubungan antara protein, energi dan rasio protein terhadap energi dengan tingkat konsumsi agar p0,025. Hal yang sama dilaporkan Dworjanyn et al. 2007 atas enam jenis makroalga dan lamun yang diuji pada juvenil T. gratilla. Fakta tersebut membuktikan bahwa preferensi T. gratilla tidak semata-mata hanya dipengaruhi nilai protein, energi dan rasio protein terhadap energi suatu bahan. Namun, ada faktor lain yang bertindak sebagai stimulan sehingga dapat mempengaruhi preferensi dan tanggap T. gratilla terhadap konsumsi agar. Hirarki preferensi yang digambarkan Steinberg dan van Altena 1992, menunjukkan bulubabi lebih memilih jenis makroalga tertentu ketika diberikan pilihan pakan alami. Faktanya, sebagai sumber makanan makroalga sangat bervariasi dalam morfologi, kualitas nutrisi, metabolit sekunder dan derajat pengapuran yang berpengaruh terhadap preferensi pemangsanya Vadas 1977; Sakata et al. 1989; Duffy dan Hay 1990; Wright et al. 2005. Pengamatan di lapangan dan pengujian di laboratorium menunjukkan metabolit sekunder dapat