awak kapal. Sementara itu, ABK hanya mendapatkan 1 bagian dari 50 bagian nelayan buruh. Dapat dikatakan bahwa sistem pembagian pada nelayan buruh
nahkoda dan ABK dibagi atas 7 bagian. Perlu diketahui, apabila telah mencapai masa balik modal payback period, maka perolehan nilai yang seharusnya
digunakan untuk menutupi besarnya biaya investasi biaya penyusutan tiap tahun dapat dialokasikan untuk bagian nelayan buruh Gambar 20. Artinya persentase
bagian yang diperoleh nelayan buruh dapat lebih besar dibandingkan dengan persentase nelayan pemilik. Setelah diketahui besar bagian yang diperoleh oleh
masing-masing nelayan, maka pendapatan untuk masing-masing posisi nelayan pun dapat diperoleh. Rincian penerimaan dan pendapatan nelayan dari
keseluruhan hasil tangkapan oleh pancing tonda dapat dilihat pada Lampiran 9. Pendapatan
yang diperoleh
masing-masing nelayan
kemudian dibandingkan dengan besarnya UMK Upah Minimum Kabupaten dan KHL
Kebutuhan Hidup Layak Kabupaten Sukabumi pada tahun 2013. Melalui perbandingan ini, diperoleh informasi apakah pendapatan nelayan terutama
nelayan buruh yang diperoleh telah memenuhi standar. Besarnya UMK di Kabupaten Sukabumi tahun 2013 adalah sebesar Rp 1.201.000 BPS Kabupaten
Sukabumi 2013. Sementara itu besarnya KHL Kabupaten Sukabumi tahun 2013 yang ditetapkan oleh Bupati Sukabumi adalah sebesar Rp 1.200.000 Antara
News 2013. Pendapatan yang diperoleh nelayan melalui sistem bagi hasil serta perbandingannya dengan UMK dan KHL Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada
Tabel 17. Tabel 17 Pendapatan nelayan pancing tonda berdasarkan klasifikasi posisi
nelayan dan perbandingannya dengan UMK dan KHL di Teluk Palabuhanratu tahun 2013
Rincian Musim
Puncak Musim
Peralihan Musim
Paceklik Rata-rata
Penerimaan RpKapalBulan 74.281.425
44.849.475 33.935.175
51.022.025 Biaya Operasional
RpKapalBulan 21.326.425
21.326.425 21.326.425
21.326.425 Pendapatan RpKapal
52.954.999 23.523.049
12.608.749 29.695.599
Pendapatan Bagi Hasil RpOrangBulan:
1. Pemilik
26.477.499 11.761.524
6.304.374 14.847.799
2. Nahkoda
11.347.499 5.040.653
2.701.874 6.363.342
3. ABK
3.782.499 1.680.217
900.624 2.121.114
UMK Rp 1.201.000
KHL Rp 1.200.000
Sumber: Hasil Analisis Data 2014, BPS Kabupaten Sukabumi 2014, Antara News 2014
Tabel 17 menunjukkan rata-rata penerimaan dari kapal pancing tonda dalam berbagai musim penangkapan. Jumlah penerimaan ini kemudian akan
dikurangi dengan rata-rata biaya operasional yang diasumsikan konstan, sehingga akan menghasilkan pendapatan per kapal. Hasil pendapatan ini kemudian dibagi
berdasarkan proporsi yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu masing-masing sebesar 50 untuk nelayan pemilik dan nelayan buruh. Bagian 50 dari nelayan
buruh akan dibagi lagi sesuai dengan posisinya, dimana nahkoda mendapat 3 bagian dan ABK mendapat 1 bagian.
Pendapatan tertinggi yang diperoleh nelayan terdapat pada musim puncak. Nelayan pemilik mendapatkan Rp 26.477.499bulan, nahkoda mendapatkan Rp
11.347.499bulan, dan ABK mendapatkan Rp 3.782.499bulan. Hal ini disebabkan oleh tingginya hasil tangkapan dan tingginya hasil penerimaan pada musim ini.
Stok ikan yang tersedia di laut sedang mengalami peningkatan pada saat musim puncak atau musim barat tersebut. Pendapatan pada musim paceklik adalah
pendapatan terendah yang diperoleh nelayan. Tabel 17 menunjukkan pemilik mendapatkan Rp 6.304.374bulan, nahkoda mendapat Rp 2.701.874bulan, dan
ABK mendapat Rp 900.624bulan. Sementara itu, pada musim peralihan, pemilik mendapat Rp 11.761.524bulan, nahkoda mendapat Rp 5.040.653bulan, dan ABK
mendapat Rp 1.680.217bulan. Pendapatan pada musim paceklik menjadi pendapatan yang paling sedikit diperoleh karena saat musim tersebut stok ikan
akan mengalami penurunan dan cuaca menjadi terlalu ekstrem. Akibatnya, nelayan akan melakukan penangkapan dalam waktu yang lebih lama dari biasanya
atau sama sekali tidak melaut untuk menghindari kerugian. Apabila nelayan tidak melaut, tentu tidak terjadi sistem bagi hasil. Nelayan pemilik juragan biasanya
akan tetap memberi gaji sekitar Rp 25.000orang hingga Rp 40.000orang setiap harinya pada musim paceklik. Hal ini mengakibatkan nelayan yang tidak memiliki
pekerjaan sampingan akan tetap memiliki penghasilan pada musim paceklik. Beberapa nelayan mengaku sering menabung dan uang tabungan tersebut
biasanya digunakan pada saat musim paceklik. Beberapa nelayan lainnya yang tidak memiliki simpanan uang biasanya akan meminjam uang pada juragannya
masing-masing. Rata-rata pendapatan yang diperoleh pemilik, nahkoda, dan ABK berturut-turut sebesar Rp 14.847.799bulan, Rp 6.363.342bulan, dan Rp