Rezim MSY, MEY, dan OA dalam pengelolaan perikanan tuna mata besar bila digambarkan akan terlihat pada kurva keseimbangan bioekonomi pada
Gambar 18.
Sumber: Hasil Analisis Data 2014
Gambar 18 Kurva keseimbangan bioekonomi perikanan tuna mata besar di Teluk Palabuhanratu
Gambar 16 menunjukkan rente ekonomi dan upaya penangkapan pada masing- masing rezim bioekonomi perikanan tuna mata besar. Nilai rente ekonomi
diperoleh dari perpotongan kurva melengkung TR Total Revenue dan garis lurus TC Total Cost. Rente ekonomi yang diperoleh pada rezim MSY dengan jumlah
upaya penangkapan sebanyak 705 unit adalah sebesar Rp 3.366.433.296. Rente ekonomi yang diperoleh pada rezim MEY dengan jumlah upaya penangkapan
sebanyak 674 unit adalah sebesar Rp 3.373.166.499. Rente ekonomi pada rezim OA dengan jumlah upaya penangkapan 1.349 unit adalah sebesar Rp 0. Nilai rente
pada rezim OA diperoleh dari pertemuan antara kurva TR dan kurva TC pada satu titik TR=TC. Sementara itu, Gambar 18 juga menunjukkan nilai rente
ekonomi aktual yang diperoleh sebesar Rp 878.804.231 dengan upaya
penangkapan yang digunakan sebanyak 101 unit. Melihat kondisi aktual tersebut, upaya penangkapan masih dapat ditingkatkan hingga diperoleh rente ekonomi dari
penangkapan ikan tuna mata besar yang maksimum secara ekonomi rente MEY.
6.7 Analisis Laju Degradasi dan Depresiasi Sumberdaya Ikan Tuna Mata
Besar di Teluk Palabuhanratu
Degradasi merupakan penurunan kualitas atau kuantitas sumberdaya ikan tuna mata besar. Depresiasi merupakan pengukuran degradasi sumberdaya ikan
tuna mata besar yang dirupiahkan Fauzi dan Anna 2005. Angka produksi dan rente lestari diperoleh dari persamaan 4.14, sedangkan koefisien laju degradasi
dan depresiasi diperoleh dari persamaan 4.15 dan 4.16. Secara ringkas, nilai
tersebut dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Laju degradasi dan depresiasi ikan tuna mata besar di Teluk
Palabuhanratu tahun 2006-2013
Tahun Produksi Ton
Rente Rp Koef.
Koef. Aktual
Lestari Aktual
Lestari Degradasi
Depresiasi 2006
7,399 4,037
74.544.085 39.865.475
0,366868 0,369400
2007 53,188
62,831 519.675.772
619.158.872 0,234818
0,233003 2008
35,488 56,344
340.203.035 555.358.522
0,169710 0,163497
2009 88,175
84,579 869.894.633
832.793.787 0,277036
0,277409 2010
58,594 67,425
573.212.828 664.315.723
0,240359 0,238861
2011 208,682
197,056 2.050.560.165
1.930.617.587 0,280035
0,280596 2012
201,983 191,983
1.984.577.297 1.881.410.418
0,278786 0,279284
2013 62,956
68,340 617.766.032
673.305.803 0,252464
0,251636
Rata-rata 0,262509
0,261711
Sumber: Hasil Analisis Data 2014
Tabel 16 menunjukkan koefisien laju degradasi berfluktuasi setiap tahunnya. Koefisien laju degradasi tertinggi terdapat pada tahun 2006, yaitu
sebesar 0,366868. Rata-rata koefisien laju degradasi ikan tuna mata besar pada Tabel 16 adalah sebesar 0,262509. Tingginya koefisien laju degradasi juga
menyebabkan tingginya laju depresiasi ikan tuna mata besar pada tahun 2006. Koefisien laju depresiasi tahun 2006 adalah sebesar 0,369400 yang juga
merupakan koefisien laju depresiasi ikan tuna mata besar tertinggi. Rata-rata koefisien laju depresiasi ikan tuna mata besar adalah sebesar 0,261711. Masing-
masing koefisien laju degradasi dan depresiasi bernilai kurang dari 0,5. Artinya, sumberdaya ikan tuna mata besar di Teluk Palabuhanratu pada tahun 2006-2013
tidak mengalami degradasi maupun depresiasi. Produksi aktual dan lestari menjadi salah satu faktor untuk menentukan koefisien laju degradasi dan