Estimasi Biaya Estimasi Parameter Ekonomi

hasil nelayan pemilik dikarenakan nelayan pemilik merupakan penyedia modal bagi kegiatan penangkapan. Pancing tonda merupakan alat tangkap yang digunakan pada penelitian ini. Nelayan pancing tonda biasanya berjumlah 4-5 orang. Nelayan ini terdiri atas satu orang sebagai kapten kapal dan 3-4 orang sebagai ABK Anak Buah Kapal. Tidak ada spesifikasi siapa yang berperan menjadi juru masak atau juru mesin karena berdasarkan hasil wawancara, masing-masing nelayan harus memiliki kemampuan tersebut. Posisi nelayan ini kemudian menentukan proporsi pembagian hasil penangkapan. Gambar 20 menunjukkan sistem bagi hasil perikanan tuna mata besar berdasarkan posisi nelayan pancing tonda. Sumber: Hasil Analisis dari Wawancara Nelayan 2014 Keterangan: ------- : Biaya penyusutan dapat dialokasikan pada bagian nelayan buruh setelah Payback Period Gambar 20 Skema sistem bagi hasil pancing tonda di Teluk Palabuhanratu Gambar 20 menunjukkan sistem bagi hasil kapal pancing tonda di Teluk Palabuhanratu dalam bentuk diagram pohon. Sistem bagi hasil akan dilakukan apabila hasil jual tangkapan telah dikurangi dengan biaya operasional. Nelayan pemilik akan mendapatkan persentase sebesar 50. Bagian ini sudah termasuk pendapatan pemilik dan biaya penyusutan kapal. Nelayan buruh juga akan mendapatkan bagian 50, namun harus dibagi lagi sebanyak nelayan yang melaut. Nahkoda kapal akan mendapatkan 3 bagian dari 50 bagian nelayan buruh. Hal ini disebabkan oleh posisi nahkoda yang bertanggung jawab untuk menentukan daerah penangkapan, operasional penangkapan, dan menjaga keselamatan para awak kapal. Sementara itu, ABK hanya mendapatkan 1 bagian dari 50 bagian nelayan buruh. Dapat dikatakan bahwa sistem pembagian pada nelayan buruh nahkoda dan ABK dibagi atas 7 bagian. Perlu diketahui, apabila telah mencapai masa balik modal payback period, maka perolehan nilai yang seharusnya digunakan untuk menutupi besarnya biaya investasi biaya penyusutan tiap tahun dapat dialokasikan untuk bagian nelayan buruh Gambar 20. Artinya persentase bagian yang diperoleh nelayan buruh dapat lebih besar dibandingkan dengan persentase nelayan pemilik. Setelah diketahui besar bagian yang diperoleh oleh masing-masing nelayan, maka pendapatan untuk masing-masing posisi nelayan pun dapat diperoleh. Rincian penerimaan dan pendapatan nelayan dari keseluruhan hasil tangkapan oleh pancing tonda dapat dilihat pada Lampiran 9. Pendapatan yang diperoleh masing-masing nelayan kemudian dibandingkan dengan besarnya UMK Upah Minimum Kabupaten dan KHL Kebutuhan Hidup Layak Kabupaten Sukabumi pada tahun 2013. Melalui perbandingan ini, diperoleh informasi apakah pendapatan nelayan terutama nelayan buruh yang diperoleh telah memenuhi standar. Besarnya UMK di Kabupaten Sukabumi tahun 2013 adalah sebesar Rp 1.201.000 BPS Kabupaten Sukabumi 2013. Sementara itu besarnya KHL Kabupaten Sukabumi tahun 2013 yang ditetapkan oleh Bupati Sukabumi adalah sebesar Rp 1.200.000 Antara News 2013. Pendapatan yang diperoleh nelayan melalui sistem bagi hasil serta perbandingannya dengan UMK dan KHL Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Pendapatan nelayan pancing tonda berdasarkan klasifikasi posisi nelayan dan perbandingannya dengan UMK dan KHL di Teluk Palabuhanratu tahun 2013 Rincian Musim Puncak Musim Peralihan Musim Paceklik Rata-rata Penerimaan RpKapalBulan 74.281.425 44.849.475 33.935.175 51.022.025 Biaya Operasional RpKapalBulan 21.326.425 21.326.425 21.326.425 21.326.425 Pendapatan RpKapal 52.954.999 23.523.049 12.608.749 29.695.599 Pendapatan Bagi Hasil RpOrangBulan:

1. Pemilik

26.477.499 11.761.524 6.304.374 14.847.799

2. Nahkoda

11.347.499 5.040.653 2.701.874 6.363.342

3. ABK

3.782.499 1.680.217 900.624 2.121.114 UMK Rp 1.201.000 KHL Rp 1.200.000 Sumber: Hasil Analisis Data 2014, BPS Kabupaten Sukabumi 2014, Antara News 2014