Estimasi Parameter Biologi HASIL DAN PEMBAHASAN

depresiasi. Grafik perbandingan produksi aktual dan produksi lestari dapat dilihat pada Gambar 19. Sumber: Hasil Analisis Data 2014 Gambar 19 Grafik produksi aktual dan lestari ikan tuna mata besar pada tahun 2006-2013 Gambar 19 menunjukkan pola produksi aktual yang cenderung di bawah produksi lestari. Namun, pada tahun 2006, 2009, dan 2011-2012 terjadi pola yang berbeda. Nilai produksi aktual pada tahun-tahun tersebut lebih tinggi dibanding nilai produksi lestari. Kondisi ini tentu mendukung terjadinya peningkatan laju degradasi sumberdaya ikan tuna mata besar di Teluk Palabuhanratu pada tahun- tahun tersebut.

6.8 Sistem Bagi Hasil Perikanan Tuna Mata Besar di Teluk

Palabuhanratu Sistem bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemilik modal dan pengelola modal. Sistem bagi hasil pada kapal pancing tonda di Teluk Palabuhanratu masih memakai sistem tradisional. Sistem bagi hasil ini didasarkan atas penerimaan bersih. Penerimaan bersih ini terdiri atas total penerimaan produksi yang dikurangi dengan biaya operasional dalam satu kali trip. Biaya operasional tersebut meliputi bahan bakar solar, es balok, makanan, perawatan pancing, dan retribusi. Penerimaan bersih tersebut kemudian dibagi rata antara nelayan pemilik dan nelayan buruh. Persentase bagi hasil tersebut adalah 50. Namun, untuk nelayan buruh, bagian 50 ini akan dibagi lagi sebanyak jumlah nelayan yang melaut. Lebih besarnya persentase bagi 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 P r o d u k si To n Tahun Produksi aktual ton Produksi lestari ton hasil nelayan pemilik dikarenakan nelayan pemilik merupakan penyedia modal bagi kegiatan penangkapan. Pancing tonda merupakan alat tangkap yang digunakan pada penelitian ini. Nelayan pancing tonda biasanya berjumlah 4-5 orang. Nelayan ini terdiri atas satu orang sebagai kapten kapal dan 3-4 orang sebagai ABK Anak Buah Kapal. Tidak ada spesifikasi siapa yang berperan menjadi juru masak atau juru mesin karena berdasarkan hasil wawancara, masing-masing nelayan harus memiliki kemampuan tersebut. Posisi nelayan ini kemudian menentukan proporsi pembagian hasil penangkapan. Gambar 20 menunjukkan sistem bagi hasil perikanan tuna mata besar berdasarkan posisi nelayan pancing tonda. Sumber: Hasil Analisis dari Wawancara Nelayan 2014 Keterangan: ------- : Biaya penyusutan dapat dialokasikan pada bagian nelayan buruh setelah Payback Period Gambar 20 Skema sistem bagi hasil pancing tonda di Teluk Palabuhanratu Gambar 20 menunjukkan sistem bagi hasil kapal pancing tonda di Teluk Palabuhanratu dalam bentuk diagram pohon. Sistem bagi hasil akan dilakukan apabila hasil jual tangkapan telah dikurangi dengan biaya operasional. Nelayan pemilik akan mendapatkan persentase sebesar 50. Bagian ini sudah termasuk pendapatan pemilik dan biaya penyusutan kapal. Nelayan buruh juga akan mendapatkan bagian 50, namun harus dibagi lagi sebanyak nelayan yang melaut. Nahkoda kapal akan mendapatkan 3 bagian dari 50 bagian nelayan buruh. Hal ini disebabkan oleh posisi nahkoda yang bertanggung jawab untuk menentukan daerah penangkapan, operasional penangkapan, dan menjaga keselamatan para