41
41
Posisi Tanggal 31 Desember 2009 Dibandingkan Dengan Posisi Tanggal 31 Desember 2008 Saldo utang pajak Perseroan pada tanggal 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp23.921 juta, mengalami kenaikan
sebesar Rp17.688 juta atau sebesar 283,78 dibandingkan dengan saldo utang pajak pada tanggal 31 Desember 2008 sebesar Rp6.233 juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya pajak
penghasilan badan sejalan dengan meningkatnya laba Perseroan. vii
Liabilitas Imbalan Pasca Kerja
Posisi Tanggal 30 April 2011 Dibandingkan Dengan Posisi Tanggal 31 Desember 2010 Saldo liabilitas imbalan pasca kerja Perseroan pada tanggal 30 April 2011 adalah sebesar Rp7.447 juta, mengalami
kenaikan sebesar Rp626 juta atau sebesar 9,18 dibandingkan dengan saldo liabilitas imbalan pasca kerja pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp6.821 juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah
karyawan dan masa kerja karyawan. Posisi Tanggal 31 Desember 2010 Dibandingkan Dengan Posisi Tanggal 31 Desember 2009
Saldo liabilitas imbalan pasca kerja pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp6.821 juta, mengalami kenaikan sebesar Rp1.542 juta atau sebesar 29,21 dibandingkan dengan saldo liabilitas imbalan pasca kerja pada
tanggal 31 Desember 2009 sebesar Rp5.279 juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah karyawan dan masa kerja karyawan.
Posisi Tanggal 31 Desember 2009 Dibandingkan Dengan Posisi Tanggal 31 Desember 2008 Saldo liabilitas imbalan pasca kerja pada tanggal 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp5.279 juta, mengalami
kenaikan sebesar Rp1.372 juta atau sebesar 35,12 dibandingkan dengan saldo liabilitas imbalan pasca kerja pada tanggal 31 Desember 2008 sebesar Rp3.907 juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah
karyawan dan masa kerja karyawan.
6. Ekuitas
dalam jutaan Rupiah, kecuali
Uraian 31 Desember
30 April 2008
¨ 2009
¨ 2010
2011
Modal ditempatkan dan disetor penuh
650.825 na
650.825 na
650.827 650.827
Tambahan modal disetor 147.452
na 147.452
na 147.453
147.453 Saldo laba
376.486 36,45
513.723 32,93
682.916 770.397
Jumlah 1.174.763
11,68 1.312.000
12,90 1.481.196
1.568.677
42
42
Posisi Tanggal 30 April 2011 Dibandingkan Dengan Posisi Tanggal 31 Desember 2010 Saldo ekuitas pada tanggal 30 April 2011 adalah sebesar Rp1.568.677 juta, mengalami kenaikan sebesar
Rp87.481 juta atau sebesar 5,91 dibandingkan dengan saldo ekuitas pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp1.481.196 juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya saldo laba Perseroan.
Posisi Tanggal 31 Desember 2010 Dibandingkan Dengan Posisi Tanggal 31 Desember 2009 Saldo ekuitas pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp1.481.196 juta, mengalami kenaikan sebesar
Rp169.196 juta atau sebesar 12,90 dibandingkan dengan saldo ekuitas pada tanggal 31 Desember 2009 sebesar Rp1.312.000 juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya saldo laba Perseroan.
Posisi Tanggal 31 Desember 2009 Dibandingkan Dengan Posisi Tanggal 31 Desember 2008 Saldo ekuitas pada tanggal 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp1.312.000 juta, mengalami kenaikan sebesar
Rp137.237 juta atau sebesar 11,68 dibandingkan dengan saldo ekuitas pada tanggal 31 Desember 2008 sebesar Rp1.174.763 juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya saldo laba Perseroan.
7. Arus Kas
Tabel di bawah ini menampilkan data historis mengenai arus kas Perseroan untuk periode-periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2011 dan 2010 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010,
2009 dan 2008 adalah sebagai berikut :
dalam jutaan rupiah
Uraian 31 Desember
30 April 2008
2009 2010
2010 2011
Kas Bersih Diperoleh dari Digunakan untuk untuk Aktivitas Operasi
23.812 4.701
722.363 130.512
558.596 Kas Bersih Diperoleh dari Digunakan untuk Aktivitas
Investasi 236.452
50.577 41.093
46.064 2.254
Kas Bersih Diperoleh dari Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan
169.254 30.375
676.567 73.990
568.542
i Kas Bersih Diperoleh dari Digunakan untuk Aktivitas Operasi
Analisa arus kas untuk aktivitas operasi pada perusahaan pembiayaan berbeda dengan perusahaan di industri lain pada umumnya, yang mana nilai negatif atau penggunaan kas yang berlebihan terutama untuk pembiayaan baru menunjukkan
kemampuan dari perusahaan pembiayaan tersebut dalam mendapatkan pembiayaan baru. Atau dengan kata lain, semakin besar penggunaan kas dari aktivitas operasi terutama pada pembiayaan baru mencerminkan pertumbuhan perusahaan
pembiayaan tersebut semakin baik.
Kas bersih yang diperoleh daridigunakan untuk aktivitas operasi adalah sebesar Rp558.596 juta, Rp130.512 juta, Rp722.363 juta, Rp4.701 juta, dan Rp23.812 juta masing-masing untuk periode-periode empat bulan yang berakhir pada
tanggal 30 April 2011 dan 2010 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009 dan 2008.
Kenaikan yang terjadi pada periode empat bulan yang berakhir 30 April 2011 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 adalah sebesar Rp 428.084 juta atau sebesar 328 disebabkan oleh adanya peningkatan transaksi
pembiayaan baru dari pinjaman bank. Kenaikan yang terjadi pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 adalah sebesar Rp717.662 juta atau sebesar 15.266,16 terutama disebabkan oleh adanya peningkatan transaksi pembiayaan
baru dari Rp1.091.692 juta di tahun 2009 menjadi Rp2.882.754 juta di tahun 2010.
Kenaikan yang terjadi pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp28.513 juta atau sebesar 119,74 terutama disebabkan oleh adanya peningkatan transaksi pembiayaan baru melalui kerjasama pembiayaan dengan induk
perusahaan.
43
43
ii Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi
Kas bersih yang diperoleh daridigunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp2.254 juta, Rp46.064 juta, Rp41.093 juta, Rp50.577 juta dan Rp236.452 juta, masing-masing untuk periode-periode empat bulan yang berakhir pada tanggal
30 April 2011 dan 2010 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008.
Kas bersih diperoleh dari aktivitas investasi terutama dari pencairan investasi jangka pendek masing-masing sejumlah Rp54.437 juta untuk periode empat bulan yang berakhir 30 April 2010, Rp76.382 juta, dan Rp282.408 juta untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2008. Kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi terutama dari penempatan investasi jangka pendek sejumlah Rp21.945 juta, Rp82.372 juta, Rp41.580 juta untuk tahun-tahun
berakhir tanggal 31 Desember 2010, 2009 dan 2008. Kenaikan yang terjadi pada tahun 2010 terutama disebabkan oleh kenaikan penerimaan investasi jangka pendek.
iii
Kas Bersih diperoleh dari Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan
Kas bersih diperoleh daridigunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp568.542 juta, Rp73.990 juta, Rp676.567 juta, Rp30.375 juta dan Rp169.254 juta, masing-masing untuk periode-periode empat bulan yang berakhir pada tanggal
30 April 2011 dan 2010 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009 dan 2008. Kenaikan yang terjadi pada periode empat bulan yang berakhir 30 April 2011 dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2010 sebesar Rp 494.552 juta atau sebesar 668,40 terutama disebabkan oleh meningkatkan penerimaan utang bank sejalan dengan meningkatnya jumlah pembiayaan baru. Kenaikan yang terjadi pada tahun 2010 dibandingkan dengan
tahun 2009 adalah sebesar Rp706.942 juta atau sebesar 2.327,38 terutama disebabkan oleh meningkatnya penerimaan utang bank sejalan dengan meningkatnya jumlah pembiayaan baru.
Kenaikan yang terjadi pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008 adalah sebesar Rp138.880 juta atau sebesar 82,05 terutama disebabkan pada tahun 2008, Perseroan melakukan pelunasan hutang obligasi yang jatuh tempo.
8.
Imbal Hasil Investasi
Imbal hasil investasi adalah kemampuan aset produktif Perseroan dalam menghasilkan laba bersih, yang dihitung dari laba bersih dibagi dengan rata-rata jumlah aset Perseroan.
Rasio imbal hasil investasi Perseroan sebesar 8,71; 8,99; 8,89 dan 6,88, masing-masing untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2011 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009,
dan 2008. Imbal hasil investasi Perseroan menunjukkan tren yang meningkat sejak tahun 2008 hingga periode April 2011 terutama disebabkan karena peningkatan jumlah pembiayaan baru sejalan dengan strategi Perseroan yang fokus kepada
pembiayaan retail kendaraan bermotor. 9.
Imbal Hasil Ekuitas
Rasio imbal hasil ekuitas adalah kemampuan aset produktif Perseroan dalam menghasilkan laba bersih, yang dihitung dari laba bersih dibagi dengan rata-rata jumlah ekuitas Perseroan.
Rasio imbal hasil ekuitas Perseroan sebesar 17,21; 14,37; 12,08 dan 10,09, masing-masing untuk periode empat bulan yang berakhir pada tanggal 30 April 2011 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010,
2009, dan 2008. Tren imbal hasil ekuitas yang meningkat sejak tahun 2008 hingga periode April 2011 terutama disebabkan oleh peningkatan
laba bersih Perseroan. Hal ini terutama disebabkan karena peningkatan jumlah pembiayaan baru sejalan dengan strategi Perseroan yang fokus kepada pembiayaan retail kendaraan bermotor.
10.
Gearing Ratio
Sesuai dengan peraturan yang tertuang dalam KMK No. 84PMK.0122006 pada Bab VII, pasal 25 ayat 3 dijelaskan bahwa tingkat kesehatan perusahaan pembiayaan diukur dengan
gearing ratio setinggi-tingginya 10 kali. Tingkat perbandingan antara kewajiban yang mengandung unsur bunga dibandingkan dengan ekuitas Perseroan berturut-turut pada tanggal
30 April 2011 dan 31 Desember 2010, 2009, 2008, 2007 dan 2006 adalah sebesar 1,06 kali; 0,74 kali; 0,29 kali; 0,34 kali; 0,49 kali; dan 0,68 kali. Kondisi
gearing ratio Perseroan masih jauh dibawah ketentuan Peraturan Menteri Keuangan RI
44
44 No. 84PMK.0122006 tanggal 29 September 2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, atau perubahan peraturan tersebut
yang telah menetapkan maksimal 10 kali per 31 Maret 2011 dan di tahun 2010, 2009, 2008, 2007 dan 2006. Demikian pula mengenai setoran modal perseroan yang telah jauh melewati setoran modal minimum. Hal ini membuktikan bahwa
Perseroan sudah memenuhi tingkat kesehatan perusahaan pembiayaan sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Bapepam dan LK.
11.
Likuiditas dan Sumber Pendanaan
Likuiditas dalam perusahaan pembiayaan merupakan sebuah cerminan dari kemampuan Perseroan dalam mengelola perputaran arus kas dalam jangka pendek yang terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar.
Arus kas masuk Perseroan yang utama diperoleh dari penerimaan angsuran konsumen dan penerimaan fasilitas pinjaman dari bank. Arus kas keluar Perseroan yang utama adalah untuk transaksi pembiayaan baik kepada
Dealer, Supplier dan anjak piutang serta membayar beban usaha dan pajak penghasilan Perseroan.
Perseroan mengelola likuiditasnya melalui kebijakan keuangan yang terpusat dan konsisten, disamping penyelarasan waktu antara sumber pendanaan dan piutang pembiayaan. Sumber pendanaan Perseroan berasal dari pembiayaan bersama
dengan bank, pinjaman bank dan modal sendiri. Saat ini, Perseroan tidak melihat adanya permasalahan dalam sumber pendanaan dikarenakan dukungan dan komitmen penuh dari PT Bank Panin Tbk sebagai induk perusahaan yang terus-
menerus menyediakan pendanaan bagi Perseroan dalam mendapatkan pembiayaan baru. 12.
Pengeluaran Belanja Modal
Perseroan melakukan belanja modal capital expenditure untuk investasi pada aset tetap seperti kendaraan operasional,
perlengkapan dan peralatan kantor maupun pembukaan kantor cabang. Disamping itu pengeluaran belanja modal dilakukan untuk aset sewa operasi. Adapun besarnya belanja modal pada tanggal 30 April 2011, 31 Desember 2010, 2009 dan 2008
masing-masing sebesar Rp3.090 juta, Rp15.191 juta, Rp5.098 juta dan Rp12.060 juta. Dana untuk pembelian barang modal terutama berasal dari selisih lebih hasil penerimaan angsuran debitur dikurangi
pembayaran angsuran ke bank atas kerja sama pembiayaan, adapun pembelian barang modal tersebut tidak ada yang menggunakan mata uang asing. Untuk tahun 2011, sejalan dengan rencana pengembangan bisnis, Perseroan telah
merencanakan pembelian barang modal sebesar Rp14.000 juta untuk pembelian aset tetap operasional berupa kendaraan,
software hardware, peralatan kantor, tanah bangunan serta prasarana kantor untuk dapat menunjang jalannya operasional Perseroan. Sebagian besar dana yang dianggarkan tersebut lebih diperuntukkan untuk keperluan investasi
sarana penunjang kegiatan operasional berupa penambahan kantor cabang kantor pemasaran baru sebanyak 10 kantor dan rencana perseroan untuk melakukan peremajaan kendaraan operasional yang sudah tidak layak jalan sehingga
Perseroan menganggarkan pembelian kendaraan bermotor jauh lebih besar daripada tahun-tahun berikutnya. D.
KEMAMPUAN MANAJEMEN
Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya didukung oleh manajemen yang terdiri dari para Direksi dan diawasi oleh jajaran Komisaris yang memiliki pengalaman dibidang pembiayaan konsumen dalam industri kendaraan bermotor. Dalam
jajaran pejabat seniornya Perseroan juga didukung oleh karyawan-karyawan yang memiliki kapabilitas dan pengalaman yang luas dalam industri pembiayaan keuangan dan otomotif.
E.
MANAJEMEN RISIKO
Sejak awal berdiri, Perseroan telah menyadari bahwa penerapan manajemen risiko yang baik akan mendukung kinerja dari Perseroan sehingga manajemen risiko menjadi faktor yang penting bagi Perseroan dalam aktivitas kegiatan usahanya.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko adalah untuk menjaga dan melindungi Perseroan dari risiko-risiko yang mungkin terjadi sehingga kegiatan usaha Perseroan dapat berjalan sesuai yang ditetapkan Perseroan.
Dalam aktivitas sehari-hari sebagai Perusahaan Pembiayaan, Perseroan mewajibkan penerapan manajemen risiko yang menyeluruh sehingga bermanfaat bagi Perseroan dan seluruh pihak terkait yang berkepentingan terhadap Perseroan.
Dalam penerapannya, Perseroan banyak mengadopsi pola yang diterapkan oleh sektor perbankan sebagai sektor usaha di Indonesia yang lebih dahulu menerapkan konsep manajemen risiko.
Sebagai salah satu anak perusahaan Bank Panin, Perseroan diwajibkan untuk memenuhi Peraturan Bank Indonesia No. 86PBI2006 tanggal 30 Januari 2006 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 827DPNP tanggal 27 November 2006
tentang Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank yang melakukan pengendalian terhadap anak
45
45 perusahaan, dimana sasaran dan tujuan utama diterapkannya praktik Manajemen risiko di Perseroan adalah untuk menjaga
dan melindungi Perseroan melalui pengelolaan risiko kerugian yang mungkin timbul dari berbagai aktivitasnya serta menjaga tingkat risiko agar sesuai dengan arahan dan peraturan yang berlaku.
Dalam melaksanakan manajemen risiko di Perseroan, manajemen Perseroan memiliki komitmen yang kuat untuk menerapkan manajemen risiko secara komprehensif yang secara esensi mencakup kecukupan kebijakan, prosedur dan
metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha Perseroan dapat terarah dan terkendali pada batasan risiko yang dapat diterima, serta tetap menguntungkan Perseroan. Pelaksanaan manajemen risiko di Perseroan mendapat pengawasan
aktif dari direksi dan dewan Komisaris. Penerapan manajemen risiko telah dilaksanakan dengan penyusunan dan pembentukan:
– Buku Pedoman dan Kebijakan Manajemen Risiko yang telah disetujui dan disahkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris
– Komite Manajemen Risiko KMR – Satuan Kerja Manajemen Risiko SKMR pada organisasi Perseroan yang bertanggung jawab kepada Presiden
Direktur dan Komite Manajemen Risiko. Implementasi manajemen risiko di Perseroan selama ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan tujuannya dimana setiap
potensi risiko yang mungkin timbul telah diidentifikasi dan dilakukan usaha-usaha mitigasi secara proposional. Sistem manajemen risiko Perusahaan dalam menangani risiko dibawah ini adalah sebagai berikut:
1.
Risiko KreditPembiayaan
Risiko Kredit adalah risiko yang sangat penting bagi Perseroan. Risiko ini disebabkan oleh kegagalan nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dimana konsumen tidak mampu untuk
membayar kembali fasilitas pembiayaan yang diberikan, baik pokok pinjaman maupun bunganya tersebut, harus dipastikan tetap terkendali dengan adanya kontrol yang ketat terhadap implementasi kebijakan kredit yang mengacu
pada prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit serta senantiasa menerapkan Pedoman Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
Perseroan senantiasa berupaya meminimalkan risiko kredit dengan cara menerapkan manajemen risiko yang baik, memperkuat dan meningkatkan intensitas kegiatan penagihan yang mengacu pada kebijakan dan strategi Perseroan
mengenai pengelolaan kredit bermasalah yang dilakukan baik oleh pihak internal maupun eksternal collection, dengan
tahapan pelaksanaan sebagai berikut: i
Pemberitahuan reminding: x Mengirimkan SMS short message service ke nasabah 2 hari sebelum jatuh tempo.
x Menghubungi nasabah untuk mengingatkan pembayaran dan menjelaskan akibat dari keterlambatan. x Mengirimkan surat peringatan 1 di hari ke-7 setelah tanggal jatuh tempo.
ii Penagihan collecting :
x Melakukan kunjungan ke alamat nasabah mulai hari ke-8 setelah tanggal jatuh tempo. x Melakukan verifikasi kondisi nasabah untuk hal alamat, jaminan, kemampuan, dan penyebab keterlambatan.
x Memberikan penjelasan kepada nasabah akibat yang ditimbulkan oleh keterlambatan pembayaran, dan memberikan pengarahan agar selalu membayar tepat waktu.
x Mengirimkan surat peringatan Ke-2 pada hari ke-17 dan surat peringatan ke-3 pada hari ke-27. x Apabila diperlukan dapat mengusulkan penarikan barang jaminan.
iii Penarikan reposses :
x Melakukan proses penarikan barang jaminan apabila setelah batas waktu surat peringatan ke-3 berakhir nasabah belum melakukan pembayaran.
x Apabila nasabah dan atau barang jaminan tidak diketahui lagi keberadaannya, dilakukan pelacakan dan penarikan dengan bantuan tenaga eksternal.
Piutang macet tidak secara serta-merta dihapusbukukan. Hapus buku akan dilakukan apabila tunggakan sudah lebih dari 180 hari, dan nyata-nyata nasabah beserta unit sudah tidak diketahui keberadaannya. Namun secara database,
piutang tetap ditindaklanjuti penyelesaiannya yang ditangani oleh bagian remedial. Bagian ini tetap akan melakukan upaya secara maksimal untuk penyelamatan aset perusahaan dan meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh
tunggakan macet termasuk yang telah dihapusbukukan. Bagian remedial dalam pelaksanaannya dibekali dengan pemahaman mengenai etika dan hukum yang berlaku. Dalam aktivitasnya bagian remedial menggunakan jasa
eksternal yaitu
professional collector, lawyer, dan berkoordinasi dengan aparat serta pihak-pihak terkait.
46
46
2. Risiko Operasi