Tahap Inisiasi Awal dan Survei Kampung

106 Memang saat launching awal penggunaan dan pemanfaatan MCK ++ ini, pemerintah dan konsultan pendamping masih memberikan penyuluhan terakhir tentang tata cara penggunaan MCK, namun selanjutnya diserahkanlah kepada warga untuk membentuk KSM Pengelola. Belum optimalnya pemahaman KSM Pengelola diawal-awal pengelolaan menimbulkan banyak masalah, ternyata pemahaman masyarakat masih pada tahap pembelajaran belum ke tahap pengamalan. Akibatnya perubahan kebiasaan yang selama ini aktivitas MCK mereka ke sungai, lalu berubah ke sarana MCK ++ mungkin agak sedikit kaku. Ditambah lagi adanya pungutan biaya iuran yang selama ini tidak mereka keluarkan, dan sistem pengelolaan yang belum mahir serta belum munculnya motivasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan, dan masih termotivasi oleh adanya keuntungan ekonomi semata menyebabkan KSM Pengelola tidak bekerja secara profesional. “jadi waktu itu sempat ada gejolak, kumpullah KSM sama masyarakatnya diambil kata mufakat ditutuplah MCK selama 3 hari, tapi akhirnya warga tidak terima juga jadi dibuka lagi.”LBKW-ER_4 “saya juga heran kenapa MCK itu ditutup, ternyata setelah saya tanya lagi sama Pak Ruhayat, katanya mereka mau melihat sampai sejauh mana sebenarnya kesadaran dan kepedulian warga itu sama MCK tersebut”FPrW-AS_1 Sebagai orang yang merasa bertanggungjawab atas kehadiran MCK ++ di Kelurahan Matahalasan dan mantan ketua koordinator KSM Pembangun, Bapak Ruhayat yang dianggap mampu dan dituakan di lingkungan itu, diminta bantuannya untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Akhirnya beliau mengambil tindakan menutup MCK tersebut selama tiga hari, ternyata masyarakat pengguna merasakan dampaknya. Melalui tindakan penutupan MCK tadi yang diberikan oleh seorang pelopor yang menginginkan perubahan lingkungan yang baik di daerahnya, memberikan suatu tambahan pelajaran lagi bagi masyarakat pemanfaat MCK yaitu kesadaran bahwa mereka membutuhkannya. Kesadaran masyarakat dalam membutuhkan dan rasa memiliki akan MCK tadi memaksa mereka merubah kebiasaan-kebiasaan yang sudah turun temurun mendarah daging mereka lakoni. Pelajaran tentang pentingnya sanitasi tadi berubah menjadi mengamalkan dengan memanfaatkan MCK dengan sebaik- 107 baiknya. Selain itu, muncul rasa ingin berbuat sesuatu untuk perbaikan sistem pengelolaan MCK tadi, dimana masyarakat dengan kemandirian yang telah tumbuh diawal pembangunan, semakin mampu untuk mengeluarkan pendapat agar orang-orang yang selama ini duduk di kepengurusan KSM Pengelola diganti. Peran masyarakat untuk mengelola lingkungan hidupnya secara otomatis berjalan, sejalan dengan keinginan mereka agar bangunan MCK ++ dapat bermanfaat secara berkelanjutan tidak hanya untuk generasi mereka sekarang tetapi juga untuk generasi mereka yang akan datang. “pernah saya tutup MCK ini 3 hari karena saya mau menengok sejauh mana sudah kepedulian masyarakat kalau kita tutup. Akhirnya semua ribut sampai waktu itu di buat acara halal bil halal pas lebaran, akhirnya saya buka kembali, alasannya anak-anak susah kalau MCK tidak dibuka, tapi karena tidak saling menjaga tadi, cara berpikir tadi bukan punyaku, itu pertamanya tapi begitu kita tutup dia sudah butuh, baru merasa dia punya, jadi kalo merasa dia punya timbul kesadaran jadi akan berjalanlah Dorongan masyarakat atas minat dan rasa membutuhkan akan sarana”FPrW-Rh_21 Masyarakat melakukan musyawarah ulang untuk pembentukan KSM Pengelola ini umumnya adalah masyarakat yang bermukim di lingkungan I Kelurahan Matahalasan, dengan dibimbing oleh pelopor yang telah memberikan pelajaran kepada mereka tadi. Proses rembug juga tidak hanya untuk menentukan siapa-siapa saja yang akan menduduki kepengurusan KSM Pengelola, tetapi mereka memutuskan berapa besaran kebutuhan biaya operasional yang dibebankan kepada masing-masing rumah tangga untuk keberlanjutan MCK tadi yang menjadi iuran wajib pemanfaat MCK. Kesepakatan yang mereka buat menjadi sebuah pertaturan yang saling menjaga dan secara tidak langsung telah terbentuk kontrol sosial di masyarakat. Ternyata pelajaran yang diberikan oleh pelopor menumbuhkan modal sosial yang sebenarnya telah mereka miliki namun belum dapat mereka manfaatkan. Sejalan dengan pengelolaan yang dilakukan KSM Pengelola, masyarakat pemanfaat juga melakukan pengawasan antara sesama pemanfaat dan pengelola, dengan seringnya saling mengingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan agar tidak lagi terjadi kemacetan fungsi IPAL. 108 “makanya saya bawa 1 orang dari KSM Pengelola, saya bawa ke Medan, begitu pulang perobahan dilaksanakannya langsung, kenapa dengar pedapat dengan daerah-daerah lain di Sumut di Hotel Garuda, langsung saya lepas dia karena dia KSM Pengelola, saya lepas dia, dia dari masyarakat biar dia tahu sendiri, dia yang merasa kek mana tingkat kehidupan masyarakat lain selain dari kita ini contohnya, jadi masing- masing KSMnya melapor jadi diapun ikut nimbrung berbicara disana.”FPsW-Rh_13 GAMBAR 4.5 DIAGRAM AKTIVITAS PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN MCK ++ Rembug Warga KSM Pengelola didominasi dari Link. I Kader Masyarakat sebagai Pelopor Muncul kesadaran dan kemandirian untuk : • Mengelola MCK lebih profesional • Membuat tabungan warga dari sisa uang iuran • Rencana memba ngun sumur bor Muncul kesadaran dan kemandirian untuk : • rutin membayar iuran • belajar berhemat menggunakan air • menjaga kebersihan lingkungan MCK Masyarakat Pengguna dari Link. I dan II • Menutup MCK 3 hari menumbuh kan kesadaran bagi semua ma- syarakat • Membawa KSM Pengelola ber temu dan melihat keberhasilan KSM lainnya menumbuhkan kesadaran baru bagi KSM tadi. Kontrol Sosial untuk saling menjaga dalam mengelola dan memanfaatkan MCK ++ Sumber : Analisis Penulis, 2010 109 Perubahan yang lain yang diciptakan oleh pelopor adalah membawa KSM Pengelola berkumpul dan bertukar pikiran serta melihat keberhasilan pengelolaan KSM pengelola lainnya. Pola seperti ini ternyata menimbulkan kesadaran dan kemandirian bagi pengelola itu sendiri untuk mengoperasional MCK tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat semata, tetapi bagaimana membuka peluang-peluang manfaat baik itu manfaat ekonomi melalui penjualan biogas yang dihasilkan biodigister IPAL, membuat tabungan warga melalui sisa uang operasional dari iuran warga yang nantinya dapat dimanfaatkan bersama seperti, menyiapkan biaya pembelian daging sapi atau ayam untuk menyambut kedatangan bulan ramadhan. Perubahan kebiasaan yang lain yang diciptakan pelopor Bapak Ruhayat tadi yaitu kebiasaan memanfaatkan air yang sebanyak-banyaknya, karena kalau memanfaatkan sungai tidak memaki ukuran, selama air sungai ada tidak ada yang melarang. Tetapi dengan dibawanya KSM pengelola mengunjungi beberapa lokasi sanimas yang lainnya, memunculkan pemahaman baru yaitu, harus belajar berhemat. Selain itu muncul ide baru untuk membangun sumur bor sebagai suplai air bersih dalam memanfaatkan MCK tersebut, sehingga biaya untuk pembayaran air PDAM dapat berkurang, dan beban masyarakat pengguna juga berkurang. Dapat disimpulkan bahwa, mekanisme praktek perbaikan sanitasi lingkungan di Kelurahan Matahalasan ini dilatarbelakangi oleh banyak hal dan dilakoni oleh pemerannya yang didominasi oleh masyarakat yang bermukim di Lingkungan I dipengaruhi dan dimotivasi oleh adanya pengertian dan contoh yang ditiru, seperti yang diuraikan berikut ini : 1. Adanya penyampaian informasi awal yang transparan tentang manfaat suatu program melalui sosialisasi menarik minat masyarakat untuk mau memahami, dan akhirnya terlibat dan melakoni peran yang diminta dalam program tersebut. 2. Aktivitas yang diperankan oleh masing-masing pelaku dalam tiap tahapan mekanisme perbaikan sanitasi lingkungan di Kelurahan Matahalasan merupakan praktek dari perilaku yang dijalankan oleh masing-masing pelaku. 110 3. Praktek perilakunya itu tidak muncul dengan sendirinya tetapi terbentuk oleh adanya pemahaman tentang manfaat dan pentingnya pengelolaan sanitasi yang baik 4. Adanya peran pelopor yang begitu banyak memberikan contoh dan pelajaran bagi masyarakat untuk lebih memahami lagi pengertian yang sudah mereka peroleh, sehingga muncul kesadaran dan rasa tanggung jawab untuk saling menjaga dalam mengelola dan memanfaatkan MCK ++ yang merupakan bentuk pengawasan sosial. 4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepedulian Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Matahalasan Kepedulian masyarakat sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat itu sendiri, dan perilaku masyarakat tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya stimulus yang diterima. Stimulus ini akan berbeda responnya pada setiap orang sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya. Untuk mengetahui faktor kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan, akan dilihat dari faktor yang mempengaruhi dan membentuk perilaku masyarakat sebelum perbaikan sanitasi lingkungan dan sesudah perbaikan sanitasi.

4.2.1 Sebelum Ada Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan

Menurut teori Walgito 2004, bahwa pembentukan perilaku seseorang dibentuk dengan kebiasaan conditioning, dengan pengertian insight dan dengan pencontohan voluntary. Perilaku masyarakat di Kelurahan Matahalasan sebelum adanya program perbaikan sanitasi lingkungan dibentuk dengan kebiasaan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti terlihat pada Gambar 4.6, berikut ini: 111 Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, masyarakat akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, begitu juga hal dengan masyarakat yang bermukim dibantaran sungai cenderung akan berinteraksi dengan lingkungan Minimnya penyediaan Prasarana Sanitasi Rendahnya pengetahuan masy. ttg sanitasi Lemahnya Pengawasan 1. Lahan yang sulit 2. Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat 1. Latar belakang pendidikan 2. Minimnya penyu luhan tentang sanitasi 1. Tidak adanya sanksi yang diatur 2. Sulitnya penera pan kebijakan aturan sanitasi KEBIASAAN MEMANFAATKAN SUNGAI GAMBAR 4.6 DIAGRAM FAKTOR PENDORONG MASYARAKAT MEMANFAATKAN SUNGAI Sumber: Hasil Analasis Penulis, 2010 Tidak adanya pencontohan voluntary Keterangan : : dibentuk oleh : dipengaruhi oleh PERILAKU KURANG RAMAH LINGKUNGAN