BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai berada di sepanjang bantaran Sungai Silau dan Sungai Asahan dengan luas wilayah 16,1 Ha dan jumlah
penduduk mencapai 3.381 jiwa BPS, 2009, dengan kepadatan penduduk mencapai 210 jiwaHa. Tingginya kepadatan penduduk yang tidak sebanding
dengan lahan yang tersedia untuk permukiman mengakibatkan ketidakteraturan dalam penataan tempat tinggal dan penyediaan sarana dan prasarana dasar
permukiman. Menurut Budiharjo 2009:94, padatnya penduduk di kota akan
mengakibatkan semakin kurang memadainya sarana dan prasarana permukiman. Begitu juga yang terjadi di Kelurahan Matahalasan, kondisi tempat tinggal yang
buruk, menurunnya kualitas infrastruktur jalan, drainase akibat genangan pasang surut air Sungai setiap bulannya. Kurangnya pengelolaan dan pemeliharaan
terhadap infrastruktur yang terbangun memperburuk kondisi yang sudah ada. Problematika yang dihadapi masyarakat di kelurahan Matahalasan ini
umumnya adalah masalah lapangan pekerjaan, kemiskinan yang meningkat, kerawanan sosial akibat meningkatnya angka kejahatan, pelayanan kesehatan dan
pendidikan yang rendah, sebagian besar lahan permukiman penduduk adalah tanah milik PT Kereta Api Indonesia yang berada di bantaran Sungai Silau dan
Sungai Matahalasan, kurangnya area-area penghijauan, timbunan sampah rumah tangga, masih ada yang melakukan kebiasaan buang air besar ke Sungai dan
penggunaan air Sungai untuk kebutuhan rumah tangga karena tidak tersedianya sarana dan prasarana sanitasi lingkungan yang layak, yang berpotensi sebagai
penyebab penyebaran wabah penyakit. Dibuktikan dengan tingginya angka penderita penyakit diare, disentri dan infeksi penyakit usus lainnya sebesar 15.755
jiwa dan penyakit kulit sebesar 14.128 jiwa di Kota Tanjungbalai BPS, 2009 dan hampir 20 penderita adalah penduduk yang tinggal di bantaran Sungai Silau
termasuk Kelurahan Matahalasan, hal ini mengindikasikan buruknya sanitasi lingkungan yang ada.
Sanitasi lingkungan Syahbana dalam Gunawan, 2006:2 adalah bagian dari kesehatan masyarakat yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan
atau menguasai faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan yang ditujukan untuk i sanitasi air, ii sanitasi makanan, iii sistem
pembuangan tinja, iv sanitasi udara, v pengendalian vektor dan roden penyakit, vi higienitas rumah. Ketika masalah sanitasi muncul di kawasan permukiman
padat yang tidak tertata dengan baik dan juga tidak ditangani dengan cara yang tidak saniter maka akan mencemari lingkungan sekitar.
Pemerintah Kota Tanjungbalai sudah berusaha untuk memperbaiki kondisi ini melalui program-program perbaikan lingkungan permukiman dengan konsep
pemberdayaan masyarakat, Program ini melibatkan peran serta masyarakat yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap pemanfaatan dan
pemeliharaan. Diharapkan dengan adanya peran serta masyarakat tersebut timbul rasa memiliki terhadap hasil-hasil pembangunan sehingga keberlanjutan dari
program dapat tercapai. Namun pada kenyataannya tidak semua program dapat berjalan dengan baik, hal ini disebabkan tidak semua masyarakat memiliki
kepedulian terhadap lingkungannya. Latar belakang masalah tersebut di atas, menjadi dasar bagi penulis untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sejauh mana kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan
Matahalasan Kota Tanjungbalai.
1.2 Perumusan Masalah