80
5. Memelihara Teamwork
Memimpin organisasi sama dengan memimpin orang-orang agar fokus pada tujuan bersama, bukan tujuan pribadi.. Tujuan bersama ini harus terus
dikomunikasikan agar seluruh anggota sama-sama dapat menikmati, seperti diutarakan oleh Bapak Tarmizi :
“Kita harus paham bahwa keberhasilan organisasi ini adalah keberhasilan bersama. Bukan keberhasilan pribadi. Karena keberhasilan bersama, apapun
hasilnya nikmatilah bersama. Ketika dia bilang ini pekerjaan bersama, tujuan bersama, tapi ketika ada hasil dia bilang ini kan hasil kerjaku, prestasiku,
pialaku.”
wawancara pada tanggal 17 April 2013
Untuk menciptakan rasa sebagai satu teamwork, Bapak Tarmizi melakukan komunikasi secara personal, seperti apa yang dikatakan beliau :
“Intinya rasai dulu, kita cerita keluarga, bukan selalu masalah pekerjaan, jadi rasa itu akan timbul. Bawahan saya sangat rajin mengingatkan saya
akan kegiatan-kegiatan, kadang sampai empat orang selalu ingatkan. Saya mau kasih biaya pulsanya, karena sering-
sering ingatkan saya……… komunikasi itu bukan hanya antara atasan bawahan, perlu juga pendekatan
personal . …. tidak ada pekerjaan yang berat. Ketika sudah merasa satu
teamwork, selesailah.” wawancara pada tanggal 17 April 2013
6. Menghargai Status dan Peran
Arus komunikasi dari pimpinan ke bawahan di Dinas Budparpora juga diupayakan agar tetap dalam koridor saling menghargai. Setidaknya demikian
menurut Bapak Tarmizi : “Pimpinan itu harus sadar betapa pentingnya pekerjaan tukang antar surat itu.
Sebuah acara bisa sukses karena ada tukang antar surat. Jadi jangan pernah anggap sepele seorang tukang antar surat, seorang arsiparis. Kualitas arsiparis
bisa mempengaruhi pencapaian kinerja pimpinan, harus sadar peran mereka. Hargailah mereka, semua punya peran yang sangat penting karena ini sistem.
Satu saja berulah maka rusaklah pekerjaan ini.
” wawancara pada tanggal 17 April 2013
Universitas Sumatera Utara
81
Tidak cukup hanya sampai disitu, Bapak Tarmizi juga sangat perhatian kepada bawahan, sebab manfaatnya bukan untuk bawahan saja :
“Jangan pakai orang ketika kita butuh saja, ketika dia sakit juga kita perhatikan. Karena semakin cepat dia terbantu semakin cepat juga pekerjaan
ini selesai.” wawancara pada tanggal 17 April 2013
7. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Komunikasi yang diterapkan oleh Bapak Tarmizi kepada bawahan mempunyai maksud agar bawahan dapat bekerja dan berfungsi sesuai dengan minat
dan kemampuan bawahan tersebut. Penempatan dan penugasan seseorang selalu didasarkan kepada latar belakang dan kompetensi yang dia miliki. Hal inilah yang
dinyatakan oleh Bapak Tarmizi seperti di bawah ini: “Berikan pekerjaan sesuai hobinya, sesuai the right man on the right place.
Bakat, minat dan kemampuan. Semua staf dengan karakter masing-masing perlu dan penting. Jadi kita butuh orang lapangan, kita butuh orang
administrasi…….. di dinas ini semua diberdayakan, tergantung pimpinan itu memberikan pkerjaan apa, sesuai minat anggotanya. Semua orang itu berfungsi,
bermanfaat. Tempatkanlah seseorang itu sesuai bakat dan minat.” wawancara pada tanggal 17 April 2013
Pembahasan
Sejak menjadi Kepala Dinas Budparpora Kota Sibolga, Bapak Tarmizi berusaha mengurangi gap antara atasan dengan bawahan melalui tindakan
komunikasi yang penuh pengertian seperti memahami bahwa kebutuhan dan keinginan atasan atau bawahan itu sebenarnya sama. Melalui pengertian ini,
pekerjaan akan lebih mudah selesai semua. Motivasi kerja para bawahan juga akan meningkat. Sebaliknya, jika terjadi pengurangan hak sperti pemotongan dana SPPD
Universitas Sumatera Utara
82
Surat Perintah Perjalanan Dinas, maka kemungkinan besar para bawahan akan menghindari pekerjaan.
Rasa pengertian tersebut timbul karena Bapak Tarmizi tetap ingat bahwa dia juga pernah mengalami menjadi bawahan yang tidak diperdulikan oleh pimpinannya.
Tapi pengalaman pahit tersebut tidak patut untuk diwariskan dalam bentuk balas dendam tapi sepatutnya berusaha membuat bawahan merasa nyaman. Selain itu,
beliau juga paham dengan kondisi bawahan, sehingga tidak menerapkan secara tegas aturan-aturan tertentu seperti kegiatan apel pagi. Baginya, yang penting pekerjaan
selesai tepat waktu. Dia tidak ingin jika kebijaknnya menjadi bumerang, sebab dia juga tidak yakin bisa setiap hari apel pagi. Memang terdapat sanksi bagi pegawai
yang tidak hadir apel pagi yaitu pemotongan Uang Lauk Pauk ULP, namun Bapak Tarmizi menganggapnya sebagai masalah kesadaran pegawai saja. Dia merasa bahwa
PNS tidak bisa diperlakukan secara keras, walaupun latar belakang pendidikannya sendiri adalah keras.
Hubungan Bapak Tarmizi dengan bawahan dilandasi rasa secara kekeluargaan. Hal ini disengaja oleh beliau untuk meningkatkan loyalitas bawahan.
Baginya, komunikasi itu penting, walau komunikasi sekecil apapun, makanya Bapak Tarmizi selalu menyapa bawahan dengan cara kekeluargaan. Walaupun begitu,
perasaan bawahan tetap dijaga agar tidak ada yang kecewa, karena targetnya cuma satu yaitu pekerjaan selesai. Jika seorang pemimpin punya target pribadi, menurutnya
organisasi akan gagal. Bapak Tarmizi juga paham betul bahwa keberhasilan organisasi adalah
keberhasilan bersama, bukan keberhasilan pribadi. Sehingga, keberhasilan sebesar
Universitas Sumatera Utara
83
apapun mestinya dinikmati bersama. Beliau juga sadar betapa pentingnya setiap orang walau yang menduduki jabatan terendah sekalipun, sebab dia bisa
mempengaruhi pencapaian kinerja pimpinan. Bapak Tarmizi mengatakan bahwa gaya kepemimpinannya adalah
kekeluargaan persahabatan, tapi fleksibel seperti akordion, tergantung apa perlunya. Dia punya filosofi „senyumlah sama orang maka orang akan senyum sama kita‟.
Komunikasi haru dijalin secara benar agar setiap orang merasa nyaman dan terhindar dari konflik. Cukup dengan melakukan kepada orang lain apa yang kita inginkan
mereka lakukan. Dalam hal kewenangan, beliau mengatakan bahwa dia memberi kewenangan
100 . termasuk kewenangan anggaran. Dia percaya bahwa jika orang dipercaya mereka akan malu untuk menipu dan tidak jujur namun akan membantu dengan
ikhlas. Oleh karena itu, beliau lebih menyukai media komunikasi face to face,
Menurutnya, cara itu lebih efektif walau tidak selalu. Misalnya dengan cara berkumpul dan cerita-cerita sehabis jam kerja, mendengar musik dan lagu, sehingga
hubungan jadi semakin dekat. Namun jika itu menyangkut tugas kedinasan, maka komunikasinya selalu dalam bentuk tertulis. Dengan komunikasi yang baik seperti
ini, maka inisiatif akan banyak datang dari bawahan. Demikian juga dengan urusan pembuatan surat, Bapak Tarmizi menghindari
membuat konsep kepada bawahan, karena kalau caranya demikian, maka bawahan tidak akan berani mengoreksi konsep surat, dan .merekapun akan berfungsi hanya
sebagai juru ketik padahal mereka diterima sarjana dengan bermacam latar belakang
Universitas Sumatera Utara
84
pendidikan. Inilah model pemberdayaan yang dilakukan oleh Bapak Tarmizi. Berbicara mengenai hambatan interaksi, Bapak Tarmizi menegaskan tidak ada
hambatan karena pada dasarnya beliau berusaha akrab secara kekeluargaan, dan berusaha loyal dengan bawahan agar bawahan juga loyal kepada atasan.
Melalui penerapan gaya komunikasi Bapak Tarmizi seperti uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi memegang peranan kunci dalam menjalankan
kepemimpinan organisasi di kantor Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga.
Universitas Sumatera Utara
85
4.3.2.2 Informan II
Nama : Abdul Hamid, SE
NIP : 19600524 198303 1 011
PangkatGolongan Ruang : PembinaIva
Tanggal Lahir : 24 Mei 1960
Jabatan : Sekretaris
Jenis Kelamin : Laki-laki
A . Interpretasi Data
Gaya bicara Sekretaris ini sangat santai dan terkesan sederhana, sama sederhananya dengan pandangannya tentang komunikasi. Menurutnya, cukup dengan
senyum, sapa, salam, maka komunikasi akan berlangsung lancar, menciptakan hubungan pertemanan dan pergaulan yang baik. Kesederhanaan berpikir ini tidak
lahir begitu saja, namun dilatarbelakangi pengalamannya selama menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Setelah duduk pada jabatannya yang sekarang, Bapak ini tidak melihat ada sesuatu masalah di dalam pelaksanaan tugas-tugas di kantor Dinas Budparpora Kota
Sibolga, terutama dalam pendelegasian tugas. Menurutnya, para staf telah cukup mengerti dengan pekerjaan dan tugas masing-masing, sehingga tidak menemui
hambatan dalam berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan lebih sering secara face to face, disamping lewat cara disposisi surat dan telepeon atau SMS.
Universitas Sumatera Utara
86
1. Menimbulkan kesenangan