Diskusi KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

minor yang menyatakan ada pengaruh secara signifikan pada masa kerja terhadap kinerja karyawan PT. Putra Pertiwi Karya Utama terjawab kebenarannya. 7 Ada pengaruh secara signifikan pada jenis kelamin terhadap kinerja dengan nilai signifikan 0,144 α = 0,05 dan nilai konstanta sebesar 1,012, serta nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,015 yang berarti Conscientiousness memberikan sumbangan efektif sebesar 1,5 terhadap kinerja. Berdasarkan analisis data ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketujuh minor yang menyatakan ada pengaruh secara signifikan pada jenis kelamin terhadap kinerja karyawan PT. Putra Pertiwi Karya Utama tidak terjawab kebenarannya.

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab 4, membuktikan bahwa Organizational Civilizational Behaviour OCB berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan PT. Putra Pertiwi Karya Utama. Dengan nilai koefisien korelasi R 0,619, R Square R 2 0,384, F hitung 36,120, t hitung 6,010, dan nilai signifikansi 0,000 p 0,05. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat OCB seorang karyawan, maka semakin tinggi pula kinerja karyawan karyawan tersebut. Agar karyawan perusahaan memiliki OCB yang baik, maka sebaiknya perusahaan mengadakan penilaian kinerja berdasarkan OCB berdasarkan teori Organ, Padsakoff dan MacKenzie, Weaner, dkk untuk tingkatan tidak hanya tingkatan staf tetapi manager, supervisor, produksi seperti yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya diharapkan mampu membuat angket OCB dan kinerja yang sesuai dengan penelitian sebelumnya dengan skala lain seperti skala Guttman, sehingga dapat di pakai sebagai alat ukur yang paling tepat untuk mengukur baik atau buruknya OCB pada sebuah perusahaan, organisasi, instansi pemerintah, pendidikan, jasa, dan lain-lain. Teori Dyne 1983 menyatakan bahwa penilaian kinerja terhadap kinerja karyawan didasarkan pada job description in-role behavior yang telah disesuaikan oleh organisasi tersebut, tetapi teori Smith 1983 menyatakan seharusnya untuk mengukur kinerja karyawan tidak hanya berdasarkan pada job description in-role behavior, tetapi melihat Organizational citizenship behavior extra role behavior. Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pentingnya bagi karyawan untuk memiliki perilaku extra role di samping perilaku intra role dalam mengerjakan setiap pekerjaan yang dibebankan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya. Karena berdasarkan pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa umumnya karyawan telah memiliki perilaku-prilaku keduanya saat melakukan pekerjaan yang dikerjakan secara individu maupun tim, sehingga kinerja mereka bagus, baik kinerja secara individu maupun kinerja tim. Dalam penelitian Organ 1990 menunjukkan bahwa OCB tidak hanya mempengaruhi kinerja, tetapi dapat juga mempengaruhi bagaimana manajer mengevaluasi karyawan. Katzell and Yankelovich 1975 berpendapat bahwa manajer percaya OCB memberikan kontribusi pada kinerja. Bahkan OCB telah dimasukkan dalam penilaian kinerja Werner, 1994. Agar OCB berdampak langsung terhadap kinerja, Organ 1990 mengatakan kontribusi pribadi harus diagregasikan ke seluruh perusahaan. Alison 2001, meneliti tentang OCB di kalangan mahasiswa menemukan bahwa terdapat hubungan secara signifikan antara OCB terhadap kinerja. Begitu pula dengan hasil penelitian Karambayaja 1989 yang secara empiris membuktikan bahwa karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki OCB yang lebih baik, dibandingkan karyawan yang bekerja pada orang yang memiliki kinerja kurang baik. Pada tabel Coeffisien Uji t menunjukkan ada 6 IV yaitu Altruism, Courtesy, Conscientiousness, Sportsmanships dan Civic Virtue yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja serta prediktor OCB yaitu masa kerja yang berpengaruh secara positif terhadap kinerja dan hanya ada 1 IV dari prediktor OCB yaitu jenis kelamin yang tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan dengan mengacu pada tabel 4.13 tentang proporsi varians IV terhadap DV memaparkan bahwa besarnya sumbangan Altruism terhadap kinerja adalah 5 dengan nilai signifikansi 0,002 p 0,05. Perilaku membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada tugas-tugas yang berkaitan erat dengan operasi-operasi organisasional. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Huston 2000 dan penelitian Allison 2001 yang menyatakan peningkatan Altruism akan meningkatkan kinerja. Lalu dengan hasil penelitian Simanulang 2010 yang menyatakan hal yang serupa. Besarnya sumbangan varians Courtesy terhadap kinerja adalah 3,8 dengan nilai signifikansi 0,022 p 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Huston 2000 dan penelitian Allison 2001 yang menyatakan peningkatan Courtesy akan meningkatkan kinerja. Lalu diperkuat dengan hasil penelitian Simanulang 2010. Jika dibandingkan sumbangan varians perilaku Altruism lebih tinggi daripada perilaku Courtesy, artinya mengacu pada deskriptif karakteristik responden menunjukkan usia karyawan lebih banyak yang sebaya dari pada yang terpaut jauh. Sehingga perbedaannya hanya 1,2 sangat sesuai dengan kenyataan yang ada di perusahaan secara umum dimana mereka sangat menghargai yang lebih tua, meredam permasalahan yang muncul, memberikan konsultasi, serta memberikan informasi yang dibutuhkan baik oleh intern maupun oleh relasi. Sumbangan varians Conscientiousness terhadap kinerja sebesar 38,1 dengan nilai signifikansi 0,000 p 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Huston 2000 dan penelitian Allison 2001 yang menyatakan peningkatan Conscientiousness akan meningkatkan kinerja. Lalu diperkuat dengan hasil penelitian Simanulang 2010. Perilaku untuk tiba lebih awal, datang bekerja tepat waktu, datang segera jika dibutuhkan dan tidak mengambil kelebihan waktu. Hal ini sangat sesuai dengan realita yang terdapat di perusahaan dengan adanya karyawan yang menegur jika melihat karyawan yang datang tidak tepat waktu, sehingga hampir 97 karyawan memiliki perilaku Conscientiousness dengan baik. Selanjutnya sumbangan varians Sportsmanships terhadap kinerja adalah 8,8 dengan nilai signifikansi 0,013 p 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Huston 2000 dan penelitian Allison 2001 yang menyatakan peningkatan Sportsmanships akan meningkatkan kinerja. Lalu diperkuat dengan hasil penelitian Simanulang 2010. Selanjutnya menurut Organ dalam Aisyia, 2005, perilaku untuk bertoleransi terhadap kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dihindari dan dibebani pekerjaan tanpa mengeluh, karena OCB adalah perilaku sosial yang tidak dihargai dengan reward, lebih ke arah sukarela, maka kondisi ini hanya memiliki sumbangan yang tidak mencapai 10, artinya lumrah dan manusiawi jika masih banyak karyawan yang mengharap penghargaan ketika dibebani pekerjaan yang lebih besar. Tetapi peneliti menemukan adanya bentuk penghargaan yang lebih kearah kebersamaan tim yaitu misalnya dengan mempererat kekeluargaan dengan makan bersama di restoran, pergi ke Dupan dibandingkan perhargaan secara individu dan secara finansial. Demikian pula dengan sumbangan varians Civic Virtue terhadap kinerja adalah 4,9 dengan nilai signifikansi 0.019 p 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Huston 2000 dan penelitian Allison 2001 yang menyatakan peningkatan Civic Virtue akan meningkatkan kinerja. Lalu diperkuat dengan hasil penelitian Simanulang 2010. Perilaku untuk bertanggung jawab demi kelangsungan organisasi. Perilaku ini lebih kecil dibandingkan dengan Altruism 5 dan Sportsmanships 8,8, dikarenakan keahlian yang terbatas dengan pemberian beban yang tidak pada porsinya yang memerlukan penanganan kerja dalam sebuah tim. Berdasarkan paparan di atas tentang dimensi-dimensi OCB ini sesuai dengan penelitian William Anderson 1991 yang membagi OCB ke dalam 2 bagian yaitu OCB-O dan OCB-I. Dalam paparan di atas OCB-I yaitu perilaku OCB yang lebih berhubungan dengan individu adalah perilaku Altruism dan Courtesy yang memiliki kontribusi varians sebesar 5 dan 3,8 sedangkan OCB-O yaitu perilaku OCB yang berhubungan dengan organisasi adalah perilaku conscientiousness, sportsmanships dan civic virtue sebesar 38,1, 8,8, dan 4,9. Hal ini menunjukkan bahwa yang paling dominan adalah perilaku karyawan yang lebih mengutamakan perilaku OCB yang berhubungan dengan organisasi mentaati peraturan, menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan job desk, bekerja tidak mengeluh, ataupun dukungan terhadap fungsi-fungsi organisasi. Adapun sumbangan varians prediktor OCB yaitu masa kerja dan jenis kelamin terhadap kinerja, dimana sumbangan variabel masa kerja sebesar 3,4 dengan nilai signifikansi 0,035 p 0,05 sedangkan variabel jenis kelamin 1,5 dengan nilai signikansi 0,144 p 0,05. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja seorang karyawan maka semakin baik kinerjanya. Karena berpengalaman, ahli dan kompeten. Hal ini sangat sesuai dengan hasil penelitian Greenberg dan Baron yang menunjukkan bahwa karakteristik personal seperti masa kerja berpengaruh positif terhadap OCB sehingga berpengaruh pula terhadap kinerja, sedangkan untuk jenis kelamin pada penelitian tidak berpengaruh terhadap kinerja. Sesuai dengan perkembangan teknologi dan zaman, laki-laki bisa saja memiliki kinerja yang lebih tinggi dari pada perempuan atau sebaliknya perempuan bisa saja memiliki kinerja yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Disamping itu jumlah responden dalam penelitian tidak sebanding antara responden laki-laki hanya 17 orang dan perempuan 43 orang. Penelitian-penelitian lain juga membuktikan adanya pengaruh OCB terhadap kinerja di antaranya penelitian oleh George Bettenhausen 1990, menemukan adanya keterkaitan yang erat antara OCB dengan kinerja tim. Dengan adanya perilaku Altruistic memungkinkan kelompok bekerja secara kompak dan efektif untuk saling menutupi kelemahan-kelemahan masing- masing. Lalu diperkuat oleh Podsakoff 1997 yang menemukan keterkaitan erat antara OCB dengan kinerja tim, keterkaitan erat terutama terjadi antara OCB dengan tingginya hasil kerja tim secara kuantitas. Selanjutnya ditemukan penelitian dari Wijaya 2007 yang menggunakan analisa jalur dengan hasil sebagai berikut: 1. Legitimate Power X 1 berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Y dengan variabel OCB X 5 sebagai intervening. 2. Reward Power X 2 berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja Y dengan variabel OCB X 5 sebagai intervening. 3. Referent Power X 3 berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja Y dengan variabel intervening OCB X 5 . 4. Expert Power X 4 berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja Y dengan variabel OCB X 5 . 5. OCB berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja Y. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel legitimate power X 1 paling dominan mempengaruhi kinerja karyawan dengan variable intervening OCB X 5 . Beberapa penelitian empiris selanjutnya telah menemukan manfaat dan penggunaan OCB dalam organisasi. Sebagai contoh, studi dari Podsakoff dan Mac Kenzie 1994 menemukan tim asuransi yang menunjukkan OCB mampu meningkatkan efektifitas dan kinerjanya secara keseluruhan. Lebih lanjut, studi Waltz dan Niehoff 1996 pada karyawan restoran menunjukkan bahwa perilaku membantu teman sekerja, salah satu bentuk dari kinerja extra role, memiliki hubungan signifikan pada setiap indikator kinerja yang diamati kecuali pada komplain pelanggan. Sementara, beberapa penelitian lain menemukan dampak kinerja extra-role bahwa para manager menggunakan kriteria perilaku extra-role dalam penilaian kinerja untuk menentukan promosi jabatan dan kebijakan kenaikan upah karyawan Mac Kenzie, Podsakoff dan Fetter, 1993. Studi yang dilakukan oleh Avilia, Fern dan Mann 1988 terhadap tenaga penjual komputer menemukan bahwa proporsi kinerja OCB mencapai 48 dalam evaluasi kinerja tenaga penjual sementara kriteria target penjualan hanya memperoleh proporsi 12. Dengan demikian, ketika seorang karyawan menunjukkan perilaku OCB, maka ia memiliki peluang untuk mendapatkan penilaian kinerja yang lebih baik dan kesempatan promosi yang lebih besar.

5.3 Saran