tetapi beberapa peneliti yaitu Konrad dalam Simanullang 2001 mengemukakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin
dengan OCB. Begitu pula, penelitian yang dilakukan oleh Greenberg Baron 2002 menunjukkan bahwa karakteristik personal seperti masa
kerja berpengaruh positif terhadap OCB, sehingga berpengaruh pula terhadap kinerja.
2.3 Kerangka Pikiran
Kerangka pikiran digunakan untuk menunjukkan arah bagi suatu penelitian agar dapat berjalan sesuai pada lingkup yang telah ditetapkan. Kerangka pikiran
yang diajukan untuk penelitian ini berdasarkan pada hasil telaah teoritis seperti
yang telah diuraikan diatas.
Di tengah resesi ekonomi global ini setiap perusahaan selalu mengupayakan agar karyawan berkinerja baik, walaupun banyak pengeluaran
yang harus dikeluarkan perusahaan untuk meningkatkan kinerja tersebut. Terdapat beberapa perusahaan yang mampu meningkatkan kinerja karyawan
tanpa diiringi reward berupa insentif, bonus maupun moneter dengan pengeluaran yang banyak. Hal ini karena perilaku extra-role, selain perilaku
intra-role yang dimiliki oleh karyawan. Karena perilaku extra-role merupakan perilaku sosial yang memang harus dimiliki oleh setiap individu tanpa
mengharapkan pamrih. Hal ini agar perusahaan berjalan sesuai dengan harapan.
Perilaku extra-role ini disebut dengan Organizational citizenship behavior OCB
yang terdiri
dari 5
dimensi yaitu
Altruism, Courtesy,
Conscientinousness, Sportsmanships dan Civic Virtue. Berdasarkan pemahaman di atas, peneliti berasumsi bahwa ada pengaruh
OCB, dimensi-dimensi OCB serta prediktor OCB terhadap kinerja dengan skema kerangka berpikir sebagai berikut:
Courtesy Altruism
Organizational Citizenship Behavior
OCB
Conscientiousness
Civic Virtue Sportsmanships
Masa Kerja
Jenis Kelamin
Kinerja
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Variabel independen :
1. Organizational citizenship behavior OCB = Total skor seluruh dimensi-dimensi OCB
2. Altruism
3. Courtesy
4. Conscientiousness Dimensi-dimensi OCB
5. Sporstmanships
6. Civic Virtue
7. Masa Kerja Prediktor OCB
8. Jenis Kelamin Variabel Dependen
1. Kinerja
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya didalam kenyataan empirical verification, percobaan
experimentation atau praktik implementation Umar, 2003:56. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis mayor
Ha
1 =
OCB Organizational Citizenship Behavior berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
Hipotesis Minor
Ha
2
= Altruism berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Ha
3
= Courtesy berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Ha
4
= Civic virtue berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Ha
5
=
Sportsmanships berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Ha
6
=
Conscientiousness berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Ha
7
=
Masa kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Ha
8
=
Jenis kelamin berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir tersebut di atas dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
1. Pengaruh OCB terhadap kinerja
Menurut Baterman Organ dalam Elfina, 1998, OCB merupakan sikap membantu yang ditunjukkan oleh anggota organisasi, yaitu sifat
konstruktif, dihargai oleh perusahaan, tapi tidak secara langsung berhubungan dengan produktifitas individu. OCB juga merupakan bentuk
perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi, tetapi secara agregat
meningkatkan efektifitas fungsi organisasi. Penelitian Organ dalam Triyanto, 2009 menunjukkan bahwa OCB
berhubungan erat dengan kinerja organisasi. Penelitian Wijaya 2007 menunjukkan bahwa OCB berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
personil Poltabes Yogya.
H
1
: OCB berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
2. Pengaruh altruism terhadap kinerja
Altruism kepedulian didefinisikan sebagai mengambil alih tindakan sukarela membantu orang lain dengan masalah yang terkait dengan
pekerjaan Podsakoff MacKenzie, 1994, hal.351. Hal ini mengacu pada mengambil waktu dari jadwal pribadi sesorang dan untuk memberikan
pertolongan kepada seseorang yang membutuhkan. Altruism di antara karyawan dapat berupa menolong sesama karyawan lain untuk membuat
format kegiatan, membuat format laporan, atau menyelesaikan tugas kerja lainnya. Seorang karyawan yang mempraktikkan altruism selain
meningkatkan kinerja karyawan yang dibantu, juga akan meningkatkan kinerja karyawan yang mempraktikkan altruism.
Penelitian yang dilakukan oleh Huston 2000 dan penelitian oleh Allison 2001 menunjukkan bahwa altruism berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja.
H
2
: Altruism berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
3. Pengaruh courtesy terhadap kinerja
Courtesy sopan santun meliputi keterlibatan dalam tindakan yang mencegah terjadinya masalah-masalah yang terkait dengan pekerjaan dan
yang lainnya PodsakoffMacKenzie,1994:351, menampilkan bahasa tubuh yang dipertimbangkan atau berhati-hati terhadap orang lain,
memeriksa, atau mengenali orang lain sebelum mengambil tindakan yang akan mempengaruhi kerja mereka Organ, 1990:47.
Tindakan santun dapat termasuk berkomunikasi secara teratur dengan rekan-rekan kerja, sehingga sesama karyawan bisa mengantipasi
ketika terjadi peristiwa-peristiwa kegagalan yang tidak mereka harapkan. Penelitian yang dilakukan oleh Huston et al., 2000 dan penelitian
oleh Allison et al., 2001 menunjukkan bahwa courtesy berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.
H
3
:
Courtesy berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
4. Pengaruh conscientiousness terhadap kinerja
Conscientiousness kesadaran untuk memprioritaskan kehadiran, penggunaan waktu kerja, dan dukungan terhadap berbagai macam
peraturan yang melampaui setiap standar minimum yang ditetapkan Organ, 1990:47. Seseorang yang sadar akan tanggung jawabnya, secara
sukarela mengambil tanggung jawab ekstra, tepat waktu, menempatkan kepentingan pada keterperincian dan kualitas tugas, dan secara umum
mengerjakannya jauh melebihi panggilan tugas. Karyawan yang sadar akan tanggung jawabnya dapat diharapkan untuk selalu datang secara teratur dan
tepat waktu, mengerjakan tugas-tugas segera setelah tugas-tugas tersebut diberikan, dan bersedia untuk menerima tugas tambahan untuk
meningkatkan kualitas kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Huston et al., 2000 dan penelitian
oleh Allison et al., 2001 menunjukkan bahwa conscientiousness berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.
H
4
: Conscientiousness berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
5. Pengaruh sportsmanships terhadap kinerja
Sportsmanships sportivitas
melibatkan kemauan
untuk mentoleransi ketidaknyamanan yang pasti terjadi dan resiko pekerjaan
tanpa mengeluh Organ 1990, hal. 96. Hal ini seperti tidak menyebarkan isu-isu yang kurang baik terhadap kenyamanan organisasi.
Karyawan yang memiliki level sportsmanships yang tinggi akan lebih fokus terhadap apa yang harus dilakukan daripada memikirkan hal
lain yang bisa mengganggu konsentrasi pada tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Huston et al., 2000 dan penelitian oleh Allison et al., 2001 menunjukkan bahwa sportsmanship
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.
H
5
: Sportsmanship berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
6. Pengaruh civic virtue terhadap kinerja
Civic Virtue bertanggung jawab adalah karakter seseorang yang peduli dan ikut berpartisipasi akan kehidupan perusahaan. Podsakoff
MacKenzie, 1994, p.351. Komitmen antusias terhadap organisasi ini meliputi menghadiri pertemuan atau peran yang sebenarnya merupakan
pilihan atau sukarela, mencari cara untuk meningkatkan cara perusahaan beroperasi, atau mengawasi lingkungan perusahaan untuk kesempatan atau
ancaman. Seorang karyawan dapat menunjukkan civic virtue dengan mendukung perusahaan setiap mengadakan kegiatan-kegiatan dengan
berperan serta atau berpartisipasi atau membantu mengorganisasi kegiatan- kegiatan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Huston et al., 2000 dan Allison et al., 2001 menunjukkan bahwa civic virtue berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja.
H
6
: Civic Virtue berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
7. Pengaruh masa kerja terhadap kinerja
Masa kerja dapat berfungsi sebagai prediktor OCB, karena variabel tersebut mewakili ”pengukuran’’ terhadap ”investasi” karyawan dalam
organisasi. Semakin lama masa kerja seorang karyawan maka semakin baik kinerjanya, karena berpengalaman, ahli dan kompeten. Hal ini sangat
sesuai dengan hasil penelitian Greenberg dan Baron yang menunjukkan bahwa karakteristik personal seperti masa kerja berpengaruh secara
signifikan terhadap terhadap kinerja.
H
7
: Masa kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
8. Jenis Kelamin
Kata jenis kelamin berasal dari bahasa Inggris yaitu sex Echols, 1996. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jenis kelamin
adalah sifat keadaan jantan atau betina. Jenis kelamin adalah suatu hal yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin dapat
diketahui dengan melihat identitas diri subjek penelitian pada skala yang digunakan dalam penelitian ini.
H
8
: Jenis kelamin berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti mengemukakan tentang metodologi penelitian. Adapun penjelasan mengenai metode dimulai dengan deskripsi mengenai
populasi, variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, serta metode analisis data. Jenis penelitian, subyek
penelitian, instrumen yang digunakan, pengumpulan data dan teknik analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini dimaksudkan agar dapat menjawab
pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu apakah ada pengaruh secara signifikan antara organizational citizenship behavior OCB terhadap kinerja karyawan di
PT. Putra Pertiwi Karyawa Utama.
3.1 Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan penelitian
Peneliti memilih
penelitian kuantitatif
dalam menjawab
permasalahan, karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data langsung yang dapat dihitung atau dikelola melalui statistik. Data yang
dihasilkan dalam penelitian ini berupa angka-angka yang diolah dengan metode statistik. Dalam penelitian ini pengumpulan data kuantitatif
diperoleh dari hasil pengukuran kuisioner. Arikunto 2002 menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang berdasarkan kejelasan unsurnya yang terdiri dari kejelasan