Teori-Teori Belajar Teori Belajar Bruner

39 Slameto 2003: 2 belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Hergenhahn B.R. dan Olson 2008: 8 mengemukakan bahwa belajar adalah “perubahan perilaku atau potensi perilaku yang relatif permanen yang berasal dari pengalaman dan tidak bisa dinisbahkan ke temporary body states keadaan tubuh temporer seperti keadaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan”. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya mengalami sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan telah belajar bila telah mengalami perubahan tingkah laku behavior. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan atau pemahaman cognitive, sikap atau nilai afective, dan keterampilan motorik psichomotorik. Untuk dapat lebih memahami pengertian belajar dan bagaimana proses belajar, berikut ini adalah beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para tokoh yang mendukung dan mendasari pada pembelajaran berbasis masalah problem based learning.

2. Teori-Teori Belajar

1. Teori Belajar Bruner

Belajar penemuan discovery Learning dari Bruner adalah “model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan-pandangan kognitif pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis” yang dikembangkan oleh Robert 40 E. Slavin 1994: 228 dalam teori ini siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri untuk menemukan sesuatu. Siswa terlibat secara aktif dengan konsep- konsep dan prinsip-prinsip yang ada, sedangkan guru mendorong dan memotivasi siswa untuk mendapatkan pengalaman experience dari kegiatan yang dilakukan yang memungkinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Penemuan discovery adalah proses mental dimana anak mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dengan kata lain menurut Amien dalam Depdiknas 2005: 10 bahwa, “discovery terjadi bila siswa terlibat secara aktif dengan proses mentalnya untuk menemukan pengalaman baru, sehingga siswa dapat menemukan sendiri beberapa konsep dan prinsip-prinsip”. Beberapa proses mental itu antara lain: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, melaksanakan pengumpulan dan penganalisaan data yang diperoleh, dan penarikan kesimpulan. Selain sikap obyektif, jujur, terbuka, dan hasrat ingin tahu sangat dibutuhkan. Beberapa keuntungan yang diperoleh pada belajar penemuan discovery learning adalah: Pertama, bertahan lama dalam ingatan atau mudah diingat bila dibanding dengan pengetahuan yang diperoleh dengan cara yang lain. Kedua, dapat memotivasi dan membangkitkan keingintahuan siswa dan mendorong untuk bekerja lebih keras sampai mereka menemukan jawaban yang diharapkan. Ketiga, meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih keras berpikir, meningkatkan penalaran logis karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi untuk memecahkan masalah problem solving. 41 Belajar penemuan memang sangat memerlukan waktu, hal ini memang sudah disadari oleh Bruner. Untuk itulah maka Bruner menyampaikan bahwa penggunaan belajar penemuan discovery learning hanya diterapkan sampai batas-batas tertentu saja, yaitu mengarahkan pada struktur bidang studi. Struktur bidang studi diberikan oleh konsep-konsep dasar dan prinsip-prinsip bidang studi itu sendiri. Seorang siswa yang sudah menguasai struktur dasar maka tidak begitu sulit siswa mempelajari bahan-bahan pelajaran yang lain dari bidang studi yang sama, dan akan lebih mudah mengingat akan pelajaran yang baru tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa sudah memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna, yang dapat digunakan untuk melihat hubungan-hubungan yang esensial dalam bidang studi itu. “Mengerti struktur bidang studi adalah memahami bidang studi tersebut sedemikian rupa sehingga bisa menghubung-hubungkan hal-hal lain pada struktur itu sehingga bermakna. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa, mempelajari struktur adalah mempelajari bagaimana sesuatu tersebut dihubungkan”, Ratna Wilis Dahar, 1989: 98. Bruner juga mengemukakan, cara terbaik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan-hubungan melalui proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan. Teori belajar Bruner sangat cocok bila diterapkan dalam proses belajar mengajar ilmu pengetahuan alam atau sains. Teori belajar Bruner, banyak memberikan sumbangan pada pengembangan model pembelajaran berbasis masalah problem based learning. Dengan demikian aplikasi teori belajar ini tercermin pada model-model pembelajaran antara lain model pembelajaran berbasis masalah seperti pada penelitian ini. 42 Tahapan pembelajaran berbasis masalah antara lain; 1. Orientasi siswa pada masalah, guru menyajikan tujuan pembelajaran dalam bentuk masalah atau pertanyaan, siswa mengemukakan pendapat atau opini jawaban dari masalah itu; 2. Guru mengumpulkan alat dan bahan, merancang kegiatan, siswa membentuk kelompok untuk melaksanakan kegiatan dari alat dan bahan yang sudah tersedia; 3. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran kelompok dan mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dan data yang sesuai; 4. Menganalisis hasil kemudian menyajikan hasil karya dalam bentuk presentasi atau laporan, sedangkan guru membantu cara menyajikan laporan atau presentasi yang telah disusun; 5. Pemantapan aplikasi dan refleksi, guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dengan Pembelajaran berbasis masalah maka siswa dapat menemukan sendiri konsep- konsep yang dipelajari.

2. Teori Belajar Ausubel

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI METODE PROBLEM SOLVINGDAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

0 20 159

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DENGAN METODE PROYEK DAN RESITASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) SISWA

1 10 80

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS SISWA

0 4 129

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA

0 5 130

Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah melalui Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kreativitas Verbal.

0 0 17

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN METODE PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA.

0 1 19

Pembelajaran Fisika Menggunakan Model POE (Prediction, Observation, and Explanation) Melalui Metode Eksperimen dan Proyek Ditinjau Dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa.

0 0 24

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE PROBLEM POSING DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS DAN KREATIVITAS SISWA.

1 4 8

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN METODE PROYEK DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA | Kiswanto | Inkuiri 9678 20560 1 SM

0 0 9

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA | Harsono | PROSIDING : Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika 3771 8341 1 SM

0 1 17