36
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihannya yaitu diberi akal pikiran, dengan akal pikiran itulah rasa keingintahuan pada manusia muncul sehingga
terjadilah proses belajar dan pembelajaran. Pengertian belajar ditekankan pada proses yaitu pada pengalaman, latihan-latihan, interaksi dengan lingkungan sosial
masyarakat, tujuannya adalah untuk berubah menjadi lebih baik, yang semula tidak tahu jahilliah akhirnya menjadi tahu.
Proses pembelajaran IPA tidak dapat dilaksanakan hanya berlandaskan pada teori perilaku, yang hanya dapat menjelaskan pembelajaran yang menekankan
pada perubahan perilaku yang diamati. Berkait dengan proses pembelajaran IPA yang diamanatkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK maka teori
kognitif cognative perlu sekali diterapkan. Menurut teori belajar kognitif menyatakan bahwa belajar lebih dari sekedar mengingat. Bila siswa ingin
memahami dan dapat menerapkan apa yang dipahaminya, ia harus berlatih memecahkan masalah problem solving, menemukan segala sesuatu dan berusaha
dengan ide-idenya sendiri. Penekanan pada pembelajaran kognitif, siswa harus sebagai prosesor yang aktif, tidak hanya sekedar sebagai penerima informasi yang
pasif. Informasi berupa pengetahuan merupakan suatu proses pembentukan dan dalam pembentukannya siswa harus aktif mengaitkan skema-skema yang
37
dimilikinya sehingga pengetahuan dipandang sebagai hasil ciptaan, bukan perolehan atau pengkopian, akan tetapi sebagai proses pencarian makna.
Menurut pandangan para konstruktivis menyampaikan bahwa keterlibatan siswa dalam pengalaman-pengalaman bermakna merupakan inti dari suatu
pembelajaran. Akhirnya pembelajaran bergeser dari sekedar transfer informasi ke aktivitas pemecahan masalah problem solving. Para behavioris dan para
kognitivis berpandangan bahwa guru dapat “membuat peta” pada otak siswa. Namun para konstruktivis berpendapat bahwa, siswa meletakkan pengalaman baru
di dalam pengalaman-pengalaman belajar mereka sendiri, dan tujuan pengajaran bukan mengajarkan informasi tetapi menciptakan situasi sehingga siswa sendiri
dapat menafsirkan informasi untuk pemahaman diri mereka sendiri. Peran pengajaran bukan untuk “mendulang” bahasa jawa fakta-fakta, tetapi
memperlengkap siswa dengan cara-cara mengemas pengetahuan. Para konstruktivis yakin bahwa pembelajaran paling efektif terjadi apabila siswa
terlibat dalam tugas-tugas authentic yang berhubungan dengan konteks bermakna dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Belajar menurut Uzer Usman 1993: 4 mengatakan: “Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu, dan antar individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”. Lingkungan sangatlah
mempengaruhi perkembangan baik pengetahuan maupun keterampilan seseorang. Lebih lanjut W. S. Winkel 2007: 59 mengemukakan: Belajar adalah “suatu
aktivitas mental psikis yang berlangsung interaktif aktif dengan lingkungan,
38
yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.
Sedangkan menurut Hilgard mengungkapkan: “Learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedurs wether in the
laboratory or in the natural environment as distinguished from changed by factors not attributable to training”. Belajar adalah proses perubahan melalui
kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium ataupun di dalam lingkungan alamiah. Belajar bukan hanya sekedar mengumpulkan
pengetahuan akan tetapi merupakan proses mental yang terjadi pada diri seseorang sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
John Locke mengungkapkan bahwa, manusia adalah organisme yang pasif. Manusia itu seperti kertas yang putih, mau ditulisi apa kertas itu sangat tergantung
pada orang yang akan menulisnya. Tetapi berbeda dengan John Locke menurut Leibnitz manusia adalah organisme yang aktif. Manusia merupakan sumber dari
segala kegiatan, sehingga manusia bebas berbuat, bebas membuat suatu pilihan. Titik pusat kebebasan manusia ada pada kesadarannya sendiri. Sehingga menurut
Leibnitz tingkah laku manusia hanyalah ekspresi dari eksistensi internal yang hakekatnya bersifat pribadi.
Sedangkan Cronbach mengemukakan: “Learning is shown by a change behavior as a result of experience”, yang diartikan belajar ditunjukkan dengan
adanya perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman sangatlah berharga, dengan mengalami sendiri apa yang dilakukan maka siswa
akan dengan mudah memahami masalah di dalam proses pembelajaran. Menurut
39
Slameto 2003: 2 belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Hergenhahn B.R. dan Olson 2008: 8 mengemukakan bahwa
belajar adalah “perubahan perilaku atau potensi perilaku yang relatif permanen yang berasal dari pengalaman dan tidak bisa dinisbahkan ke temporary body
states keadaan tubuh temporer seperti keadaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan”.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya
mengalami sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan telah belajar bila telah mengalami perubahan tingkah laku behavior.
Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan atau pemahaman cognitive, sikap atau nilai afective, dan keterampilan motorik
psichomotorik. Untuk dapat lebih memahami pengertian belajar dan bagaimana proses belajar, berikut ini adalah beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh
para tokoh yang mendukung dan mendasari pada pembelajaran berbasis masalah problem based learning.
2. Teori-Teori Belajar