Agresi Militer Belanda II

55  Kepala Departemen Ekonomi :Mr. T. Bahriun Merangkap Sementara.  Kepala Departemen Pemerintahan : Tengku Hafas  Kepala Departemen Keamanan : Tuanku Sultan Saibun. Kemudian sebagai Panglima Barisan Pengawal Sumatera Timur diangkat Kolonel Jomat Purba. Selanjutnya Badan Amanah terdiri dari Raja Kaliamsyah Sinaga sebagai ketua dan anggotanya terdiri dari; Ngerajai Meliala, T.M. Nahar, Tan Bun Jin, D.P. Van Meerten, Dt. Kamil,dan F. Rotty. Pada tanggal 12 Maret 1948 diadakanlah upacara peresmian N.S.T. yang dihadiri oleh utusan dari berbagai wilayah lainnya di Indonesia dan pembesar-pembesar dari Jakarta. 46

3.6 Agresi Militer Belanda II

Agresi Militer Belanda II adalah peristiwa penyerangan Belanda terhadap Republik Indonesia untuk kedua kalinya. Pada tanggal 18 Desember 1948 tepatnya malam hari Tentara Belanda melancarkan aksi Militer terhadap daerah kekuasaan Republik Indonesia. Perjanjian Renville yang disepakati bersama antara Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani di atas kapal Amerika Serikat Renville pada tanggal 18 Januari 1948, merupakan kemenangan politik dan militer bagi Belanda. Dari pihak Indonesia, sebenarnya tidak menerima pokok-pokok isi Perjanjian Renville tersebut, namun untuk menjamin posisi RI di mata Internasional maka 46 Tuanku Luckman Sinar, op. cit., hlm. 567-568. Universitas Sumatera Utara 56 perjanjian renville-pun diterima. Dengan diterimanya perjanjian tersebut berarti pasukan-pasukan RI harus mengosongkan daerah-daerah yang akan menjadi wilayah kekuasaan Belanda menurut isi perjanjian tersebut. Dengan demikian paling lambat pada tanggal 7 Februari 1948, seluruh pasukan RI harus sudah keluar dari garis statusquo. Selanjutnya berlangsunglah pengunduran besar-besaran pasukan RI ke daerah Republik yang semakin sempit. Pelaksanaan perjanjian Renville yang oleh pemerintah RI dikatakan sebagai “perjuangan dari peluru ke suara rakyat “from the bullet to the ballot ”, ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan karena Belanda selalu megajukan tumntutan yang tidak mungkin diterima oleh pihak RI. Semenjak permulaan Desember 1948, suasana politik sudah semakin keruh. Dalam perundingan-perundingan terdapat banyak perbedaan paham antara delegasi RI dengan delegasi Belanda. Ketika itu memang sudah jelas Nampak sikap Belanda yang berniat untuk menghancurklan RI. Kegentingan semakin meningkat, Belanda merasa dan memandang bahwa perselisihan antara Indonesia dan Belanda adalah masalah dalam negeri, dengan demikian Belanda tidak memandang lagi adanya KTN Komisi Tiga Negara. Pada tanggal 11 Desember 1948, Dr. Bell yang berkedudukan sebagai Wakil Tinggi Mahkota mengirim ultimatum kepada RI, yang berbunyi : “supaya RI ikut dalam interi pemerintahan interim federal dan harus mengakui kedaulatan Belanda sepenuhnya”. Ultimatum tersebut dijawab oleh pihak RI dengan mengatakan : Republik Indonesia bersedia ikut dalam pemerintahan interim. Demikianlah jawaban Universitas Sumatera Utara 57 pemerintah RI sekedar hanya untuk mempertahankan de facto RI dan mempertahankan TNI. Setelah itu beberapa hari kemudian Belanda menjawab dengan : Bahwa hanyalah satu keterangan yang cepat serta mengikat dari pemerintahan RI yang dapat memberikan jalan lagi untuk memulai perundingan. Pada tanggal 18 Desember 1948, sekitar pukul 23.30 menyusul sebuah pengumuman Belanda yang ditujukan baik kepada RI maupun KTN, yang isinya antara lain : Bahwa Belanda tidak mengakui dan terikat lagi dengn persetujuan Renville dan merasa bebas untuk melakukan tindakan apa saja yang diinginkannya. Demikianlah maka pada pagi-pagi buta tanggal 19 Desember 1948, sejumlah tentara payung Belanda di drop di sekitar Lapangan Maguwo dan sekitar ibu kota perjuangan Joyakarta. Pada saat genting tersebut cabinet mengadakan sidang dengan tokoh-tokoh politik, dan pembesar-pembesar militer. Sidang cabinet tersebut memutuskan, bahwa pimpinan Negara serta orang-orang pemerintah tetap tinggal di ibu kota, kemudian memberikan mandate kepada Syafruddin Prawiranegara untuk memimpin Pemerintah Darurat RI PDRI di Sumatera. Sementara TNI berpendapat bahwa apapun yang terjadi terhadap orang-orang pemerintahan, perjuangan akan tetap diteruskan sampai cita-cita proklamasi tercapai. Panglima Besar Angkatan Perang, Jenderal Sudirman 47 sebelum meninggalkan kota 47 Jendral Sudirman merupakan salah satu pahlawan Republik Indonesia yang jasa-jasanya sangat dikenang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jendral Sudirman lahir pada tanggal 24 Januari 1916 dan meninggal pada tanggal 29 Januari 1950. Ketika pendudukan Jepang, ia bergabung dengan tentara PETA Pembela Tanah Air di Bogor yang begitu tamat pendidikan, Universitas Sumatera Utara 58 untuk bergabung dengan para gerilya pada tanggal 19 Desember 1948 mengeluarkan perintah harian sebagai berikut: Perintah kilat Panglima Besar Angkatan Perang: 1. Kita telah diserang. 2. Pada tanggal 19 Desember 1948, angkatan perang Belanda menyerang kota Jogyakarta dan Lapangan terbang Maguwo. 3. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata. 4. Semua angkatan perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk menghadapi serangan tersebut. Demikianlah perintah Panglima Besar Angkatan Perang yang berarti perintah kepada seluruh pasukan RI untuk berperang melawan Agresi Militer Belanda ke II, tidak terkecuali di Sumatera. 48 langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi VBanyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia Panglima TNI. Pada tanggal 18 Desember 1945 dia memperoleh pangkat Jenderal lewat pelantikan Presiden. Pangkat itu diterimanya bukan melalui Akademi Militer atau Pendidikan Tinggi, melainkan karena prestasinya. Jenderal Sudirman merupakan pahlawan pembela kemerdekaan yang tidak peduli dengan keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal Pertama dan termuda di Republik Indonesia. Dimasa perjuangannya Jenderal Sudirman mengidap penyakit TBC. Dalam keadaan sakit ia memimpin dan memberi semangat kepada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerillya. Ia berpindah dari hutan ke hutan dan dari gunung ke gunung tanpa peduli sakit yang dideritanya. itulah sebabnya mengapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini. 48 Tim Khusus Perencanaan dan Pelaksana Pembangunan Tatengger di Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Perjuangan Menegakkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Sumatera Utara 1945-1949 jilid III, Medan: Tanpa penerbit, 1996, hlm 1-3. Universitas Sumatera Utara 59 Di daerah Sumatera Timur perlawanan Gerilya dilakukan di semua daerah yang dimulai dari Asahan-Labuhan Batu yang dilakukan pada tanggal 19 Desember 1948 pada pukul 06.00 pagi. Di daerah Langkat berita tentang terjadinya Agresi Militer Belanda ke II ini diketahui lewat radio pada malam harinya. Dari siaran radio tersebut dapat diketahui bahwa ibu kota perjuangan Yogjakarta telah diduduki oleh Belanda, Presiden dan Wakil Presiden beserta beberapa menteri ditawan, dan Pemerintahan Darurat telah diserahkan kepada Mr. Syarifuddin Prawiranegara dengan berkedudukan di Sumatera. Dengan didahului oleh Perintah-Harian Panglima Besar Sudirman yang dapat ditangkap melalui siaran “All India Radio” pada sore hari tanggal 19 Desember 1948 tentang perintah gerakan bumi hangus dan perintah “perang gerilya”. Berdasarkan perintah harian Panglima Besar itu lalu komandan Divisi X TNI meneruskan perintah harian tersebut kepada mayor M. Nasir selaku Komandan Resimen V KSBO, kemudian dengan segera pula perintah harian itu disampaikan kepada semua batalyon-batalyon yang berada dibawah komando Resimen V KSBO Divisi X TNI untuk melaksanakan perintah melakukan gerilya ke daerah-daerah pendudukan Belanda. Di daerah Karo dalam upaya menghadapi aksi-aksi militer Belanda, pada mulanya daerah Karo dimasukkan dalam komando Sektor III yang dipimpin oleh Mayor Selamat Ginting. Pada tanggal 25 Desember Mayor Selamat Ginting dan stafnya tiba di Tulasan Deleng Pantar. Tempat ini sebelumnya telah dipersiapkan Universitas Sumatera Utara 60 sebagai markas Komandan Sektor IV sehingga seluruh pasukan telah lama mengetahui bahwa dalam keadaan perang, Komandan sektor dapat ditemukan disana. Dari tempat itulah aksi-aksi gerilya di sector III yang meliputi Tanah Karo dan Dairi dilancarkan. Sementara di daerah Simalungun, menurut perjanjian Renville daerah Simalungun termasuk dalam wilayah kekuasaan Belanda. Ketika pecahnya perang kemerdekaan tidak ada lagi pasukan kita yang berada di Simalungun, oleh karena itu TNI melakukan “wingate” 49 ke Simalungun. Pelaksanaan wingate ke daerah ini dapat dilakukan karena telah terjadi hubungan baik antara pasukan-pasukan kita dengan masyarakat, sehingga diharapkan dengan bantuan rakyat, pasukan-pasukan kita akan sukses melakukan perang gerilya. Pelaksanaan wingate ke Simalungun telah dimulai sejak tanggal 21 Desember 1948 oleh Pasukan Istimewa yang dipimpin oleh Alfred Simatupang. 49 “Wingate” adalah gerakan ke daerah musuh diambil dari nama seorang perwira Inggeris yang memasuki daerah yang sudah diduduki Jepang dalam Perang Dunia II. Di Indonesia gerakan ini ditujikan ke daerah RI yang sejak perjanjian Renville dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Belanda. Sumber: Tim KhususTim Khusus Perencanaan dan Pelaksana Pembangunan Tatengger di Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Ibid., hlm. 39. Universitas Sumatera Utara 61 BAB IV KETERLIBATAN SENIMAN PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN DI SUMATERA TIMUR Tahun 1945-1949 merupakan masa revolusi fisik di Indonesia. Fase ini menuntut bangsa Indonesia untuk kembali harus berjuang melawan Belanda. Kedatangan Belanda setelah proklamasi bertujuan untuk menguasai Indonesia kembali. Peristiwa ini berpengaruh besar terhadap bidang kenegaraan, sosial ekonomi, politik, dan seni budaya Indonesia. Revolusi didukung dari berbagai kalangan dan terjadi hampir diseluruh Indonesia, termasuk Sumatera Timur. Serentak dengan perputaran roda revolusi nasional yang berputar terus- menerus, mental bangsa Indonesia yang selama penjajahan Belanda dan Jepang sebahagian besar berjiwa budak, kini secara drastis telah berubah menjadi jiwa bangsa yang merdeka. Semua suku dan golongan masyarakat yang ada di Sumatera Timur, telah bergabung menjadi satu kekuatan massal yang bersedia gugur untuk kemerdekaan. Bahkan karna fanatiknya terhadap kemerdekaan, siapa saja yang mereka anggap mau mencoba menghalang-halangi, pasti dengan segera mereka akan berhadapan dengan roda revolusi. Perubahan jiwa dan semangat yang demikian besar dan hebat, tentu saja tak mungkin terjadi tanpa adanya suatu pengarahan, bimbingan, dan alat-alat pendorong dari masa-masa sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 62 Salah satu peranan penting yang sangat berpengaruh dalam kemerdekaan Indonesia adalah peranan yang dilakukan oleh para seniman. Seniman lagu, sastera, teater, dan lukis telah mempersembahkan dharma baktinya sesuai dengan profesinya yang ternyata sangat menonjol dalam penggugahan dan pembinaan semangat merdeka itu. Lagu-lagu perjuangan yang muncul digaris depan Medan Area menghadapi Sekutu Inggris, Belanda, NICA dan segala antek-anteknya telah dapat di rekam oleh seniman-seniman kita melalui karya-karya mereka. Pada masa-masa pemerintahan Kolonial, Belanda tidak pernah memberi ruang kepada para seniman Indonesia untuk mengembangkan diri. Belanda tidak pernah menghargai karya-karya kesenian putra-putra Indonesia. Belanda berhasil menjatuhkan mental para seniman Indonesia sehingga mereka merasa tidak dihargai. Alasan yang tidak pernah diketahui mengapa Belanda melakukan hal itu adalah adanya kekhawatiran akan munculnya karya seni ciptaan kaum seniman yang berjiwa merdeka. Ini membuktikan bahwa sekecil apapun karya dari para seniman pada masa penjajahan sangat berpengaruh terhadap pola pikir seseorang. Pada zaman pendudukan Jepang merupakan saat pematangan bagi pertumbuhan seni dan budaya. Pemerintah Jepang dalam menanggapi kehidupan seni dan budaya tidak mementingkan kedudukan sosial. Pada masa pendudukan Jepang Universitas Sumatera Utara 63 kehidupan seni tampak lebih memasyarakat dibandingkan pada masa Kolonial Belanda. Banyak pemuda pelajar mulai ikut aktif dalam bidang seni budaya. 50 Memasuki periode revolusi kemerdekaan, para seniman mulai menunjukkan keberadaannya. Seniman-seniman era 1945-1949, tidak terlepas dari pengaruh Jepang yang menduduki Indonesia selama tiga setengah tahun. seniman yang mulai menonjolkan keberadaannya pada masa Jepang yang kita kenal secara Nasional adalah seperti; Affandi, 51 Amir Hamzah, 52 Armin Pane, 53 Djajakusuma, 54 Ibu Soed, 55 Kusbini, 56 S. Sudjojono, 57 Chairil Anwar, 58 Usmar Ismail, 59 dan lain-lain. 50 Tashadi, dkk., Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Depdikbud, 1991, hlm. 29-30. 51 Affandi adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia. Ia lahir di Cirebon pada tahun 1907 dengan aliran lukisannya adalah ekspresionisme dan romantisme. Affandi telah melahirkan lebih kurang dari dua ribu lukisan. Pada tahun 1950-an pernah melakukan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat. Salah satu karyanya adalah poster propaganda “Boeng Ajo Boeng” yang dilukisnya pada tahun 1945. www.biografipedia.com. 52 Amir Hamzah adalah seorang sastrawan Pujangga Baru, lahir pada tahun 1911. Keturunan bangsawan Langkat Sumatera Timur. 53 Armin Pane adalah organisator Pujangga Baru, Penulis novel yang berjudul Belenggu. 54 Djajakusuma adalah pemeran dan sutradara film Indonesia.pada saat peristiwa revolusi Indonesia, ia berperan sebagai militer dan mendapat gelar kapten. Ia berjuang didaerah joyakarta. Film pertama yang diproduksinya adalah “Darah dan Doa” yang menceritakan tentang perjalanan Divisi Siliwangi dari Jogyakarta menuju Jawa Barat pada tahun 1948. 55 Ibu soed, bernama asli Saridjah Niung adalah seorang pemusik, guru musik, pencipta lagu anak-anak, penyiar radio, dramawan dan seniman batik Indonesia. Ibu soed dikenal dengan lagu ciptaannya yaitu; “Berkibarlah Benderaku” dan “Tanah Airku “. httpwww. Indonesiaberdendang.com diakses pada tanggal 03 Januari 2016. 56 Kusbini adalah seniman musik era revolusi yang menciptakan lagu Bagimu Negeri. Tahun 1949 pernah mendirikan sekolah musik yang diberi nama Kusbini. Tashadi, dkk., Partisipasi Seniman dalam Perjuangan Kemerdekaan Daerah Istimewa Jogyakarta, Jakarta: Depdikbud, 1996, hlm. 65. Universitas Sumatera Utara 64 Kekuasaan Jepang tidak bertahan lama di Indonesia. Setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom Atom oleh Amerika, akhirnya Jepang menyerah. Berakhirnya kekuasaan Jepang di Indonesia merupakan awal kebebasan bagi bangsa Indonesia. Hal ini juga sangat berdampak bagi perkembangan kebudayaan dan kesenian Indonesia. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk berekspresi melalui karya seni yang diciptakan. Seluruh masyrakat telah mendengar bahwa Indonesia telah merdeka. Demikian juga para seniman mulai bergerak dengan lagu-lagu perjuangan dan coretan-coretan perjuangan. Para pelukis membuat coretan berbentuk tulisan dan karikatur di gerbong kereta api, gedung-gedung, dinding-dinding toko dan tempat- tempat strategis lainnya dengan slogan perjuangan. Pada saat revolusi fisik yang dialami rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yang ingin direbut oleh Belanda kembali, para seniman selain berkarya ada pula yang turut berjuang di front-front pertempuran. Berikut akan dibahas mengenai perjuangan-perjuangan serta keterlibatan seniman Sumatera Timur dalam mempertahankan kemerdekaan. 57 S. Sudjojono merupakan pelukis asal Sumatera Utara, yang lahir di Kisaran pada tanggal 14 Desember 1913. Karya lukisannya pada masa revolusi, banyak bertemakan tentang semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajahan Belanda. 58 Chairil Anwar dilahirkan di Medan tanggal 22 Juli 1992, dia adalah seorang penyair. Contoh karyanya yang terkeal adalah puisi yang berjudul Aku dan Krawang Bekasi. 59 Usmar Ismail adalah seorang tokoh teater dan penulis naskah. Naskah yang pernah dipentaskan salah satunya adalah Mutiara Dari Nusa Laut. Universitas Sumatera Utara 65

4.1 Seniman Musik