27
BAB III MEDAN AREA DAN SEKITARNYA SETELAH PROKLAMASI
3.1 Sambutan Masyarakat Medan Terhadap Proklamasi
Proklamasi kemerdekaan oleh bangsa Indonesia dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan penuh tekad, keyakinan yang dilandasi serta dijiwai oleh suatu
cita-cita luhur sebagaimana telah dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 bangsa Indonesia menetapkan UUD,
memilih presiden dan wakil presiden serta Komite Nasionalyang akan membantu presiden. Berita Proklamasi 17 Agustus 1945 dari Pegangsaan Timur 56 itu tidaklah
diterima di daerah-daerah lainnya seperti di Sumatera Timur, dalam waktu yang bersamaan. Tiap-tiap daerah menerimanya dalam waktu yang berlain-lainan. Hal ini
dikarenakan alat-alat komunikasi dan media massa kita masih kurang memadai dan sepenuhnya masih berada dibawah kontrol tentara Jepang. Tidak ada berita yang
disiarkan tanpa melalui sensor tentara Jepang, dan berita mengenai proklamasi tersebut termasuk kedalam kategori berita yang dilarang untuk disiarkan.
Sebenarnya secara illegal berita proklamasi ini telah disiarkan lewat pemancar “Radio Morse Domei Jakarta” ke seluruh penjuru dunia pada tanggal 17 Agustus
1945 pagi hari. Berita proklamasi tersebut kemudian ternyata diterima dengan baik di luar negeri. Pada malam harinya melalui siaran-siaran radionya juga, radio-radio
India, Australia, dan San Francisco telah menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan
Universitas Sumatera Utara
28
Republik Indonesia tersebut. Di daerah-daerah lain seperti di Pulau Jawa, siaran Morse-cast Domei itu dapat diterima dengan baik dan disiarkan juga melalui surat
kabar.
20
Pada awalnya berita megenai proklamasi tersebut kurang mendapat tanggapan yang serius dari masyarakat Sumatera Timur. Masyarakat masih kebingungan dan
hanya mendengar desas-desus tentang kemerdekaan tersebut. Disamping itu berita bahwa tentara sekutu akan mendarat di Kota Medan, semakin menambah
kebingungan masyarakat yang mendengar berita tersebut .
21
Pada saat itu situasi politik kota Medan masih kosong dan tanpa kepemimpinan yang sah. Sementara itu
utusan dari Sumatera yang menyaksikan secara langsung upacara proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Jakarta yaitu Mr. T. M Hasan, Dr. Amir dan Mr.
Abbas belum tiba di Medan. Dalam perjalanan pulang mereka ke Sumatera, para utusan ini mendapat kabar bahwa Medan telah dikuasai oleh masyarakat yang pro
Belanda. Pada tanggal 29 Agustus 1945 Mr. T. M Hasan dan Dr. Amir tiba di kota Medan.
22
Setibanya di Medan situasi yang dijumpai pada saat itu yaitu munculnya kelompok-kelompok dengan keinginan berbeda-beda, yakni;
20
Biro Sejarah Pima, op. cit., hlm. 87-89.
21
Tuanku luckman sinar, op. cit., hlm. 606.
22
B. Ar Pulungan dkk, Perjuangan Menegakkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Sumatera Utara, Jilid I 1945-1949, Medan : Pemerintah Daerah Tingkat I
Sumatera Utara, 1995, hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
29
1. Pihak pemerintah dan tentara pendudukan Jepang yang masih mempunyai
kekuatan dan kekuasaan walaupun mereka sudah menyerah secara resmi kepada Sekutu, dan menunggu kedatangan Sekutu yang menentukan
kelanjutan nasib mereka selanjutnya. 2.
Golongan pejuang bangsa Indonesia yang sudah tidak sabar lagi untuk menanti komando perjuangan menegakkan Negara Republik Indonesia di
Sumatera Timur. 3.
Golongan yang semenjak dahulu merupakan pendukung pemerintahan Belanda di Indonesia yang terdiri dari kaum Raja-raja dan Bangsawan
Sumatera Timur yang pro Belanda dan mengharapkan datangnya kembali kekuasaan Belanda setelah kekalahan Jepang.
23
Dalam situasi yang tidak jelas seperti ini masyarakat sangat mudah dipengaruhi oleh golongan-golongan yang sedang berkembang pada saat itu. Setiap
golongan berusaha untuk menjadi pemenang, kecuali Jepang yang hanya menunggu komando dari Sekutu. Melihat kondisi yang demikian, Mr. T. M Hasan menghimpun
tokoh-tokoh pergerakan dan tokoh-tokoh kerajaan untuk membicarakan apa yang telah diperintahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI yaitu
untuk membentuk Komite Nasional Indonesia KNI yang nantinya akan menyebarluaskan berita tersebut. Rapat sudah berulang kali dilakukan, akan tetapi
KNI belum juga berhasil dibentuk.
23
Panglima Komando Daerah Militer IIBB, Sejarah Perang Kemerdekaan di Sumatera 1945-1950, Medan : Dinas Sejarah Kodam Bukit Barisan, 1984, hlm. 67.
Universitas Sumatera Utara
30
Sementara itu lapisan masyarakat khususnya para pemuda sebagai mobilisasi perjuangan semakin tidak sabar menunggu realisasi proklamasi di Sumatera Timur.
Di Medan terdapat pasukan Jl. Amplas – Taman Siswa Sugondo Kartoprojo dkk,
pasukan Jl. Istana 17A Ahmad Tahir dkk, B.H Hutajulu, Abdul Razak, Humala Sihite aktivis bawah tanah, lasykar Jl. Tempel Amir Yusuf, Bustami serta 53 orang pemuda
mantan Gyugun, Heiho, Tokubetsu, Seinen Ronseisyo, Seinen Zyuku, Talapeta, gerakan anti fasis Surya Wirawan, golongan pers, nelayan, dll.
24
Mereka inilah yang nantinya menjadi pelopor untuk pergerakan Sumatera Timur. suatau hal yang sulit
dimengerti oleh golongan muda ketika itu adalah sikap Mr. T. M Hasan yang masih berdiam diri sejak Agustus 1945. Mengingat beliau sudah mendapat mandat untuk
merealisasikan kemerdekaan dan sekaligus ditetapkan sebagai wakil pimpinan bangsa untuk Sumatera.
Kedatangan Sekutu yang dibonceng oleh NICA nampak jelas semakin mengarah pada pemulihan kembali kekuasaan Belanda di Nusantara. Kerja sama
antara Sekutu dengan Belanda ini dinilai oleh pemuda sangat membahayakan dan akan menghambat realisasi proklamasi di Medan. Melihat kondisi tersebut pera
pemuda dengan didorong rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan Negara melakukan tindakan yang tegas untuk mengadakan pertemuan dengan mengundang
golongan yang terdiri dari pemuda, organisasi anti fasis, wartawan, dan tokoh pergerakan.
24
Tim Pendidikan dan Latihan Sumut, Sumatera Utara Dalam Lintasan Sejarah, Medan : Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, 1994, hlm. 181.
Universitas Sumatera Utara
31
Pada awalnya rapat direncanakan akan diadakan pada tanggal 21 September 1945 di Jl. Istana No. 17 sekarang Jl. Pemuda tepatnya gedung juang 45 tetapi gagal
karena larangan Jepang. Hal tersebut tidak mengahalangi para pemuda, kemudian pada tanggal 23 September di Jl. Fuji Dori No. 6 dengan menempatkan beberapa
pemuda yang berjaga-jaga di luar, akhirnya rapat terlaksanakan.
25
Kesepakatan yang diperoleh yaitu menyusun Barisan Pemuda Indonesia BPI sebagai mobilisir dalam
pernyataan kemerdekaan di Medan dan disusun suatu rencana untuk mengadakan pertemuan selanjutnya seminggu kemudian.
Para pemuda yang merasakan betul betapa menderitanya hidup dibawah penjajahan, zaman yang penuh dengan tantangan perang, sehingga mereka sangat
menghargai nilai kemerdekaan. Penindasan, kebodohan, dan ketidakadilan, tidak akan pernah berakhir selama kemerdekaan belum diproklamasikan. Menyadari hal itu
pemuda langsung bertindak dengan mengadakan rapat pada tanggal 30 September 1945 di Gedung Taman Siswa Jl. Amplas Medan oleh BPI.
26
Dalam rapat ini Mr. T. M Hasan mengumumkan secara resmi tentang proklamasi kemerdekaan serta
berdirinya Republik Indonesia kepada seluruh peserta rapat ketika itu.
25
Gedung Fuji Dori merupakan asrama pemuda, sehingga kecurigaan Jepang terhadap aktivitas pemuda di tempat ini tidak terlalu kuat. Saat Jepang mengintai aktivitas para pemuda ini,
untuk mengelabuinya mereka mengadakn makan siang seolah-olah pertemuan tersebut tidak untuk membahas masalah penting.
26
Rapat yang sederhana ini berjalan dengan penuh semangat yang dimulai pukul 09.00 Wib. Dalam rapat inilah Mr. T. M Hasan mengumandangkan bahwa bangsa Indonesia sudah merdeka serta
lahirnya Republik Indonesia. Pernyataan tersebut disambut dengan tepuk tangan yang meriah serta wajah yang ceria. Hari tersebut merupakan hari yang bersejarah bagi kota Medan. Sejak hari itu BPI
semakin gencar mengkampanyekan proklamasi melalui pamflet-pamflet yang ditempelkan di pohon yang ramai dilewati masyrakat karena pada masa itu sarana iformasi masih dalam pengawasan Jepang.
Universitas Sumatera Utara
32
Setelah pertemuan di Jl. Amplas berita proklamasi semakain ramai terdengar, dalam setiap rapat bendera Merah Putih selalu dikibarkan dan pekikan kemerdekaan
nyaring terdengar. Sebagai reaksi masyarakat atas proklamasi maka pada tanggal 6 Oktober 1945 diadakan rapat umum dilapangan Fukuraido sekarang Lapangan
Merdeka yang dihadiri oleh ribuan penduduk. Dalam kesempatan itu kemerdekaan Republik Indonesia secara resmi dikumandangkan di Medan oleh Mr. T. M Hasan.
Setelah berita itu secara resmi diumumkan oleh gubernur T.M.Hasan, pada tanggal 6 Oktober 1945 di Lapangan Fukuraido, barulah berita tersebut disambut dengan
kegembiraan yang meluap-luap karena menyadari bahwa proklamasi itu mengakhiri penjajahan, perepecahan, dan penderitaan yang telah berlangsung selama berabad-
abad lamanya. Sejak saat itu, ucapan merdeka merupakan salam nasional bagi setiap orang yang bertemu dengan yang lain.
3.2 Peristiwa-peristiwa di sekitar Proklamasi Kemerdekaan