Kesimpulan Seni Dan Politik: Peranan Seniman Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Di Sumatera Timur (1945-1949)

150 BAB VI KESIMPUAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Indonesia adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang kemerdekaannya direbut melalui cucuran darah, keringat dan air mata. Tidak benar apabila ada yang menagtakan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari Jepang. Sebagai bukti adalah banyaknya korban jiwa sebagai akibat terjadinya pertempuran di seluruh pelosok tanah air daalm upaya merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Selanjutnya dalam upaya mmepertahankan kemerdekaan itu, ternyata para seniman mempunyai andil yang cukup besar. Terbukti dari peran serta dan keterlibatannya dalam ikut berjuang dalam pertempuran demi pertempuran yang berlangsung sejak tahun 1945 sampai dengan 1949 melawan tentara sekutu, dan tentara Belanda yang berusaha menjajah kembali bangsa Indonesia. Seniman yang dimaksud adalah khususnya yang berjuang di Sumatera Timur, yang meliputi seniman lukis, sastera, teater, dan lagu. Masing-masing mereka telah mampu membangkitkan dan mengibarkan semnagat perjuangan melalui karya-karya seni heroik. Kesenian Indonesia mulai berkembang pada masa pendudukan Jepang, tahun 1942-1945. Penanaman dan penyebaran kesenian dan kebudayaan Jepang merupakan sebuah propaganda yang dilancarkan oleh Jepang, untuk menarik simpati rakyat Universitas Sumatera Utara 151 Indonesia. Hal tersebut memberikan kesan bahwa pemerintah Jepang igin menjalin hubungan yang baik dengan rakyat Indonesia. Propaganda yang dilakukan oleh Jepang itu berhasil memikat simpati rakyat Indonesia. Karya-karya kolaborasi antara Jepang dan Indonesia pun banyak yang tercipta. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama akibat kekalahan Jepang pada perang Asia Timur Raya dengan dibomnya kota-kota penting Jepang, pada tahun 1945. Pada bulan September 1945 tentara Sekutu yang diwakili oleh tentara Inggris mendarat di Indonesia. Kedatangan Sekutu ini bertujuan untuk melucuti senjata tentara-tentara Jepang yang ada di Indonesia. Namun kedatangannya dibarengi oleh NICA Netherlands Indies Civil Administration. NICA merupakan bentukan orang- orang Belanda yang menyelamatkan diri ke Australia pada saat Jepang menduduki Indonesia. Kedatangan NICA tersebut sangat meresahkan masyarakat Indonesia. Bangsa indonesia tidak suka dengan kedatangan tentara Sekutu yang memboncengi NICA ini. Di Sumatera Timur, pasukan Sejutu ini mendarat pada tanggal 10 Oktober 1945 tepatnya di Belawan yang dipimpin oleh Ted Kelly. Setelah kedatangan tentara sekutu ini, maka NICA merencanakan suatu gerakan intrik militer untuk memancing tindakan dari pihak Inggeris dalam menindas gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk mencapai maksudnya itu, maka timbullah gerakan-gerakan propokatip yang Universitas Sumatera Utara 152 menimbulkan kerusuhan-kerusuhan dan pertempuran-pertempuran. Sebagai akibatnya, diharapkan akan melahirkan tindakan tegas dari pihak Inggeris dan Jepang untuk menindas gerakan kemerdekaan Indonesia. Tindakan-tindakan inilah yang pada akhirnya menjadi prolog pecahnya pertempuran-pertempuran di Sumatera Timur seperti pertempuran di Jalan Bali dan pertempuran Siantar Hotel. Pada 1946, di Sumatera Timur terjadi apa yang dinamakan Revolusi Sosial atau sering juga disebut dengan “Peristiwa Malam Berdarah” yang merupakan peristiwa pembunuhan terhadap raja-raja dan kaum bangsawan di Sumatera Timur. Peristiwa ini mengakibatkan meninggalnya salah seorang sastrawan kebanggaan Indonesia yaitu Amir Hamzah. Selanjutnya pada tahun 1947, bangsa Belanda melakukan serangan Agresi Militer yang pertama ke seluruh Republik Indonesia termasuk Sumatera Timur tepatnya pada tanggal 21 Juli 1947. Dalam Agresi Militer Belanda yang pertama ini, Rakyat sangat terpukul karena persiapan dan persenjataan yang dimiliki sangat minimalis. Rakyat hanya berjuang bermodalkan persenjataan yang sederhana tetapi dengan semangat juang yang tinggi. Demikian serangan demi serangan terjadi terhadap pasukan Republik, yang mana dalam Agresi Militer Belanda yang pertama ini, mereka berhasil menduduki daerah-daerah dan pelabuhan-pelabuhan penting di Jawa dan Sumatera. Akhirnya setelah mendapat perintah dari dewan PBB atas permintaan Australia dan India agar menghentikan aksi tembak-menembak, pada tanggal 4 Universitas Sumatera Utara 153 Agustus 1947 kedua Negara yang bertikai diumumkan untuk melakukan gencatan senjata. Dengan diumumkannya pengumuman ini, maka berakhirlah Agresi Militer I Belanda. Penderitaan Indonesia ternyata belum selesai dengan berakhirnya Agresi Militer Pertama itu. Tahun 1948 bangsa Belanda kembali melakukan serangan Agresi Militer yang ke-2. Ini adalah peristiwa penyerangan Belanda terhadap Republik Indonesia untuk kedua kalinya. Pada tanggal 18 Desember 1948 tepatnya malam hari Tentara Belanda melancarkan aksi Militer terhadap daerah kekuasaan Republik Indonesia. Perjanjian Renville yang disepakati bersama antara Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani di atas kapal Amerika Serikat Renville pada tanggal 18 Januari 1948, merupakan kemenangan politik dan militer bagi Belanda. Dari pihak Indonesia, sebenarnya tidak menerima pokok-pokok isi Perjanjian Renville tersebut, namun untuk menjamin posisi RI di mata Internasional maka perjanjian renville-pun diterima. Dengan diterimanya perjanjian tersebut berarti pasukan-pasukan RI harus mengosongkan daerah-daerah yang akan menjadi wilayah kekuasaan Belanda menurut isi perjanjian tersebut. Dengan demikian paling lambat pada tanggal 7 Februari 1948, seluruh pasukan RI harus sudah keluar dari garis statusquo. Selanjutnya berlangsunglah pengunduran besar-besaran pasukan RI ke daerah Republik yang semakin sempit. Pelaksanaan perjanjian Renville yang oleh pemerintah RI dikatakan sebagai “perjuangan dari peluru ke suara rakyat “from the bullet to the ballot”, ternyata tidak Universitas Sumatera Utara 154 berjalan seperti yang diharapkan karena Belanda selalu megajukan tuntutan yang tidak mungkin diterima oleh pihak RI. Peristiwa ini mengakibatkan banyak rakyat yang mengungsi meninggalkan perkampungan mereka. Dalam situasi yang semakin keruh itu, penderitaan rakyat semakin nyata. Salah satu peranan penting yang sangat berpengaruh dalam kemerdekaan Indonesia adalah peranan yang dilakukan oleh para seniman. Seniman lagu, sastera, teater, dan lukis telah mempersembahkan dharma baktinya sesuai dengan profesinya yang ternyata sangat menonjol dalam penggugahan dan pembinaan semangat merdeka itu. Lagu-lagu perjuangan yang muncul digaris depan Medan Area menghadapi Sekutu Inggris, Belanda, NICA dan segala antek-anteknya telah dapat di rekam oleh seniman-seniman kita melalui karya-karya mereka. Karya seni pada waktu itu, selain untuk memberikan penghiburan, karya- karya seni pada waktu itu juga dijadikan sebagai alat propaganda dan sebagai media komunikasi antara seniman dan masyarakat. Komunikasi yang dimaksud adalah berisi ajakan untuk turut serta mendukung mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya telah dicapai. Strategi in diambil oleh para seniman sesuai dengan cabang masing-masing. Peranan yang dilakukan oleh seniman lukis diantaranya adalah pembuatan pamflet yang berisikan poster perjuangan maupun hanya sebuah coret-coretan perjuangan dan pendokumentasian peristiwa perjuangan diatas kanvas yang Universitas Sumatera Utara 155 menghasilkan lukisan. Sebagai contoh poster yang dibuat oleh Affandi atas usul presiden Soekarno yang bertuliskan “Boeng Ajo Boeng”. Seniman lukis juga mendokumentasikan peristiwa peperangan antara rakyat Indoneia dengan Belanda yang akan menjadi saksi sejarah. Seni pertunjukan dimasa Indonesia belum merdeka sudah mulai berkembang, khususnya di Pulau Jawa yag dinamakan dengan Kethoprak. Kethoprak merupakan seni drama ataupu teater yang menggunakan bahasa Jawa, dan biasanya mengangkut nuansa kerajaan. Di era revolusi seni drama dan teater tersebut dikemas menjadi sebuah seni sandiwara yang disuguhkan untuk masyarakat. Seni sandiwara ini banyak dinminati oleh hampir semua kalangan masyarakat, baik dari pemain dan penikmatnya. Seni musik merupakan bagian dari seni pertunjukan pada masa revolusi kemerdekaan karya yang dihasilkan oleh para seniman adalah lagu-lagu perjuangan. Contoh lagu yang dihasilkan adalah lagu Erkata Bedil, Mariam Tomong, Butet, O turang, dan lain-lain. Strategi yang dilakukan oleh Djaga Depari dan teman-temannya adalah dengan keluar masuk kampung untuk mengadakan pertunjukan-pertunjukan sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan yang telah mereka ciptakan. Hal ini dilakukan untuk menebar semangat kepada rakyat melalui alunan lagu-lagu tersebut. Maka tidak heran mengapa syair lagu-lagu tersebut sangat simpel dan mudah diingat hanya Universitas Sumatera Utara 156 dengan sekali mendengar saja. Alasannya adalah agar mudah dihafal oleh masyarakat dan akan menjadi sebuah motivasi yang akan mendatangkan simpati masyarakat. Para seniman sastera juga sangat berperan dalam perkembangan kesenian dan kebudayaan Indonesia. Karya yang dihasilkan adalah berupa sajak-sajak perjuangan, cerpen , novel dan lain-lain. Pada umumnya karya seniman tersebut berkaitan dengan perjuangan para pahlawan. Hasil kkaryanya juga tidak jarang yang merupakan dokumentasi tentang para pejuang yang telah gugur di medan perang, kondisi ataupun peristiwa yang terjadi pada saat revolusi. Masing-masing cabang seni mempunyai peran dalam memasyarakatkan seni sebgai alat propaganda dalam rangka mendukung perjuangan mempaertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Yang dimaksud memasyarakatkan seni adalah menjadikan seni bukan sebagai satu hal yang tertutup yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu, namun menjadikan seni dapat dinikmati oleh semua kalangan mulai dari bangsawan, hartawan, pemimpin, pegawai, buruh, tani, pelajar, mahasiswa dan anak-anak. Tujuan penting dari seni ini adalah menjadikan seni sebagai alat propaganda untuk mempengaruhi pikiran dan mendorong tumbuhnya rasa nasionalisme antar suku bangsa. Di adalam menjalankan aksi propaganda tersebut para seniman juga memberikan bantuan materiil kepada para pejuang, yang merupakan hasil dari Universitas Sumatera Utara 157 pertunjukan-pertunjukan yang mereka lakukan dan semuanya itu disumbangkan kepada front-front perjuangan. Peranan seniman pada masa revolusi fisik tidak bisa dipandang sebelah mata. Para seniman menjadi jembatan anatara pemerintah dengan masyarakat kecil. Alat komunikasi yang sangat terbatas ketika itu manjadikan setiap karya seniman adalah sebuah penerangan bagi masyarakat Indonesia. Dari karya-karya kecil yang mereka cipatakan itu, kini menjadi saksi sejarah yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi revolusi pada tahun 1945-1949. Terciptanya suatu kebudayaan nasional Indonesia juga merupakan usaha dari para seniman. Kesenian sebagai bagian dari kebudayaan menjadi salah satu daya tarik bagi Indonesia di mata dunia. Berdirinya sekolah-sekolah seni juga meruapakan hasil dari perjuangan para seniman dalam memmasyarakatkan kesenian pada masa-masa sebelumnya, khususnya di era revolusi Indonesia tahun 1945-1949.

6.2 Saran