32
Setelah pertemuan di Jl. Amplas berita proklamasi semakain ramai terdengar, dalam setiap rapat bendera Merah Putih selalu dikibarkan dan pekikan kemerdekaan
nyaring terdengar. Sebagai reaksi masyarakat atas proklamasi maka pada tanggal 6 Oktober 1945 diadakan rapat umum dilapangan Fukuraido sekarang Lapangan
Merdeka yang dihadiri oleh ribuan penduduk. Dalam kesempatan itu kemerdekaan Republik Indonesia secara resmi dikumandangkan di Medan oleh Mr. T. M Hasan.
Setelah berita itu secara resmi diumumkan oleh gubernur T.M.Hasan, pada tanggal 6 Oktober 1945 di Lapangan Fukuraido, barulah berita tersebut disambut dengan
kegembiraan yang meluap-luap karena menyadari bahwa proklamasi itu mengakhiri penjajahan, perepecahan, dan penderitaan yang telah berlangsung selama berabad-
abad lamanya. Sejak saat itu, ucapan merdeka merupakan salam nasional bagi setiap orang yang bertemu dengan yang lain.
3.2 Peristiwa-peristiwa di sekitar Proklamasi Kemerdekaan
“Lencana Merah Putih disentap dari dada seorang penjaja pekaian bekas, disuruh telan, dan diinjak-injak oleh serdadu NICA itu. Apalagi mendapat kabar,
bahwa pemuda itu dipukuli oleh serdadu NICA itu. Ditambah lagi adanya penembakan dari dalam “Pension Wilhelmina” kearah kerumunan massa yang ada di
tepi jalan seperti yang telah kami kemukakan itu”.
27
Demikian kutipan dari buku Sumatera Utara Bergelora ciptaan Muhammad TWH. Keadaan tersebut merupakan
27
Kutipan dari Muhammad TWH,Sumatera Utara Bergelora Kisah-kisah Nyata Perang Kemerdekaan RI, Medan: Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI, 1999, hlm. 22.
Universitas Sumatera Utara
33
latar belakang meletusnya penyerbuan heroik terhadap “Pension Wilhelmina” di Jalan Bali Jl. Veteran Medan, yang dikenal dengan “Peristiwa Jalan Bali” pada tanggal 13
Oktober 1945. Sebenarnya keadaan sudah mulai panas sehari sebelum peristiwa itu. Para
pemuda sudah mulai marah dikarenakan orang-orang KNIL yang direkrut menjadi tentara NICA makin sombong. Serdadu NICA itu melakukan penembakan ke arah
penjual sayur didepan stasiun Besar Medan, tetapi syuku1r tidak ada korban yang jatuh. Para pemuda semakin geram melihat makin mangkak dan sombongnya mereka.
Penyerbuan tersebut dilakukan secara spontan tanpa ada yang mengkomandoi. Rakyat datang dari berbagai penjuru kota Medan dengan membawa tombak, parang,
bambu runcing, kelewang, pedang, pisau, dan benda-benda tajam lainnya. Semua ingin dahulu-mendahului menyerbu tanpa menghiraukan keselamatan jiwa sendiri.
peralatan-peralatan yang mereka gunakan mereka dapatkan dari para pedagang alat- alat pertanian di pusat pasar, seperti Toko Pase milik Nyak Ubit, Toko Peusangan dan
toko alat-alat pertanian lainnya. Semuanya itu diserahkan secara sukarela kepada para pemuda dan orang-orang yang turut serta dalam penyerbuan itu. Disamping hanya
beralatkan benda tajam dan beberapa pistol dan karaben, para pejuang kita memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang dalam pertempuran yang
pertamakalinya meledak itu.
28
28
Edisaputera, op. cit., hlm. 131-134.
Universitas Sumatera Utara
34
Kemarahan rakyat untuk menghancurkan NICA tidak dapat dibendung oleh Jepang selaku yang mendapat mandate dari Inggeris untuk melakukan pengamanan.
Mereka hanya dapat membawa korban yang luka-luka ke Rumah sakit dan Kamp Polonia. Jumlah korban akibat dari peristiwa tersebut yang tercatat adalah; seorang
opsir Belanda, dua orang warga Swiss, dan 7 orang serdadu NICA. Mereka semuanya tewas, sedangkan yang luka-luka ada sebanyak 96 orang. Dari pihak republik
menurut keterangan yang diperoleh, mengatakan bahwa jumlah korban pemuda Aceh yang turut melakukan penyerbuan itu ada sebanyak 7 orang.
Secepat kilat berita pertempuran yang pertama kali di Medan ini sampai ke daerah-daerah lainnya yang disambut rakyat dengan penuh kegembiraan. Peristiwa
berdarah di jalan Bali ini merupakan suatu ujian berat bagi pejuang-pejuang kemerdekaan. Peristiwa ini merupakan sebuah peristiwa yang menentukan.
Seandainya yang terjadi ketika itu adalah kemenangan berada di pihak Belanda, maka pastilah jiwa dan semangat bangsa Indonesia akan sangat terpukul sekali. Akan tetapi
yang terjadi adalah kemenangan mutlak diperoleh oleh bangsa Indonesia sampai kubu barisan NICA berhasil diduduki oleh barisan rakyat, maka moral dan semangat
kemerdekaan semakin memuncak tinggi. Bertambah yakinlah rakyat diseluruh pelosok Sumatera Timur khusunya,bahwa jika persatuan kokoh dengan ludah bangsa
Indonesia yang berjumlah jutaan jiwa itu sajapun, penjajah pastilah bisa dimusnahkan.
Universitas Sumatera Utara
35
Setelah peristiwa di Medan, tepatnya di Jalan Bali tersebut, peristiwa yang sama yang mengikutinya adalah peristiwa “Siantar Hotel”. Setelah dikibarkannya
Sang Saka Merah Putih secara resmi pada tanggal 4 Oktober, sejak itu juga telah berkobar konfrontasi yang hangat antara pihak NICA dan pemuda Pematang Siantar.
Ketika itu, serdadu NICA dibawah pimpinan Letnan Groenenberg telah menjadikan Siantar Hotel sebagai kubu atau markas mereka. Sikap para serdadu ini sangat angkuh
luar biasa, karna mereka yakin akan kekuatan persenjataan yang mereka miliki, dan mereka yakin pula bahwa suatu kekuatan besar yang di Medan akan siap sedia
membantu mereka. Meskipun demikian, rakyat simalungun pada khususnya tidak merasa gentar dengan keadaan tersebut.
Sejak tanggal 10 Oktober markas BKPI dipindahkan ke samping kantor Pemerintahan Kota, yang berhadap-hadapan langsung dengan kubu NICA Siantar
Hotel sehingga konfrontasi semakin hari semakin memanas. Dalam situasi konfrontasi itulah Groenenberg menerima instruksi dari atasannya di Medan untuk
melakukan tindakan-tindakan propokatip menerbitkan kerusuhan-kerusuhan. Dalam hal ini, para serdadu NICA melancarkan aksi propokatipnya dengan menurunkan
Sang Saka Merah Putih di beberapa tempat di Pematang Siantar termasuk di depan asrama-I BKPI. Hal tersebut tentu saja mendapat tantangan yang keras dari pemuda
dan rakyat Indonesia di Siantar. Perkelahian-perkelahian yang keras terjadi antara rakyat dan serdadu Belanda untuk meperebutkan bendera. Serdadu-serdadu Nica itu
Universitas Sumatera Utara
36
kemudian mearikan diri ke kubunya Siantar Hotel sambil melepaskan tembakan- tembakan dengan pistol.
Setelah itu, segera diadakan rapat kilat dan melakukan serangan balasan sehingga serdadu yang melakukan penembakan itu, lari menyelamatkan diri ke
gedung Siantar Hotel. Melihat kenyataan yang demikian, maka pimpinan pemuda mengambil keputusan untuk menghancurkan Siantar Hotel yang merupakan kubu
NICA. Persis seperti yang terjadi di Medan, dengan terjadinya tindakan gila-gilaan oleh tentara NICA itu, meledaklah kemarahan pemuda dan massa rakyat. Dalam
waktu yang singkat, beribu-ribu pemuda dan rakyat sekitarnya datang menyerbu ke satu sasaran yaitu Siantar Hotel. Dibarengi dengan semangat yang meluap-luap
dengan senjata bambu runcing, tombak, pedang, parang bengkok, golok, geranat botol, senapang dan lain-lain. Pihak NICA dalam kepanikannya melihat serbuan
massa yang demikian besar, lalu melepaskan tembakan-tembakan secara membabibuta. Seorang pemuda bernama Muda Rajaguk-guk terkena tembakan dan
gugur. Hal tersebut tidak dapat membubarkan massa yang marah itu, bahkan sebaliknya membuat mereka semakin bartambah marah. Bal-bal getah ditumpuk-
tumpuk disekitar hotel, dan bensin disebarkan lalu dibakar sehingga menimbulkan nyala api yang berkobar dan gumpalan asap yang mengepul-ngepul. Akibat tekanan
Universitas Sumatera Utara
37
asap tersebut, enam orang serdadu NICA terpaksa keluar dari persembunyiannya dan akhirnya tewas dikeroyok massa rakyat.
29
Karena merasa tidak sanggup lagi mempertahankan diri dengan kekuatan sendiri, Tentara BelandaNICA dengan cepat meminta bantuan kepada tentara Jepang
agar segera mengatasi peristiwa itu. Kemudian Butaicho Jepang Kolonel Orita yang merasa bertanggung jawab atas keamanan di daerah itu beserta 25 truck penuh
serdadu Jepang tiba di Siantar Hotel. Kemudian pemuda-pemuda Indonesia disuruh mundur dengan bayonet terhunus. Kolonel Orita beserta beberapa perwira stafnya dan
seorang jurubahasa menghadap ke markas besar BKPI dan segera mengadakan perundingan. Pemimpin pemudaBKPI yang dikepalai oleh Burhanudin Kuncoro
ketika itu tidak merasa keberatan dengan memberikan syarat bahwa: seluruh orang Belanda dan senjata yang ada di Siantar Hotel, harus segera diserahkan kepada BKPI
dalam waktu setengah jam. Ketika hendak menuju Siantar Hotel untuk melakukan perundingan, tiba-tiba
terdengar suara tembakan yang mengakibatkan seorang pemuda Indonesia gugur pada saat itu juga. Tembakan selajutnya kini diarahkan kepada Burhanuddin, akan tetapi
cepat-cepat dilindungi oleh tentara Jepang yang mengawalnya. Tanpa pikir panjang lagi, Burhanuddin langsung memerintahkan “gempur”. Pada saat itu juga, massa
29
Biro Sejarah Prima, op. cit., hlm. 132-134.
Universitas Sumatera Utara
38
rakyat yang sejak tadi telah siap meyerbu, dengan pekikan merdeka serta semangat juang yang demikian hebat, langsung menyerbu Siantar Hotel dari berbagai jurusan.
30
Dalam peristiwa itu, tentara Jepang dengan bersusah payah menyelamatkan orang-oramg BelandaNICA dan dengan pengawalan, segera melarikannya ke
Medan. Pertempuran itu berlangsung sekitar 6 jam lamanya yang dimulai dari pukul 12.15-18.30. setelah pertempuran berakhir, para pemuda menyelidiki hotel itu
ternyata dijumpai ruangan-ruangan bawah tanah yang kemungkinan dipergunakan sebagai tempat persembunyian serdadu-serdadu Belanda. Kedalam ruangan itu,
kemudian dituang air untuk mengeluarkan kalaku-kalau masih ada sisa serdadau Belanda yang bersembunyi di dalam. Sementara bendera Belanda yang berhasil
dirampas pemuda diletakkan dilantai pintu masuk markas, sehingga setiap orang yang lalu lintas kaluar masuk pasti menginjaknya. Kemenangan pemuda dan rakyat
Indonesia di jalan Bali dan Siantar Hotel member pengaruh yang cukup besar dalam menyalakkan semangat juang rakyat.
30
Perundingan dengan BKPI telah gagal sebelum perundingan itu dilakukan, akibat dari nafsu penjajahan kaum imperialis itu sendiri. Dalam pertempuran itu, mengakibatkan:
1. Hancurnya Siantar Hotel, kubu pertahanan BelandaNICA di P.Siantar
2. Tujuhbelas orang serdadu BelandaNICA tewas, dan banyak yang menderita luka berat dan
ringan. Sebaliknya di pihak Indonesia telah gugur:
1. Muda Raja guk-guk.
2. Ismail Situmorang.
3. Dan banyak rakyat yang terluka dan terbakar.
Edisaputera, op. cit., hlm. 134-137
Universitas Sumatera Utara
39
3.3 Revolusi Sosial di Sumatera Timur