114
Gambar 29 : Coretan Perjuangan Sumber : Koleksi ANRI ruang Diorama.
5.4 Pertunjukan Sandiwara Sebagai Alat Perjuangan dan Penerangan
Pada kurun waktu 1945-1950, pengaruh yang didapatkan oleh Indonesia hanyalah berasal dari satu arah saja, yaitu Belanda. Pengaruh yang dimaksud yaitu
meliputi hal politik, pendidikan, sosial, bahkan sastra budaya. Hal tersebut merupakan sebuah tugas dan tanggungjawab yang besar bagi bangsa Indonesia untuk
mempertahankan apa yang telah dimiliki ditengah-tengah penjajahan. Seniman berjuang melalui karya-karya mereka. Para seniman mengambil
peran untuk memberikan penerangan dan propaganda di daerah-daerah. Mereka mengadakan tour ke seluruh pelosok-pelosok daerah untuk mengajak rakyat untuk
turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ada sebuah teater yang dipimpin oleh Jacob siregar sejak masa pendudukan
Jepang sampai masa revolusi mereka selalu memainkan sebuah tetaer yang
Universitas Sumatera Utara
115
dipertontonkan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dikalangan masyarakat Sumatera Utara. Nama teater ini adalah kadidang, yang dipimpin oleh seorang tokoh
pergerakan Jacob Siregar. Media untuk memberikan penerangan terhadap arti penting nasionalisme dan kemerdekaan itu bukan hanya melalui tulisan tulisan saja. Mereka
memanfaatkan teater ini sebagai alat agitasi untuk membagun sikap anti kolonialisme di kalangan rakyat Sumatera Utara. Mereka bermain keluar masuk kampung, selain
menghibur, mereka memanfaatkan teater sebagai alat agitasi untuk membangkitkan semangat nasionalisme di Sumatera Utara.
81
Djaga Depari dalam perjuangannya sebagai Kepala Jawatan Penerangan Kecamatan Tiga Panah keluar masuk desa untuk melakukan penerangan. Melalui
jawatan tersebut Djaga Depari membentuk group musik sandiwara disamping tugas pokoknya melakukan penerangan-penerangan tentang program pemerintah diselingi
dengan hiburan rakyat kehampir seluruh desa-desa di Kabupaten Karo. Disela-sela kesibukannya bekerja di Jawatan Penerangan inilah, Djaga Depari
melatih pemuda-pemudi desa Seberaya belajar menari dan menyanyi sekaligus membentuk group Sandiwara desa bersama temannya Nuhit Bukit dan Dollar Depari.
Group ini pada awalnya diberi nama Irama Desa, kemudian berubah menjadi Seni Drama Piso Serit dan berubah lagi menjadi Sinar Desa Piso Serit. Acara seni drama
yang mereka kemas diberi tajuk Hiburan Pahlawan, Hiburan untuk Tentara, Hiburan Malam Minggu, Hiburan untuk Rakyat, dan Hiburan Penawar Rindu. Bukan hanya di
81
Wawancara dengan Wara Sinuhaji.
Universitas Sumatera Utara
116
desa Seberaya saja, mereka juga diundang ke berbgai desa di Tanah Karo, bahkan sampai ke Simalungun, Deli Serdang dan Kota Medan. Mereka menghibur para
pejuang dan masyarakat setempat yang menyukai adegan drama, lawakan, dan lagu perjuangan, khususnya lagu-lagu Djaga Depari. Lagu-lagu Djaga Depari banyak
bertemakan cinta kepada alam semesta, cinta kepada lawan jenis, dan cinta terhadap Perjuangan Tanah Air. Namun ada juga beberapa lagunya bertemakan nasehat,
Gotong Royong, kritik sosial, dan sebagainya.
82
Berikut merupakan salah satu peninggalan tiket masuk untuk pertunjukan yang diadakan Djaga depari dan kawan-
kawan pada masa revolusi. Berdasarkan wawancara dengan anak bungsu dari Djaga Depari, mengatakan bahwa tiket masuk untuk menonton pertunjukan ini adalah karya
tangan Djaga Depari sendiri. Undangan ini dilukis oleh Djaga Depari, kemudian disebarkan kepada masyarakat.
83
Gambar 30 : Potongan peninggalan tiket masuk untuk menonton pertunjukan seni pertunujukan yang dilakukan oleh Djaga Depari dan kawan-kawan.
82
Robert Perangin-angin, op.cit.,hlm. 56-57.
83
Wawancara dengan Ngapuli Depari.
Universitas Sumatera Utara
117
Salah satu tokoh seniman pejuang yang berjuang melalui seni sandiwara teater ini adalah Ahmad CB.
84
Karirnya di atas pentas dimulai dari tahun 1931 di Medan ketika dia masih berusia 16 tahun. Ketika itu dia turut mendukung pementasan
naskah karya M. Saleh Umar Surapati yang berjudul “Mutiara Berlumpur”. Dalam usia yang masih muda dalam lubuk hati dan relung sanubari Ahmad CB telah
tertanam rasa kebangsaan. Hal ini dapat kita lihat dengan bergabungnya beliau sebagai anggota Jong Islamitan Bond, anggota “Indonesia Muda”, kemudian menjadi
anggota GERINDO Gerakan Rakyat Indonesia. Rasa kebangsaan yang ada di dalam dirinya itu selalu dimanifestasikan melalui seni pentas dan lagu-lagu gubahannya.
Pada tahun 1935 didirikannyalah sebuah perkumpulan sandiwara yang bernama “Asmara Dhana”. Pada waktu itu juga dia merupakan salah satu biduan
pada sebuah perusahaan piringan hitam Singapura dan berhasil merekam 5 buah lagu yang terkenal di
masa itu, yaitu “Kacang Goring”, “Bangun Anakku”, Batik Indonesia”, “Melayu Raya”, dan “Rumpun Melayu”. Yang diciptakannya bukan
hanya lagu-lagu hiburan saja akan tetapi lagu-lagu perjuangan juga. Lagu-lagu tersebut tidak hanya membangkitkan semangat perjuangan rekan-rekannya di Tanah
Air, tetapi juga menanam rasa persatuan dikalangan masyarakat melayu. Hal ini disadari oleh pemerintah Singapura sehingga ia tidak dibenarkan untuk melanjutkan
karirnya bersama perusahaan piringan hitam tersebut.
84
Ahmad CB Casbara merupakan seorang tokoh seni pentas yang telah bergelut sejak tahun 1930-1977. Kelompok sandiwara Asmara Dhana yang dipimpinnya, banyak mementaskan naskah
yang menyangkut dengan pergerakan menuju cita-cita kemerdekaan.
Universitas Sumatera Utara
118
Setelah kem bali ke Medan pada tahun 2942, ia melanjutkan kegiatan “seni
pentas” bersama kelompok “Asmara Dhananya”. Bekerja sama dengan Surapati M. Saleh Umar dipentaskanlah cerita-cerita sandiwara yang bercorak politik seperti
“Panggilan Kewajiban”, dan “Corak Dunia”. Dalam setiap pementasan selalu ditampilkan penyanyi-penyanyi yang membawa berbagai lagu sebagai pendahulun
sebelum layar diangkat, ataupun untuk menyelingi antara satu babak dengan babak lain. Peranan lagu dalam pertunjukan sandiwara cukup dominan, apalagi kalau yang
ditampilkan adalah lau-lagu yang baru selesai digubah. Tidak heran jika dalam aktivitasnya mementaskan naskah sandiwara oleh kelompok “Asmara Dhana” Ahmad
CB terus menggubah lagu. Sampai Jepang ,menyerah kepada Sekutu ada 3 buah lagu yang
diciptakannya yaitu; “Irama Kaum Tani”, “Bergotong Royong”, dan “Kembali Dari Digul”.
Pada tahun- tahun kemerdekaan, kelompok “Asmara Dhana” dijadikan sebgai
alat perjuangan, menghibur para pejuang di garis depan, dan mencari dana untuk front Medan Area. Sambil mementaskan naskah-naskah sandiwara yang
membangkitkan semangat para pejuang, Ahmad CB terus menciptakan lagu-lagunya, diantaranya adalah “Republik Indonesia”, “Angkatan Laut Kita”, “Pejuang 45”, dan
lain-lain. Perjuangan kemerdekaan tidak hanya dilakukan dengan senjata saja, tetapi
oleh para pejuang kemerdekaan juga dilakukan melalui kegiatan “seni pentas”, lakon, dan lagu yang membangkitkan semangat heroic dan patriotic. Tidak kurang
Universitas Sumatera Utara
119
pentingnya juga perjuangan lewat pena yang dilakukan oleh kaum wartawan, dan kegitan yang dilakukan oleh para pemuda Indonesia yang berada di luar negeri untuk
membantu perjuangan kemerdekaan tanah airnya. Baik melalui kegiatan diplomasi maupun mencari dan membeli obat-obatan guna dikirim ke tanah air, disamping
mencari dan membeli perlengkapan militer termasuk senjata yang sangat diperliukan saat itu.
Melalui sarana “Asmara Dhana” Achmad CB memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tingkat perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia. Juga
melalui saran lagu yang digubahnya selalu seirama dengan perjuangan.
85
Seni pertunjukan baik lukis, musik, teater maupun sastera selain menghibur para pejuang, masyarakat umum, juga memberikan dukungan materiil kepada para
pejuang yang berada di front-front pertempuran. Setiap pertunjukan yang dilakukan selain memberikan penghiburan, juga mendatangkan penghasilan melalui penjualan
tiket. Hasil dari penjualan tiket tersebut dikumpulkan kemudian disumbangkan kepada front buruh, petani maupun untuk akomodasi para gerilyawan.
Sumbangan kesenian didalam memajukan kebudayaan bangsa Indonesia pada masa revolusi sangat besar. Kesenian yang terus berkembang dan munculnya karya-
karya inovatif yang mengangkat sesuatu yang telah ada di Indonesia. Hal ini merupakan wujud peranan seni dalam membentuk identitas kebangsaan.
85
Muhammad TWH, Perjuangan Tiga Komponen Untuk Kemerdekaan, op.cit., hlm.132-138
Universitas Sumatera Utara
120
5.5 Seni Musik Bergerak Dengan Lagu Perjuangan