65
4.1 Seniman Musik
Pada umumnya musik menuntut kecerdasan dan perasaan yang lebih tinggi dari penonton atau pendengar. Hal ini dikarenakan musik melukiskan sesuatu secara
abstrak. Pada masa kemerdekaan, musik yang dibutuhkan rakyat adalah musik yang praktis, mudah dipahami, dan mudah dihafalkan, musik yang bernuansakan
kerakyatan, yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat itu sendiri. Dengan demikian seniman menjadikan seni budaya sebagai alat propaganda untuk
mempengaruhi masyarakat.
Lagu-lagu propaganda di masa pendudukan Jepang dan revolusi di Indonesia dikenal dengan istilah musik fugsional yang diciptakan untuk mencari dukungan
politik. Fungsi utama lagu-lagu propaganda adalah alat penyebarluasan pendapat yang bersifat simpel, tetapi dampaknya bersifat kompleks. Pada masa itu, teknik
bernyanyi tidaklah begitu penting, yang diutamakan adalah makna serta isi teks lagu yang bersifat mengajak, mempengaruhi pikiran rakyat yang mudah dinyanyikan dan
dihayati seluruh masyarakat. Para seniman menyadari kondisi masyarakat pada masa revolusi banyak yang belum melek huruf. Musik dan lagu yang diciptakan harus
disesuaikan dengan kondisi tersebut. Tahun 1945-1949 merupakan tahun yang sangat berat untuk Indonesia, hal ini
dapat kita nilai dari karya-karya seni yang lahir pada kurun waktu tersebut. Dari sebuah lagu dapat kita lihat gambaran suasana apa yang terjadi pada sebuah kurun
Universitas Sumatera Utara
66
waktu tertentu. Pada umumnya, seniman itu peka dengan apa yang terjadi disekitar mereka. Apa yang dituangkan dalam sebuah lagu merupakan gambaran suasana
kurun waktu tersebut. Seniman itulah yang menginterpretasikan situasi dan kondisi pertempuran sehinggga dijadikan menjadi sebah lagu untuk menambah spirit.
60
Contoh lagu perjuangan yang lahir pada masa revolusi perjuangan adalah lagu yang berjudul “Butet”. Bukan hanya orang batak, lagu ini bahkan sudah familiar bagi
bnayak orang diluar suku batak. Lagu butet, lagu yang mengalun dengan tempo yang mendayu ini sudah menjadi sebuah lagu yang melegenda.
60
Wawancara dengan Wara Sinuhaji Dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,pada tanggal 22 Juli 2015, di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, mengenai
peranan seniman pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Sumatera Timur.
Universitas Sumatera Utara
67
Dari lirik tersebut dapat kita rasakan bagaimana kondisi saat peperangan itu terjadi. Ayahnya rela meninggalkan istri dan ankanya demi mempertahankan
kemerdekaan republik Indonesia. Dalam kehidupan, harta yang paling berharga adalah keluarga kita, namun itu pun ditinggalkan bahkan nyawa sekalipun
dikorbankan untuk tanah air Indonesia tercinta. Selain lagu Butet, terdapat sebuah lagu dari Tanah Karo yang berjudul
“Erkata Bedil”, yang merupakan sebuah lagu perjuangan yang lahir pada saat mempertahankan kemerdekaan.
Erkata Bedil adalah salah satu lagu perjuangan dari daerah Karo yang diciptakan oleh almarhum Djaga Depari. Jika lagu ini diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia, Erkata Bedil mengandung artian “bunyidentuman senjata”. Erkata Bedil i
Universitas Sumatera Utara
68
kuta Medan bunyidentuman senjata di kota Medan adalah kalimat pembuka dari syair lagu ini, serta di baris kedua dilanjutkan dengan kalimat ngataken kami maju
ngelawan sebagai pertandapanggilan bagi kami untuk maju melawan. Itulah dua baris kalimat pada bait pembuka dari lagu karya Djaga Depari ini.
Berkobarnya peperangan di kota Medan menjadi rasa tanggung jawab bagi pemudapemudi karo di wilayah-wilayah Tanah Karo lainnya untuk membantu
saudara-saudaranya yang di Kota Medan. Perang di Medan adalah perang bagi seluruh wilayah dan
masyarakat Karo, sehingga sering dikatakan “dari Medan Area menuju Karo Area”. Dari makna lagu tersebut kita dapat melihat gambaran betapa
pentingnya kemerdekaan tersebut untuk dipertahankan. Selain lagu-lagu diatas, terdapat beberapa lagu yang lahir pada saat
mempertahnkan kemerdekaan di Sumatera Timur, diantaranya adalah Mariam Tomong, awaslah NICABelanda, Letnan Kadir lagu yang didedikasikan khusus
untuk Letnan Kadir, O turang, O bayangan, Marilah Pemuda-pemudi, Sora Mido dan lain-lain.
Di dalam buku yang berjudul Djaga Depari Seorang Komponis dari Tanah Karo diceritakan bagaimana kondisi setelah terjadinya gencatan senjata, antara lain
dikatakan; “setelah pulang mengungsi, keadaan saat itu tidak menentu banyak orang
kehilangan anggota keluarganya, apakah mati ditembak musuh, mati dimakan binatang buas, di hutan, tersesat, cacat dan lain-lain. Melihat keadaan tersebut
Universitas Sumatera Utara
69
inspirasi Djaga Depari pun timbul ketika ia melintas makam pahlawan dan mendengar tangisan sendu dihadapan pusara orang yang dikasihinya. Hatinya
sungguh pilu bercampur sedih mendengar suara tangisan itu. Jiwa seninya pun meronta , memaksa kalbunya untuk melakukan penghiburan kepada mereka. Dari
kejauhan terbayang rasa pilu yang menimpa teman-temannya. Ia termenung, hatinya sedih, kepada siapakh dia mengadu, akhirnya semuanya itu dituangkannya kedalam
sebuah lagu yang diberinya judul “Sora Mido” yang berarti suara himbauan”.
Dalam lagu Sora Mido ini Djaga Depari menghimbau kepada para pemimpin bangsa, agar janganlah serakah dan main-main. Karena dulu, nyawa dan darah adalah
taruhan untuk kemerdekaan bangsa ini. Lihatlah air mata anak yatim dan para janda, tutunlah teman kita yang timpang dan saling mengasihanilah kamu karena Cuma
itulah tangisan dan tuntutan orang-orang yang berjuang. Dalam masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia,
para seniman masing-masing telah memainkan peranannya melalui karya-karyanya. Semuanya itu didedikasikan untuk membangkitkan dan membakar api semangat
juang demi tercapainya kemerdekaan bumi pertiwi Indonesia. Kontribusi yang diberikan oleh seniman musik pada saat itu tidak dapat dikesampingkan begitu saja.
Sumbangan seniman-seniman musik terhadap semangat perjuangan kemerdekaan sangat besar, melalui syair-syair lagu yang indah, merdu dan bergairah
dengan nuansa perjuangan sangat besar pengaruhnya terhadap semangat perjuangan. Syair-syair lagu pada masa perjuangan sangat menyentuh hati sanubari para pejuang.
Universitas Sumatera Utara
70
4.2 Seniman Lukis