50
mengakiatkan pasukan Munthe menyingkir ke daerah Dolok Masihol, dan pasukan Bedjo menyingkir menyususri Sungai Ular.
Demikian serangan demi serangan terjadi terhadap pasukan Republik, yang mana dalam Agresi Militer Belanda yang pertama ini, mereka berhasil menduduki
daerah-daerah dan pelabuhan-pelabuhan penting di Jawa dan Sumatera. Akhirnya setelah mendapat perintah dari dewan PBB atas permintaan Australia dan India agar
menhentikan aksi tembak-menembak, pada tanggal 4 Agustus 1947 keduan Negara yang bertikai diumumkan untuk melakukan gencatan senjata. Dengan diumumkannya
pengumuman ini, maka berakhirlah Agresi Militer I Belanda.
3.5 Berdirinya Pemerintahan Republik di Sumatera Timur
Masa antara tahun 1945-1949 merupakan masa yang kritis bagi bangsa Indonesia, dimana terjadi pergolakan disana-sini. Masa ini juga merupakan masa
dimana Belanda sedang giat-giatnya melakukan federalisasi, yang bertujuan untuk menjadikan negara Indonesia sebagai negara boneka atau negara bagian. Usaha terus-
menerus dilaksanakan pemerintah Hindia-Belanda untuk menghapuskan kerajaan bumiputera, tetapi terhenti ketika pecahnya perang dunia ke-II. Kita lihat ketika
pemerintahan NICA Belanda menduduki beberapa wilayah Indonesia tahun 1946- 1949, pemerintahan kerajaan Bumiputera tidak lagi direhabilitirnya meskipun
Belanda masih terikat den gan perjanjian “politik kontrak” dengan mereka. Belanda
kini lebih mau mendukung para intelektual untuk memimpin “Negara Bahagian”
Universitas Sumatera Utara
51
yang diciptakan Van mook dan bukan kaum raja-raja yang feodal, untuk mengimbangi pihak Republik Indonesia.
Dalam kegiatan federasinya, Belanda berhasil menghimpun 15 negara, yang dibagi kedalam dua kelompok. Pertama, yang disebut dengan Negara, yaitu; Negara
Indonesia Timur, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan, Negara Pasundan, Negara Madura, dan Negara Djawa Timur. Kedua, disebut kelompok
Daerah Istimewa, yaitu; Bangka dan Biliton, Riau, Djawa Tengah, Distrik Federal Batavia dan sekitarnya, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Barat, Kalimantan Barat Daya Kota Waringin dan Kalimantan Timur.
40
Ketika masa pendudukan Jepang 1942-1945 status kerajaan Bumiputera tetap tidak berubah dan mereka tunduk kepada sembarang pemerintah militer Jepang
karena dalam keadaan perang. Proses pembentukan NST tidak terlepas dari dinamika berbagai kelompok etnis yang ada di wilayah Sumatera Timur sejak masa
Kolonialisme Belanda hingga revolusi kemerdekaan. Pada Agustus 1945 Medan diterpa oleh konflik politik dan sosial yang serius
karena kekosongan kekuasaan setelah kekalahan Jepang terhadap Sekutu. Beberapa golongan-golongan masyarakat yang ada di Sumatera Timur tidak dapat dipersatukan
oleh sebuah kepemimpinan sehingga terdapat berbagai pertikaian diantara golongan
40
George Mc. Turnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran, 1980, hlm. 428-431.
Universitas Sumatera Utara
52
masyarakat. Ada yang masih mengharapakan hadirnya kembali penguasa lama dan tidak ingin bergantung kepada Republik yang belum jelas.
Setelah dibacakannya proklamasi kemerdekaan secara resmi oleh Mr. T. Moehammad Hasan di Sumatera Timur, maka beliau selaku Gubernur Sumatera
ketika itu mencoba untuk mengatasi persoalan yang ada dalam golongan-golongan masyarakat dengan menampung aspirasi kaum bangsawan melalui kebijaksanaan
rekonsiliasinya.
41
Kebijaksanaan ini pada akhirnya tidak berhasil untuk menyatukan golongan-golongan masyarakat Sumatera Timur dimana para pendukung Republik
mengambil jalan pintas untuk melenyapkan golongan Bangsawan dengan sistem feodalnya melalui revolusi sosial 1946. Raja-raja Sumatera Timur turut mendudkung
N.R.I. atas hasutan dan disponsori oleh kaum komunis, maka pada tanggal 3 Maret 1946 terjadilah apa yang disebut “Revolusi Sosial” dimana raja-raja diturunkan dan
kerajaan diambil alih. Banyak terjadi pembunuhan, perampokan harta benda, dan perkosaan terhadap kaum bangsawan, dan mana yang masih hidup ditangkap dan
dimasukkan kedalam kamp tawanan. Sejak itu status kerajaan bumiputera di Sumatera sudah dihapus.
42
Dalam kondisi yang tidak menentu ini, masyarakat Sumatera Timur seakan- akan menjadi terbagi dalam tiga kelompok yaitu Republik, Belanda, dan Kerajaan.
41
Pada tanggal 31 September 1945 peristiwa Proklamasi Kemerdekaan secara resmi diumumkan oleh Mr. T.M. Hasan selaku Gubernur Sumatera ketika itu, dihadapan 700 rakyat pada
rapat Barisan Pemuda Indonesia B.P.I di Sekolah Taman Siswa Medan.
42
Tuanku Luckman Sinar, op. cit., hlm. ii.
Universitas Sumatera Utara
53
Kelompok Republik adalah orang-orang yang mendukung dan ingin berlindung dibawah pemerintahan Republik Indonesia. Kelompok Belanda adalah orang-orang
Belanda yang ingin menanamkan kedudukannya kembali di Indonesia. Sementara setelah proklamasi kemerdekaan raja-raja Melayu ada yang sebagian mendukung
republik dan ada juga mendukung dan masih berlindung kepada Belanda. Dapat dikatakan sikap para raja-raja dan Sultan setelah proklamasi adalah bersikap
“menunggu dan lihat” tanpa menyatakan dukungan kepada siapa pun. Diantaranya yang mendukung Republik adalah Sultan Langkat, Serdang, dan Asahan. Sultan Deli
secara terang-terangan tidak mengakui akan kedaulatan Republik.
43
Dengan pecahnya masyarakat kedalam beberapa kelompok ini, sehingga meletuslah revolusi sosial tahun 1946 yang susah dikendalikan dan menyerang siapa
saja yang berbau feodal dan kolonial, termasuk didalamnya birokrat-birokrat republik yang hanya memakai “dasi”. Revolusi sosial ini telah membawa puluhan korban
bangsawan Sumatera Timur diantaranya adalah Amir Hamzah. Untuk menumpas tindakan Revolusi Sosial ini maka Belanda melakukan aksinya lewat Agresi Militer
Belanda tahun 1947. Keberhasilan Agresi Militer Belanda dalam menumpas unsur-unsur Republik
dari Sumatera Timur, telah memperkuat moral kaum Bangsawan untuk merealisasi ide-ide otonomi Sumatera Timur. Gagasan pembentukan Daerah Istimewa Sumatera
43
Suprayitno, op. cit., hlm. 57.
Universitas Sumatera Utara
54
Timur akhirnya berlanjut ke arah pembentukan sebuah Negara Sumatera Timur. Pada tanggal 5 Oktober 1947, berangkatlah utusan dari Sumatera Timur ke Jakarta untuk
rencana pembentukan Daerah Istimewa Sumatera Timur.
44
Pada tanggal 8 Oktober 1947 tugas mereka berhasil dan dikeluarkanlah Besluit Letnan Gubernur Jendral H.H.
Van Mook, yaitu Staatblad No. 176 tahun 1947 jo Stbld No. 217 tahun 1947 yang berisi bahwa komite DIST dirubah menjadi “Dewan Sementara Sumatera Timur”
yang akan merancang Statuen Undang-undang Dasar.
45
Dengan Staatsblad No.14 tahun 1948 terbentuklah “Negara Sumatera Timur” N.S.T.. Adapun yang menjadi
Wali Negara Sumatera Timur ketika itu yang terpilih adalah Dr. Tengku Mansyur, dan Raja Kaliamsyah Sinaga sebagai Wakil Wali Negara.
Ada 7 buah departemen yang dibentuk dan ditetapkan untuk mengisi struktur pemerintahan N.S.T. saat itu, yakni;
Kepala Departemen Kehakiman : Mr. Tan Tjeng Bie.
Kepala Departemen Keuangan : M. Lalisang.
Kepala Departemen Pekerjaan Umum : Tengku Sulong Habitullah. Kepala Departemen Kebudayaan : J. Keulemans.
44
Utusan Sumatera Timur yang berangkat ke Jakarta ketika itu adalah Tengku Dr. Mansyur, T. Mr. Dzulkarnain, Datuk Hafidz Haberham, Tuan Jomat Purba, M. Lalisang, dan Dr. F.J.
Nainggolan. Tuanku Luckman Sinar, op. cit., hlm. 566.
45
Adapun isi Undang-undang Ketatanegraan Sumatera Timur itu adalah: 1.
Adanya suatu Dewan Perwakilan terdiri dari 38 anggota yang dipilih dan 12 orang yang diangkat.
2. Adanya suatau BADAN AMANAH terdiri dari sebanyak-banyaknya 7 orang.
3. Adanya seorang wali Negara dan Wakil Wali Negara yang dibantu oleh sebuah Dewan
Penasehat sebanyak-banyaknya 5 orang anggota yang disatukan dalam sebuah Kabinet yang bertugas mengepalai sebuah Departemen. Tuanku Luckman Sinar, op. cit., hlm. 567.
Universitas Sumatera Utara
55
Kepala Departemen Ekonomi :Mr. T. Bahriun Merangkap
Sementara. Kepala Departemen Pemerintahan : Tengku Hafas
Kepala Departemen Keamanan : Tuanku Sultan Saibun.
Kemudian sebagai Panglima Barisan Pengawal Sumatera Timur diangkat Kolonel Jomat Purba. Selanjutnya Badan Amanah terdiri dari Raja Kaliamsyah Sinaga sebagai
ketua dan anggotanya terdiri dari; Ngerajai Meliala, T.M. Nahar, Tan Bun Jin, D.P. Van Meerten, Dt. Kamil,dan F. Rotty. Pada tanggal 12 Maret 1948 diadakanlah
upacara peresmian N.S.T. yang dihadiri oleh utusan dari berbagai wilayah lainnya di Indonesia dan pembesar-pembesar dari Jakarta.
46
3.6 Agresi Militer Belanda II