157
pertunjukan-pertunjukan yang mereka lakukan dan semuanya itu disumbangkan kepada front-front perjuangan.
Peranan seniman pada masa revolusi fisik tidak bisa dipandang sebelah mata. Para seniman menjadi jembatan anatara pemerintah dengan masyarakat kecil. Alat
komunikasi yang sangat terbatas ketika itu manjadikan setiap karya seniman adalah sebuah penerangan bagi masyarakat Indonesia. Dari karya-karya kecil yang mereka
cipatakan itu, kini menjadi saksi sejarah yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi revolusi pada tahun 1945-1949.
Terciptanya suatu kebudayaan nasional Indonesia juga merupakan usaha dari para seniman. Kesenian sebagai bagian dari kebudayaan menjadi salah satu daya tarik
bagi Indonesia di mata dunia. Berdirinya sekolah-sekolah seni juga meruapakan hasil dari perjuangan para seniman dalam memmasyarakatkan kesenian pada masa-masa
sebelumnya, khususnya di era revolusi Indonesia tahun 1945-1949.
6.2 Saran
Dari penelitian ini kita dapat melihat bagaimana peristiwa yang terjadi pada tahun 1945-1949 di Sumatera Timur. Hal ini dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk
generasi sekarang agar tetap menghargai setiap perjungan yang telah dilakukan untuk kemerdekaan bangsa kita yang seutuhnya. Oleh kerana itu kita dapat merekrontuksi
sejarah peranan para seniman Sumatera Timur ini kedalam kehidupan kita dimasa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
158
Dari penelitian ini, maka jelaslah bahwa para seniman dalam masa revolusi mempertahankan kemerdekaan mereka memiliki partisipasi dan peranan yang besar
dan bahkan ada yang terlibat secara langsung memngggul senjata di front pertempuran. Disamping mempunyai nilai-nilai seni yang heroik juga karya-karya
seniamn tersebut mempunyai dampak yang besar dalam hal ikut mendorong, menggelorakan dan mengobarkan semangat perjuangan rakyat dan tentara di front-
front pertempuran. Selain itu juga berperan sebagai penghibur di sela-sela sengitnya perjuangan.
Mengingat jasa-jasa para seniman dalam masa revolusi dengan karya-karya seninya yang sangat berharga itu maka sudah sepantasnya apabila pemerinah
memberikan penghargaan yang setimpal dengan bobot perjuangnnya. Disamping itu satu hal yang sangat penting adalah, menyelamatkan karya-karya seni tersebut dalm
bentuk pendokumentasian yang baik. Selanjutnya hasil karya-karya seniman tersebut disebarluaskan di kalangan generasi muda khususnya dan masyyarakat luas pada
umumnya. Dengan upaya tersebut bererti kita dapat melestarikan karya seni yang tak ternilai harganya dan sekaligus mengamalkan agar dapat dikaji dan dihayati oleh
generi muda khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Universitas Sumatera Utara
16
BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT
2.1 Selayang Pandang Sumatera Timur
Ruang lingkup geografi sebagai unit analisis penelitian ini adalah Daerah Sumatera Timur. Sumatera Timur terletak diantara garis Khatulistiwa dan garis
Lintang Utara 4 .
13
Letak Sumatera Timur sebagai yang sudah umum kita kenal dibatasi oleh Aceh di sebelah Barat Laut, kemudian Tapanuli di sebelah Barat Daya,
Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut.
14
Luas wilayah Sumatera Timur meliputi 31.715 kilometer persegi atau sekitar 6,7 dari
seluruh daerah Sumatera. Ditinjau dari keadaan alamnya Sumatera Timur terdiri dari tiga bagian yaitu
dataran rendah yang sangat luas, pegunungan, dan dataran tinggi tepatnya di Tanah Karo dan Simalungun. Di dataran rendah Sumatera Timur terdapat hutan-hutan
payau mangrove yang banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon bakau dan nipah. Sungai-sungai di daerah ini banyak yang bermuara ke Selat Malaka. Di sepanjang
aliran sungai-sungai tersebutlah tumbuh pepohonan Bakau serta nipah itu, terutama dibagian muaranya. Sungai-sungai yang berhulu di daerah dataran tinggi Karo dan
13
Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan , Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hlm. 44.
14
Ibid., hlm. 31.
Universitas Sumatera Utara
17
Simalungun membawa endapan-endapan tanah gembur liparitik
15
dan debu-debu dan pasir halus, yang mengakibatkan daerah Pantai Timur bertambah luas masuk ke Selat
Malaka sehingga tanah-tanah disepanjang Pantai Timur ini menjadi lahan yang subur untuk pertanian.
16
Adapun beberapa sungai utama yang menjadi potensi Sumatera Timur ketika itu adalah sungai Kwis, Percut, Deli, Ular, Babura, Belawan,
Tuntungan, Mencirim, Bingei, dan Begumit. Selain dataran rendah, di Sumatera Timur juga terdapat Dataran Tinggi, yaitu
Dataran Tinggi Karo dan Dataran Tinggi Simalungun. Di daearah Dataran Tinggi Karo didiami oleh suku Batak Karo, sedangkan Dataran Tinggi Simalungun didiami
oleh suku Simalungun. Di kebanyakan daerah di Sumatera Timur, perkebunan- perkebunan tersebar ke pedalaman sampai ketinggian 300 meter. Dataran Tinggi
Karo terletak di luar daerah perkebunan Sumatera Timur. Umumnya para pengusaha Onderneming pergi ke dataran tinggi Karo hanya untuk istirahat dan hiburan yang
ditawarkan oleh iklimnya yang sejuk. Suku Batak Karo telah mempelajari cara-cara memanfaatkan lahan mereka untuk penanaman kentang dan berbagai jenis sayuran,
kembang bunga, dan Jeruk. Sebagai tempat penjualan, Medan dan tempat-tempat perkebunan menjadi pasar yang baik bagi mereka.
15
Tanah Liparitik adalah enadapan tanah gembur dari lahan vulkanik yang berasal dari semburan gunung berapi dan memiliki tingkat keasaman yang tinggi.
16
Suprayitno, Mencoba Lagi Menjadi Indonesia, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2001, hlm. 17.
Universitas Sumatera Utara
18
Sebelum tahun 1800 tidak ada satupun dari Negara Eropa yang benar-benar menaruh perhatian yang serius terhadap Sumatera Timur. Inggrislah yang pertama
kalinya menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap Sumatera Timur. Bagian-bagian Sumatera yang sampai saat itu tidak diacuhkan, perlahan mulai
berubah menjadi penting sejak awal tahun 1800. Sumatera dijadikan sebagai pasar bagi barang-barang ekspor, bahkan sebagai sumber barang-barang impor terutama
lada. Kedatangan Anderson dan dibukanya perkebunan di Sumatera Timur merupakan awal yang baik bagi masyarakat dan perkembangan daerah Sumatera
Timur. Terletak diantara garis Khatulistiwa dan garis Lintang Utara, Sumatera Timur
mempunyai iklim pantai tropik yang dipengaruhi juga oleh topografi yang dimiliki oleh daerah Sumatera Timur. Suhu di daerah pantai kira-kira 25
C, dengan maksimum 32
C. Sedangkan di daerah-daerah yang lebih tinggi, suhunya mencapai rata-rata 12
C, dan berkisar antara 5,5 C
– 18 C. Penduduk asli Sumatera Timur
adalah kelompok etnis Melayu, Batak Karo,dan Batak Simalungun. Mata pencaharian utama masyarakat Sumatera Timur adalah dengan mengelola tanah sebagai pertanian
dan perkebunan yang kita kenal dengan perkebunan Tembakau. Pada awalnya di daerah Sumatera Timur terdapat banyak Kerajaan, seperti;
Kerajaan Melayu, Deli, Serdang, Asahan, Langkat, Kualuh, Bilah, Panai, Kota Pinang, Indrapura, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh, Suka Dua, Pelalawan, Begadai,
dan Padang. Kerajaan Rokan, termasuk Tambusai, Kepenuhan, Rambah, Kuntur Dar
Universitas Sumatera Utara
19
Es Salam dan Senggigi. Juga terdapat Lima Urung, yaitu Deli, Sinembah, Sunggal, Pertjoeut, dan Hamparan Perak. Di kawasan Dataran Tinggi Simalungun terdapat
Kerajaan Dolok Silau, Silimakuta, Purba, Raya, Panei, Siantar, dan Tanah Jawa. Sedangkan di daerah Tanah Karo terdapat Sibayak-sibayak yang dinamakan Sibayak
Kutabuluh, Sarinembah, Lingga, Suka, dan Barus Jahe. Hubungan raja-raja Melayu dengan pemerintah Belanda mulai intensif ketika
Pemerintah Belanda melancarkan politik ekspansinya ke Sumatera pada pertengahan abad ke-19. Pada pertengahan abad ke-19 Pemerintahan Kolonial masih menganggap
kerajaan bumiputera seakan-akan suatu pemerintahan yang “berdaulat” sehingga
dibuatlah perjanjian “politik kontrak” dengan kerajaan yang dianggap kuat. Tetapi sejak 1915 kekuasaan kerajaan bumiputera itu mulai derajatnya diturunkan atau
menjadi “protektorat” bahkan ada yang lebih rendah lagi yaitu dengan “korte verklaring” peryataan pendek yang hanya berisi 3 pasal saja yaitu:
1. Mengakui wilayah Kerajaan itu sebagai bagian dari Hindia-Belanda.
2. Tidak berhubungan dengan Pemerintahan Asing.
3. Patuh kepada keputusan Ambtenar Belanda disitu.
Dengan raja-raja di Sumatera Timur Belanda mengikat perjanjian selaku protektoat dalam “politik kontrak” seperti Kerajaan Deli, Kerajaan Langkat, Kerajaan
Serdang, Kerajaan Asahan dan Kerajaan Kualuh serta Kerajaan Siak. Kerajaan- kerajaan lainnya diikat dengan “korte Verklaring” peryataan pendek.Dalam
Universitas Sumatera Utara
20
perjanjian itu setiap penduduk asli dari Kerjaan itu, tunduk kepada kerapatan peradilan kerajaan. Kerajaan menguasai tanah dalam kerajaan itu dan bisa
menyewakan tanahnya kepada investor asing dengan persetujuan Gubernur Hindia- Belanda. Kerajaan boleh mempunyai polisi dan bendera sendiri dan jaksa sendiri
dimana sebagai hakim dalam kerapatan itu adalah raja yang didampingi oleh Kontelir Belanda sebagai penasihat dan KUHP dipakai sebagai pedoman dalam soal pidana.
Hukuman buang dan hukuman mati haruslah dengan seizin Gubernur Jendral yang juga berhak memberikan grasiamnesty.
17
Memasuki abad ke-20 Pemerintah Belanda melakukan penaklukan ke wilayah Simalungun, Tanah Karo, Toba, dan Pak-Pak Dairi. Hasil dari ekspansi tersebut,
maka pada tahun 1870-1942 wilayah dan penduduk dari 41 kerajaan di Sumatera Timur digabungkan ke dalam kekuasaan Hindia-Belanda. Kontrak politik yang telah
ditandatangani telah mereduksi jumlah kerajaan itu menjadi 34 kerajaan. Kemudian kerajaan-kerajaan tersebut diberi batas-batas wilayah tertentu dan secara bersama-
sama digabungkan sebagai residensi Sumatera Timur. Pada tahun 1915, Residensi Sumatera Timur membawahi lima afdeling, yaitu:
Deli en Serdang ibu kotanya Medan. Langkat ibu kotanya Binjai.
Simalungun ibukotanya Siantar.
17
Tuanku Luckman Sinar, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, Medan: Yayasan Kesultanan Serdang, 2006, hlm. i.
Universitas Sumatera Utara
21
Asahan ibukotanya Tanjung Balai. Bengkalis ibu kotanya Bengkalis.
2.2. Masyarakat Sumatera Timur