Agresi Militer Belanda I

43 Revolusi Sosial yang dimulai pada tanggal 3 Maret berlangsung selama hampir pada keseluruhan bulan Maret. Ketegangan-ketegangan ini akhirnya berakhir setelah pada tanggal 11 April 1946, PP memutuskan untuk beridiri teguh di belakang pemerintah dan menyerahkan masalah penangkapan. Usaha penyelesaian revolusi sosial tersebut tidak luput dari peranan para pemuda yang bergabung dalam organisasi-organisasi pemuda yang kuat di tiap daerah seperti NAPINDO, PESINDO, dan sebagainya.

3.4 Agresi Militer Belanda I

Sebelum dilaksanakannya Perjanjian Linggarjati, sebelumnya sudah pernah dilakukan perundingan-perundingan yang mengarah ke perjanjian tersebut. Dalam rangka melaksanakan diplomasi tersebut diambil suatu keputusan bahwa akan berlaku penghentian tembak-menembak di seluruh Indonesia yang dimulai pada tanggal 15 Februari 1947 pukul 12.00 tengah malam. Perundigan seperti ini sudah sering dilakukan akan tetapi pertempuran masih tetap saja ada. Melihat situasi yang terus berperang akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan melalui meja perundingan, sehingga pada tanggal 27 Maret 1947 ditandatanganilah Perjanjaian Linggarjati. 34 Salah satu isi dari persetujuan Linggarjati itu adalah bahwa 34 Lihat lampiran 1. Universitas Sumatera Utara 44 pemerintah Belanda mengakui secara de facto Pemerintah Republik Indonesia atas Jawa, Madura dan Sumatera. 35 Meskipun perjanjian Linggarjati telah ditandatangani, namun hubungan Indonesia dengan Belanda tidak bertambah baik. Belanda tidak senang melihat kemajuan-kemajuan perjuangan diplomatik RI untuk merdeka dan berdaulat penuh. Keinginan Belanda untuk menjajah Indonesia kembali mendorongnya untuk mengutak-atik isi perjanjian Linggarjati dengan tafsir sendiri yang tidak logis. Ketika ingin melaksanakan perjanjian linggarjati, Nampak bahwa mereka tidak jujur dan ikhlas dalam menyetujui perjanjian tersebut. Akan tetapi pelaksanaan diplomasi tersebut didorong oleh rasa angkuh untuk menjadikan jalur diplomasi sebagai selang waktu untuk membangun kekuatan militernya. Agresi atau serangan Militer Belanda I adalah serangan serentak yang dilakukan Belanda terhadap daerah-daerah Republik Indonesia. Serangan ini dilakukan pada tanggal 21 Juli 1947, perbedaan penafsiran terhadap persetujuan Linggarjati, yang ditandatangani pada bulan Maret 1947 merupakan penyebab serangan ini. Di satu pihak Belanda menganggap “kerjasama” yang terdapat di dalam pasal 2 persetujuan tersebut sebagai kedaulatan Belanda di Indonesia tetap 35 Pasal 1 perjanjian Linggarjati berisikan “Pemerintah Belanda mengakoei kenjataan kekoesaan de facto Pemerintah Republik Indonesia atas Djawa, Madoera dan Soematra. Adapoen daerah-daerah jang didoedoeki oleh tentara Serikat atau tentara Belanda dengan berangsoer-angsoer dan dengan kerdja-bersama antar kedoea belah pihak akan dimasoekkan poela kedalam Daerah Republik. Oentoek menjelenggarakan jang demikian itoe, maka dengan segera akan dimoelai melakoekan tindakan jang perloe-perloe, soepaja, selambatnja pada waktoe jang diseboetkan dalam pasal 12, termaksoednja daerah-daerah jang terseboet itoe telah selesai. Universitas Sumatera Utara 45 berlangsung sampai terbentuknya Negara Indonesia Serikat NIS. 36 Sementara di pihak lain Indonesia mengartikan “kerjasama” dalam pasal tersebut sebagai suatu kerjasama dengan pertanggungjawaban bersama dalam membentuk federasi dengan kedudukan yang setaraf. Sementara itu Belanda mengeluarkan nota yang merupakan ultimatum yang harus dijawab pemerintah RI, 14 hari sejak tanggal 27 Mei 1947. Dalam notanya itu, Belanda menuntut pembentukan pemerintahan ad interim bersama, mengeluarkan uang bersama, menyelenggarakan pemilikan ekspor dan impor bersama, disamping menuntut agar RI mengirim beras untuk rakyat di daerah-daerah yang diduduki Belanda. Hal ini tentu saja ditolak oleh pemerintah RI. RI bersedia mengakui kedaulatan Belanda hanya selama masa peralihan dan menolak gendamarie bersama. Belanda yang tidak puas dengan jawaban tersebut kembali mengirim nota pada tanggal pada tanggal 15 Juli 1947, yang isinya tetap menuntut gendamare bersama dan menuntut agar RI menghentikan permusuhan terhadap Belanda. Dalam nota itu, Belanda juga memberikan ultimatum bahwa dalam waktu 32 jam RI sudah harus member jawaban terhadap tuntutan-tuntutan Belanda. Oleh karena RI tetap menolak tututan tersebut, akhirnya pada tanggal 21 Juli 1947 dini hari Belanda melakukan serangan Militernya yang dikenal dengan Agresi Militer. Serangan berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Dalam serangannya Belanda berhasil 36 Isi dari pasal 2 perjanjian Linggarjati tersebut adalah, “Pemerintah Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia bersama-sama menjelenggarakan segera berdirinja sebuah negara berdaulat dan berdemokrasi, jang berdasarkan perserikatan dan dinamai Negara Indonesia Serikat. Universitas Sumatera Utara 46 menggempur jalan-jalan besar dan pelabuhan-pelabuhan penting di Jawa dan Sumatera. Di Medan area, tentara Belanda melancarkan serangan besar tahap yang pertama di sektor Barat dan Utara pada tanggal 21 Juli 1947. Dalam serangan ini Belanda mengerahkan empat buah pesawat mustangnya dan berhasil menaklukkan kota Binjai tepatnya di Markas Batalyon XII Resimen I Divisi IV Gajah II TRI. Selain markas Batalyon XII, ada beberapa sasaran yang menjadi korban bombardier mustang Belanda pada pagi itu, antara lain: 1. Markas RIMA Resimen Istimewa Medan Area, yang kena hantaman voltreffer dan hancur lebur berlobang yang memiliki diameter 5 meter. Beberapa prajurit RIMA juga ikut menjadi korban. 2. Sejumlah rumah penduduk yang berada disekitar asrama Polisi Militer ikut rusak akibat dijatuhi bom. Sebuah rumah milik pegawai perkebunan juga menjadi hancur lebur dan semua penghuninya suami-isteri, dan empat orang anaknya ikut menjadi korban penyeranagan ini. 3. Rumah penjara Landschap yang biasanya digunakan Polisi Tentara sebagai rumah tahanan hancur juga dihantam voltreffer. Semua yang berada di rumah tahanan tersebut hancur babak belur, disana-sini berserakan kepala, paha dan bagian-bagian tubuh manusia yang menjadi korban penyerangan Belanda ini. Universitas Sumatera Utara 47 4. Kantor dan Rumah kediaman Wedana Binjai juga menjadi sasaran bom mustang Belanda, namun tidak rusak parah karena pelurunya kurang tepat pada sasarannya. 37 Setelah korban pemboman pesawat terbang Belanda itu dikumpulkan, terdapat sebanyak 26 orang yang meninggal dunia, dan 30 orang yang menderita luka berat. Aksi serangan udara Belanda tersebut juga tidak hanya ditujukan ke kota Binjai saja. Pemboman besar-besaran juga diarahkan ke Two Rivers di sektor Medan Selatan. Setelah dari Two Rivers, serangan dilanjutkan ke sektor Utara yakni sasarannya adalah Labuhan Deli, Hamparam perak, Kelumpang, Kelambirlima, Buluhcina, selanjutnya ke Tandem Hilir. Dalam melancarkan aksinya, pasukan Belanda ini dibantu oleh pasukan Poh An Tui, yang berkhianat dan menyamar menjadi pasukan lasykar rakyat. 38 Panser- panser yang mengangkutnya dihiasi dengan nama-nama besar pimpinan laskar rakyat 37 Tim Khusus Perencanaan dan Pelaksana Pembangunan Tatengger di Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Perjuangan Menegakkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Sumatera Utara 1945-1949 jilid II, Medan: Tanpa penerbit, 1996, hlm.25-26. 38 Pasukan Poh An Tui adalah penduduk Tionghoa yang bekerja sama dengan InggerisBelanda. Barisan “Poh An Tui” berdiri pada tanggal 1 Januari 1946, atas bantuan InggerisBelanda dengan dilengkapi dengan persenjataan yang ringan dan yang berat. Kementerian Penerangan Propinsi Sumatera Utara, Republik Indonesia, Medan: Tanpa penerbit, 1953, hlm. 49-50. Bukti penghianatan lainnya oleh pasukan Poh An Tui ini adalah, setelah berdirinya pasukan ini, intuk memperlihatkan keberadaannya ditengah-tengah masyarakat kota Medan, Poh An Tui pernah mengadakan “Show of force” dengan melakukan demonstrasi anti Indonesia dengan membawa spanduk-spanduk dan poster-poster yang menghina bangsa Indonesia. Poster-poster itu beraksara Cina antara lain berbunyi: “kera-kera di kebun binatang lebih berhak merdeka daripada bangsa Indonesia”. Poh An Tui merupakan musuh nomor satu bangsa Indonesia ketika itu karena berusaha menjegal kemerdekaan Indonesia. Muhammad TWH, Sumatera Utara Bergelora, Medan: Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI, 2004, hlm. 179. Universitas Sumatera Utara 48 seperti Bedjo, Timur Pane, Jacob Lubis, Hamid Nasution, Malim Zainal dan Yahya Aceh. Diatas panser yang paling depan mereka kibarkan bedera Merah Putih, sehingga pasukan-pasukan tersebut mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat sambilmeneriakkan kata MERDEKA. Namun setelah melihat jeep-jeep dan truk- truk yang menyusuli ringan panser tersebut, rakyat sadar bahwa mereka sedang dikelabui oleh Belanda. Serangan yang dilakukan oleh pasukan Belanda ini tentunya tidak dapat diterima oleh pejuang Republik Indonesia, sehingga pada tanggal 23 Juli 1947 Komando Medan Area melancarkan serangan merebut Medan kembali dari sektor Selatan dan Timur. dalam aksi balas dendam ini pasukan Republik mengalami kegagalan yang kedua kalinya setelah tanggal 22 Juli 1947 juga telah melakukan serangan namun mengalami kegagalan dan tidak berhasil merebut Medan Area. Dalam perjuangan yang dilakukan oleh pasukan kita ini yang dapat dicatat adalah bahwa pasukan kita mengalami banyak kendala dalam melakukan penyerangan balik terutama di bidang Logistik, dan angkutan. 39 Sementara itu setelah peyerangan yang dilakukan oleh pasukan Republik, Belanda kembali melakukan penyerangan serangan besar tahap kedua pada sektor Selatan dan Timur serta mendaratkan pasukan di Pantai Cermin pada tanggal 28 Juli 1947.Dalam serangan besar tahap kedua ini Belanda juga menerapkan pola “gerakan 39 Tim Khusus Perencanaan dan Pelaksana Pembangunan Tetengger di Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, op. cit., hlm. 37-48. Universitas Sumatera Utara 49 kilat” blitzkrieg yang sifatnya „menggunting dan mengepung‟ yang tujuannya adalah agar pasukan kita kacau-balau, dihancurkan atau menyerah. Serangan ini berhasil menjadikan Perbaungan, Tanjung Morawa dan Lubuk Pakam takluk kepada tangan pasukan Belanda. Dengan jatuhnya daerah-daerah tersebut ke tangan Belanda maka tentara- tentara Laskar rakyat harus melewati perjuangan yang sangat heroik untuk keluar dari kepungan tentera Belanda. Perjuangan yang kita kenal saat itu yakni perjuangan Aras kabu dan pertempuran di Sungai Ular. Dalam perjuangan heroik tersebut, dengan bermodalkan persenjataan yang minim pasukan Republik yang dipimpin oleh Manaf Lubis berhasil merebut stasiun Kereta Api Lubuk Pakam dan membakar stasiun tersebut. Dalam waktu yang bersamaan juga pasukan Bedjo dan pasukan Lahiraja Munthe memasuki kota Lubuk Pakam. Pasukan Belanda mengundurkan diri dari kota itu tetapi pada pukul 03.00 dini hari mereka meluncurkan kembali serangan balasan dengan menggunakan beberapa Tank. Pasukan kita memberikan perlawanan sengit bahkan seorang anggota pasukan yang bernama Simbon melakukan “serangan jibaku” terhadap tank-tank musuh. Simbon gugur dalam peristiwa tersebut, akan tetapi berkat serangan sengit itu tentara musuh berhasil dipukul mundur. Kemudian jasad Simbon dikuburkan, dan pagi harinya rakyat Lubuk Pakam keluar dari rumah mereka menyambut pasukan-psukan kita denga luapan kegembiraan. Pada sore harinya sekitar pukul 16.00 tentara musuh kembali melakukan penyerangan, Universitas Sumatera Utara 50 mengakiatkan pasukan Munthe menyingkir ke daerah Dolok Masihol, dan pasukan Bedjo menyingkir menyususri Sungai Ular. Demikian serangan demi serangan terjadi terhadap pasukan Republik, yang mana dalam Agresi Militer Belanda yang pertama ini, mereka berhasil menduduki daerah-daerah dan pelabuhan-pelabuhan penting di Jawa dan Sumatera. Akhirnya setelah mendapat perintah dari dewan PBB atas permintaan Australia dan India agar menhentikan aksi tembak-menembak, pada tanggal 4 Agustus 1947 keduan Negara yang bertikai diumumkan untuk melakukan gencatan senjata. Dengan diumumkannya pengumuman ini, maka berakhirlah Agresi Militer I Belanda.

3.5 Berdirinya Pemerintahan Republik di Sumatera Timur