Masyarakat Sumatera Timur Seni Dan Politik: Peranan Seniman Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Di Sumatera Timur (1945-1949)

21  Asahan ibukotanya Tanjung Balai.  Bengkalis ibu kotanya Bengkalis.

2.2. Masyarakat Sumatera Timur

Penduduk asli Sumatera Timur adalah suku bangsa Melayu, Batak Karo, 18 dan Batak Simalungun. Suku bangsa Melayu banyak mendiami daerah Pantai Timur Sumatera. 19 Suku Simalungun mendiami Dataran Tinggi Simalungun. Mereka juga sudah ada yang tinggal menetap di daerah-daerah kerajaan Melayu, bahkan sudah ada yang menjadi orang Melayu. Masyarakat Simalungun sudah memiliki lembaga pemerintahan kerajaan, dengan sistem pemerintahan kerajaan yang hampir mirip dengan pemerintahan kerajaan Melayu. Suku Batak Karo mendiami wilayah Dataran Tinggi Karo. Masyrakat etnis Karo belum mengenal sistem pemerintahan kerajaan. Kedatangan Anderson, adanya perjanjian London, kemudian dibukanya lahan perkebunan di Sumatera timur telah membawa banyak perubahan bagi Sumatera Timur terutama pada perkembangan penduduknya. Ekspansi pertanian Onderneming di Sumatera Timur yang cepat sekali perkembangannya, mempunyai pengaruh menyolok terhadap pertumbuhan, penyebaran, dan komposisi penduduk. Dalam kurun waktu yang singkat, penduduk asli Sumatera Timur dapat dilampaui jumlahnya 18 Suprayitno, op. cit., hlm. 15. 19 Yang dimaksud dengan etnis Melayu adalah golongan bangsa yang menyatukan dirinya dalam pembauran ikatan perkawinan antar etnis serta memakai adat resan dan Melayu secara sadar dan kontinyu. Etnis Melayu mayoritas beragama Islam. Keahlian khas Raja-raja Melayu adalah kemampuannya menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan penduduk dari suku-suku lain tanpa mengorbankan identitas mereka. Universitas Sumatera Utara 22 oleh kaum pendatang yaitu orang-orang Cina dan Jawa yang didatangkan sebagai buruh di Perkebunan Sumatera Timur. Selain Cina dan Jawa, berkat adanya perkebunan itu juga telah menarik minat orang-orang dari Minangkabau, Mandailing dan Angkola. Pada tahun 1900 orang-orang Batak toba juga mulai memasuki Sumatera Timur. Menjelang tahun 1930, penduduk asli Sumatera Timur menduduki peringkat paling sedikit diantara suku-suku pendatang lainnya. Yakni; Melayu yang merupakan suku asli dari penduduk Sumatera Timur hanya 15, Karo 9, dan Simalungun 6. Selebihnya adalah penduduk Sumatera Timur yang terdiri dari orang-orang Indonesia lainnya, diantaranya terdapat orang-orang Jawa sebanyak 43, dan Batak Toba 5. Di antara orang-orang bukan Indonesia, Cina adalah penduduk paling banyak. Di Kota Medan tidak kurang dari 35 penduduknya adalah orang Cina. Orang-orang Eropa kurang dari 1 dari total seluruh penduduk Sumatera Timur, tetapi merupakan 5 dari penduduk Medan. Berikut ini merupakan tabel pembagian suku-suku di Sumatera Timur pada tahun 1930. Universitas Sumatera Utara 23 Tabel 2.1 Pembagian Suku-suku di Sumatera Timur Tahun 1930 Suku-suku di Sumatera Timur Banyak Jumlah Eropa 11.079 0,7 Cina 192.822 11,4 India dan lainnya 18.904 1,1 Sub total non Indonesia 222.805 13,2 Jawa 589.836 35,5 Batak 74.226 4,4 Mandailing-Angkola 59.638 3,5 Minangkabau 50.677 3,0 Sunda 44.107 2,6 Banjar 31.226 1,9 Aceh 7.759 0,5 Lain-lain 24.646 1,5 Sub total kaum pendatang 882.189 52,3 Melayu 334.870 19,9 Batak Karo 145.429 8,6 Batak Simalungun 95.144 5,6 Lain-lain 5.436 0,3 Sub total pribumi Sumatera Timur 580.879 34,5 Jumlah seluruhnya 1.685.873 100, Sumber: Anthony Reid dalam Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987, hlm. 85. Dari tabel 2.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah suku terbanyak di Sumatera Timur pada tahun 1930 didominasi oleh suku pendatang suku Jawa sekitar 589.836 jiwa dari 1.685.873 jiwa atau sekitar 35 dari penduduk Sumatera Timur. Suku Melayu sebagai penduduk asli menempati posisi kedua setelah penduduk Jawa, yaitu sebanyak 334.870 jiwa atau sekitar 19,9 dari jumlah keseluruhan penduduk Universitas Sumatera Utara 24 Sumatera Timur. Pada umumnya penduduk yang menenempati Sumatera Timur khususnya para buruh yang bekerja di perkebunan, tinggal di onderneming. Secara teori para pengusaha onderneming atas permintaan yang bersangkutan, wajib mengembalikan para buruh yang mereka pekerjakan ke tempat-tempat asal mereka setelah selesai masa kontrak.akan tetapi kentaannya setelah puluhan tahun, ribuan orang Cina dan Jawa lebih suka tetap tinggal di Sumatera Timur. Berikut adalah tabel jumlah penduduk yang tinggal di Onderneming tahun 1930. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Yang Tinggal di Onderneming dan Persentase Terhadap Jumlah Penduduk Seluruhnya di Tahun 1930 Distrik Pria Wanita Total Persentase Total Jumlah Penduduk Indonesia Langkat Hilir 4,956 3,989 8,945 7,6 Langkat Hulu 24,774 21,305 46,079 45,8 Deli Hilir 26,197 24,050 50,247 31,2 deli Hulu 10,264 9,370 19,634 40,5 Serdang 27,249 22,556 49,805 38,3 Padang dan Bedagei 23,820 18,120 41,940 3,7 Simalungun 57,604 47,681 105,285 37,2 Batu Bara 14,536 10,389 24,925 41,8 Asahan 25,002 18,103 43,105 34,5 Labuhan Batu 28,887 16,446 45,333 36,5 Sumber: Karl J. Pelzer dalam Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatera Timur 1863-1947, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hlm. 87. Universitas Sumatera Utara 25 Tabel 2.2 di atas menunjukkan jumlah penduduk onderneming berdasarkan distrik dan jenis kelamin. Semua distrik menunjukkan bahwa lebih banyak pria daripada wanita di perkebunan-perkebunan. Simalungun mempunyai jumlah mutlak terbanyak buruh perkebunan 105,285, jumlah ini merupakan sedikit lebih banyak dari sepertiga seluruh penduduk. Berbeda ketika masa pemerintahan Belanda dengan pemerintahan Jepang dalam hal tatanan masyarakat Sumatera Timur. Semasa pemerinyahan Kolonial Belanda, masyarakat difokuskan untuk mengelola perkebunan dan menghasilkan keuntungan bagi Belanda. Sementara pada saat pendudukan Jepang, pemerintah Jepang lebih mengutamakan kekuatan militer dan mengesampingkan perkebunan. Berikut merupakan tabel perbandingan masyarakat Sumatera Timur dalam tahun 1930 dan 1943. Tabel 2.3 Penduduk Sumatera Timur Menurut Sensus 1930 dan Data Jepang Sampai 10 Maret 1943 Penduduk dalam tahun 1930 Penduduk pada 10 Maret 1943 Kepadatan penduduk rata-rata per km 2 di tahun 1943 Langkat 254.000 279.000 44,5 Deli dan Serdang 460.000 545.000 113,0 Simalungun dan Karo 370.000 480.000 74,6 Asahan 338.000 448.000 31,6 Kota Medan 76.000 108.000 7.240,0 Jumlah 1.498.000 1.860.000 58,6 Sumber: Karl J.Pelzer, dalam Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatera Timur 1863-1947, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hlm. 156. Universitas Sumatera Utara 26 Dari tabel 2.3 tersebut terlihat sensus semasa perang tidak mungkin mempunyai ketepatan yang sama seperti sensus 1930, tetapi dalam keseluruhan sensus ini lebih dapat dipercaya daripada perkiraan-perkiraan sesudah perang. Tabel 2.4 Penduduk Sumatera Timur Dari Golongan-golongan Suku Besar Golongan Suku 1930 1943 persen Jawa 641.000 850.000 32,6 Batak 336.000 470.000 39,8 Melayu 225.000 260.000 15,5 Cina 158.000 280.000 77,2 Lain-lain 138.000 - - Jumlah 1.498.000 1.860.000 24,6 Sumber: Karl J. Perlzer, dalam Toean Keboen dan Petani: Politik dan Perjuangan Agraria di Sumatera Timur 1863-1974, Jakarta: 1985, hlm. 157. Dari tabel 2.4 di atas tampak perbandingan jumlah antara orang-orang Jawa, Batak, dan Melayu di Sumatera Timur diantara tahun 1930-1943, dimana jumlah penduduk yang paling banyak ditempati oleh suku Jawa dalam setiap tahunnya. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah