21
Asahan ibukotanya Tanjung Balai. Bengkalis ibu kotanya Bengkalis.
2.2. Masyarakat Sumatera Timur
Penduduk asli Sumatera Timur adalah suku bangsa Melayu, Batak Karo,
18
dan Batak Simalungun. Suku bangsa Melayu banyak mendiami daerah Pantai Timur
Sumatera.
19
Suku Simalungun mendiami Dataran Tinggi Simalungun. Mereka juga sudah ada yang tinggal menetap di daerah-daerah kerajaan Melayu, bahkan sudah ada
yang menjadi orang Melayu. Masyarakat Simalungun sudah memiliki lembaga pemerintahan kerajaan, dengan sistem pemerintahan kerajaan yang hampir mirip
dengan pemerintahan kerajaan Melayu. Suku Batak Karo mendiami wilayah Dataran Tinggi Karo. Masyrakat etnis Karo belum mengenal sistem pemerintahan kerajaan.
Kedatangan Anderson, adanya perjanjian London, kemudian dibukanya lahan perkebunan di Sumatera timur telah membawa banyak perubahan bagi Sumatera
Timur terutama pada perkembangan penduduknya. Ekspansi pertanian Onderneming di Sumatera Timur yang cepat sekali perkembangannya, mempunyai pengaruh
menyolok terhadap pertumbuhan, penyebaran, dan komposisi penduduk. Dalam kurun waktu yang singkat, penduduk asli Sumatera Timur dapat dilampaui jumlahnya
18
Suprayitno, op. cit., hlm. 15.
19
Yang dimaksud dengan etnis Melayu adalah golongan bangsa yang menyatukan dirinya dalam pembauran ikatan perkawinan antar etnis serta memakai adat resan dan Melayu secara sadar dan
kontinyu. Etnis Melayu mayoritas beragama Islam. Keahlian khas Raja-raja Melayu adalah kemampuannya menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan penduduk dari suku-suku lain
tanpa mengorbankan identitas mereka.
Universitas Sumatera Utara
22
oleh kaum pendatang yaitu orang-orang Cina dan Jawa yang didatangkan sebagai buruh di Perkebunan Sumatera Timur. Selain Cina dan Jawa, berkat adanya
perkebunan itu juga telah menarik minat orang-orang dari Minangkabau, Mandailing dan Angkola. Pada tahun 1900 orang-orang Batak toba juga mulai memasuki
Sumatera Timur. Menjelang tahun 1930, penduduk asli Sumatera Timur menduduki peringkat
paling sedikit diantara suku-suku pendatang lainnya. Yakni; Melayu yang merupakan suku asli dari penduduk Sumatera Timur hanya 15, Karo 9, dan Simalungun 6.
Selebihnya adalah penduduk Sumatera Timur yang terdiri dari orang-orang Indonesia lainnya, diantaranya terdapat orang-orang Jawa sebanyak 43, dan Batak Toba 5.
Di antara orang-orang bukan Indonesia, Cina adalah penduduk paling banyak. Di Kota Medan tidak kurang dari 35 penduduknya adalah orang Cina. Orang-orang
Eropa kurang dari 1 dari total seluruh penduduk Sumatera Timur, tetapi merupakan 5 dari penduduk Medan. Berikut ini merupakan tabel pembagian suku-suku di
Sumatera Timur pada tahun 1930.
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 2.1 Pembagian Suku-suku di Sumatera Timur Tahun 1930
Suku-suku di Sumatera Timur Banyak
Jumlah Eropa
11.079 0,7
Cina 192.822
11,4 India dan lainnya
18.904 1,1
Sub total non Indonesia 222.805
13,2 Jawa
589.836 35,5
Batak 74.226
4,4 Mandailing-Angkola
59.638 3,5
Minangkabau 50.677
3,0 Sunda
44.107 2,6
Banjar 31.226
1,9 Aceh
7.759 0,5
Lain-lain 24.646
1,5 Sub total kaum pendatang
882.189 52,3
Melayu 334.870
19,9 Batak Karo
145.429 8,6
Batak Simalungun 95.144
5,6 Lain-lain
5.436 0,3
Sub total pribumi Sumatera Timur
580.879 34,5
Jumlah seluruhnya 1.685.873
100, Sumber: Anthony Reid dalam Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya
Kerajaan di Sumatera, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987, hlm. 85.
Dari tabel 2.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah suku terbanyak di Sumatera Timur pada tahun 1930 didominasi oleh suku pendatang suku Jawa sekitar 589.836
jiwa dari 1.685.873 jiwa atau sekitar 35 dari penduduk Sumatera Timur. Suku Melayu sebagai penduduk asli menempati posisi kedua setelah penduduk Jawa, yaitu
sebanyak 334.870 jiwa atau sekitar 19,9 dari jumlah keseluruhan penduduk
Universitas Sumatera Utara
24
Sumatera Timur. Pada umumnya penduduk yang menenempati Sumatera Timur khususnya para buruh yang bekerja di perkebunan, tinggal di onderneming. Secara
teori para pengusaha onderneming atas permintaan yang bersangkutan, wajib mengembalikan para buruh yang mereka pekerjakan ke tempat-tempat asal mereka
setelah selesai masa kontrak.akan tetapi kentaannya setelah puluhan tahun, ribuan orang Cina dan Jawa lebih suka tetap tinggal di Sumatera Timur. Berikut adalah tabel
jumlah penduduk yang tinggal di Onderneming tahun 1930.
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Yang Tinggal di Onderneming dan Persentase Terhadap
Jumlah Penduduk Seluruhnya di Tahun 1930
Distrik Pria
Wanita Total
Persentase Total Jumlah Penduduk
Indonesia Langkat
Hilir 4,956
3,989 8,945
7,6 Langkat
Hulu 24,774
21,305 46,079
45,8 Deli Hilir
26,197 24,050
50,247 31,2
deli Hulu 10,264
9,370 19,634
40,5 Serdang
27,249 22,556
49,805 38,3
Padang dan Bedagei
23,820 18,120
41,940 3,7
Simalungun 57,604
47,681 105,285
37,2 Batu Bara
14,536 10,389
24,925 41,8
Asahan 25,002
18,103 43,105
34,5 Labuhan
Batu 28,887
16,446 45,333
36,5 Sumber: Karl J. Pelzer dalam Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan
Perjuangan Agraria di Sumatera Timur 1863-1947, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hlm. 87.
Universitas Sumatera Utara
25
Tabel 2.2 di atas menunjukkan jumlah penduduk onderneming berdasarkan distrik dan jenis kelamin. Semua distrik menunjukkan bahwa lebih banyak pria
daripada wanita di perkebunan-perkebunan. Simalungun mempunyai jumlah mutlak terbanyak buruh perkebunan 105,285, jumlah ini merupakan sedikit lebih banyak
dari sepertiga seluruh penduduk. Berbeda ketika masa pemerintahan Belanda dengan pemerintahan Jepang dalam hal tatanan masyarakat Sumatera Timur. Semasa
pemerinyahan Kolonial Belanda, masyarakat difokuskan untuk mengelola perkebunan dan menghasilkan keuntungan bagi Belanda. Sementara pada saat
pendudukan Jepang, pemerintah Jepang lebih mengutamakan kekuatan militer dan mengesampingkan perkebunan. Berikut merupakan tabel perbandingan masyarakat
Sumatera Timur dalam tahun 1930 dan 1943.
Tabel 2.3 Penduduk Sumatera Timur Menurut Sensus 1930 dan Data Jepang Sampai 10
Maret 1943
Penduduk dalam tahun 1930
Penduduk pada 10 Maret 1943
Kepadatan penduduk rata-rata per km
2
di tahun 1943
Langkat 254.000
279.000 44,5
Deli dan Serdang
460.000 545.000
113,0 Simalungun
dan Karo 370.000
480.000 74,6
Asahan 338.000
448.000 31,6
Kota Medan 76.000
108.000 7.240,0
Jumlah 1.498.000
1.860.000 58,6
Sumber: Karl J.Pelzer, dalam Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatera Timur 1863-1947, Jakarta: Sinar Harapan,
1985, hlm. 156.
Universitas Sumatera Utara
26
Dari tabel 2.3 tersebut terlihat sensus semasa perang tidak mungkin mempunyai ketepatan yang sama seperti sensus 1930, tetapi dalam keseluruhan
sensus ini lebih dapat dipercaya daripada perkiraan-perkiraan sesudah perang.
Tabel 2.4 Penduduk Sumatera Timur Dari Golongan-golongan Suku Besar
Golongan Suku
1930 1943
persen Jawa
641.000 850.000
32,6 Batak
336.000 470.000
39,8 Melayu
225.000 260.000
15,5 Cina
158.000 280.000
77,2 Lain-lain
138.000 -
- Jumlah
1.498.000 1.860.000
24,6
Sumber: Karl J. Perlzer, dalam Toean Keboen dan Petani: Politik dan Perjuangan Agraria di Sumatera Timur 1863-1974, Jakarta: 1985, hlm. 157.
Dari tabel 2.4 di atas tampak perbandingan jumlah antara orang-orang Jawa, Batak, dan Melayu di Sumatera Timur diantara tahun 1930-1943, dimana jumlah
penduduk yang paling banyak ditempati oleh suku Jawa dalam setiap tahunnya.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah