Kemampuan Pemecahan Masalah Landasan Teori

diselesaikan, tetapi tidak dengan cara yang rutin, yang langsung dapat menemukan solusinya. Menurut Krulik Rudnik 1995: 4, “a problem is a situation, quantitative or otherwise, that confront an individual or group of individuals, that requires resolution, and for which the individual sees no apparent or obvious means or path to obtaining a solution. ” Definisi tersebut menjelaskan bahwa masalah adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan, tetapi individu atau kelompok tersebut tidak memiliki cara yang langsung dapat menemukan solusinya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masalah adalah suatu situasi menantang yang harus diselesaikan individu atau kelompok. Namun, individu atau kelompok tersebut tidak mempunyai aturan atau hukum tertentu yang langsung dapat menemukan solusinya. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah tersebut diperlukan suatu strategi berpikir yang disebut dengan pemecahan masalah. Menurut Krulik Rudnik 1995: 4, “Problem solving is the means by which an individual uses previously acquired knowledge, skill, and understanding to satisfy the demands of an unfamiliar situation, ” yang artinya pemecahan masalah merupakan proses dimana individu menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang telah diperoleh untuk penyelesaian masalah pada situasi yang tidak dikenalnya. Bell 1981: 310 mengemukakan bahwa: “problem solving should be defined as the resolution of a situation which is regarded as a problem by the person who resolves it, ” yang berarti bahwa pemecahan masalah dapat didefinisikan sebagai suatu penyelesaian dari situasi yang dianggap sebagai masalah oleh orang yang menyelesaikannya. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah usaha individu untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya untuk menemukan solusi dari suatu masalah. Jadi, kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya dalam rangka menemukan solusi dari suatu masalah. Menurut Polya sebagaimana dikutip oleh Dewiyani 2008:91-92, empat langkah penyelesaian masalah, yaitu: a memahami masalah, b membuat rencana pemecahan masalah, c melaksanakan rencana, dan d memeriksa kembali jawaban.

2.1.3 Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project

Dalam proses pembelajaran, banyak komponen yang harus diperhatikan dan dikembangkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah guru, siswa, model pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan media pembelajaran. Westwood 1996:68 mengemukakan bahwa guru yang efektif dapat mengelola ruang kelas dengan baik di mana siswa memiliki kesempatan maksimal untuk belajar, mempertahankan fokus akademis, harapan yang tinggi dalam membantu pencapaian siswa, berorientasi kerja, menunjukkan antusiasme, menggunakan strategi untuk membantu siswa pada tugas dan produktivitas, memberi urutan pada materi yang akan dibahas, materi baru disampaikan dalam langkah-demi- langkah, prosedur pengajaran eksplisit, menggunakan instruksi yang jelas, menggunakan berbagai gaya pengajaran, sering mengajarkan tugas yang sesuai strategi, memantau secara ketat apa yang siswa lakukan, menyesuaikan instruksi kepada kebutuhan individu, memberikan umpan balik kepada siswa, menggunakan pertanyaan tingkat tinggi, untuk memotivasi siswa dan untuk memeriksa pemahaman. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah model Missouri Mathematics Project MMP. Model pembelajaran MMP adalah model pembelajaran terstuktur seperti halnya Struktur Pembelajaran Matematika SPM, tetapi MMP mengalami perkembangan dengan langkah-langkah yang terstruktur dengan baik. Menurut Krismanto 2003:9-10, secara sederhana tahapan kegiatan dalam struktur pembelajaran matematika adalah sebagai berikut. a. Pendahuluan, kegiatannya meliputi apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran. b. Pengembangan, kegiatannya meliputi pembelajaran konsep atau prinsip. c. Penerapan, kegiatannya meliputi pelatihan penggunaan konsep atau prinsip. d. Penutup, kegiatannya meliputi penyusunan rangkuman dan pemberian tugas pekerjaan rumah PR. Convey sebagaimana dikutip oleh Krismanto 2003:11 mengemukakan langkah umum sintaks dalam model Missouri Mathematics Project adalah sebagai berikut.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

101 585 415

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERNUANSA ETNOMATEMATIKA PADA MATERI SEGIEMPAT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK

3 24 356

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 6 256

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN METODE IMPROVE DENGAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

2 14 285

KEEFEKTIFAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENILAIAN SERUPA PISA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS VII SMP MATERI SEGIEMPAT

1 13 331

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS GALLERY WALK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT SISWA KELAS VII

2 77 435

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI POKOK SEGIEMPAT PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 12 MAGELANG.

0 0 1

Keefektifan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS Penemuan Terbimbing Dengan LKS Penemuan Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Sub Pokok Materi Segiempat Peserta Didik Kelas VII Semester Genap SMP N 13 Kota Semarang.

0 0 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP N 1 TAWANGMANGU.

0 0 45