Tahapan Rehabilitasi Sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor
pelaksanaannya rehabilitasi sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor hanya melaksanakan pembinaan mental, sosial, fisik, dan keterampilan saja,
tanpa memakai obat-obatan. Seperti yang dikatakan Pekerja Sosial Bapak D:
“Iya, kita langsung putus obat, bila residen sakaunya kambuh kami akan berikan susu dan kopi, dan ajak ngobrol, supaya dia
bisa cooling down dan tenang. Disini tidak pakai methadone, kita full
rehabilitasi sosial”
2 Penyusunan Rencana Intervensi
Perencanaan dapat diartikan sebagai usaha dari Pekerja Sosial, yang dilakukan secara terorganisir dan terus menerus untuk memilih alternatif
yang terbaik dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan oleh Residen dan panti.
Seperti pendapat dari wawancara Bapak D, yang menyatakan: “Di sini Residennya bermacam-macam tingkat kecanduaannya
ada yang ringan, sedang, berat, dan ada juga berat, yang dual juga ada. Jadi dalam penangannya pun berbeda-beda. Dalam
kegiatan berkelompok sih tidak dibedakan. Tetapi dalam
individual pasti ada bedanya”
19
Oleh sebab itu dalam melaksanakan intervensi walaupun sudah
mempunyai rancangan program, tetapi dalam implementasinya disesuaikan dengan kondisi fisik dan mental dengan Residen yang sedang mengikuti
rehabilitasi sosial, oleh sebab itu sangatlah penting melakukan individualisasi.
Dalam pembagian Residen digolongkan ke dalam empat tingkatan, ada yang digolongkan kecanduan ringan, sedang, berat, dan dual diagnosis.
19
Wawancara dengan Bapak D sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 9 September 2014.
Dan dalam penempatan Residen di tempatkan kedalam dua tahap yaitu tahap primary dan re-entry.
Dalam penanganan Residen dual diagnosis Pekerja sosial tidak harus memaksa Residen mengikuti semua kegiatan dalam rehabilitasi sosial,
tetapi lebih fokuskan kepada pemulihan pola pikir dan pemulihan mental. Seperti yang dikatakan Pekerja Sosial M:
“Adalah… kalau yang yang masih normal bisa mengikuti semua kegiatan ada dipanti, sedangkan kalau yang udah dual, biasanya
dibedakan, yang penting memulihkan pola pikir dan pembinaan
mentalnya dulu”
3 Pemecahan Masalah
Pemecahan Sosial dilakukan untuk memperbaiki fungsi sosial dari Residen, intervensi sendiri adalah metode-metode yang dilakukan oleh
Pekerja Sosial agar dapat meningkatkan kembali kesejahteraan seseorang melalui berbagai usaha untuk memfungsikan kembali fungsi-fungsi
sosialnya. Dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan
menggunakan metode Therapeutic Community TC. Metode ini suatu bentuk intevensi yang menekankan pada terapi berbasis komunitas, dimana
residen melakukan kegiatan bersama-sama, dipelajari bersama-sama dan mencari jalan keluar bersama, hal ini dipakai untuk memperbaiki perilaku,
pola pikir, dan residen belajar di beri kepercayaan dan juga tanggung jawab. Seperti pernyataan dari Bapak S, yang menyatakan:
“Suatu metode untuk menyembukan penyalahguna narkoba dengan terapi secara komunitas, jadi mereka bersama-sama
menjalankan program, saling membantu dan mengingatkan tentang suatu tanggung jawab ada pada residen tersebut”
20
Metode therapeutic community TC menerapkan filosofi yang tertulis written philosophy dan filosofi yang tidak tertulis unwritter philosophy.
Semua residen diberikan saru buku walking paper yang harus dihapalkan, dimengerti, dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari di PSPP
Galih Pakuan Bogor. Dalam menjalankan metode TC, tidak cukup hanya menerapka
filosofi saja masih ada komponen lain yang disebut 4 struktur dan 5 pilar. 4 skrtuktur yang dimaksud adalah sasaran perubaha yang diinginkan dari
metode TC yaitu: a
Behaviour Management Shaping Pembentukan Tingkah Laku Perubahan tingkah laku yang diarahkan pada kemampuan untuk
mengelola kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma kehidupan masyarakat.
b Emotional and Psychologichal Pengendalain Emosi dan Psikologi
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan penyesuaian diri secara emosional dan psikologis seperti murung,
tertutup, cepat marah, perasaan bersalah dan lain-lain kearah perilaku yang positi.
20
Wawancara dengan Bapak S sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 18 September 2014.
c Intellectual and Spiritual Pengembangan Intelektual dan Kerohanian
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan aspek pengetahuan, nilai-nilai spiritual, moral dan etika, sehingga mampu
menghadapi dan mengatasi tugas-tugas kehidupannya maupun permasalahan yang belum terselesaikan
d Vocational and Survival Keterampilan Vokasional dan Mempertahankan
Diri Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan
dan keterampilan Residen yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan tugas-tugassehari-hari maupun masalah dalam kehidupannya.
Adapun 5 pilar yang dimaksud adalah metode-metode yang digunakan untuk mencapai perubahan yang diinginkan adalah::
a Family Milieu Konsep Kekeluargaan, yaitu metode yang menggunakan
persamaan dikalangan komunitas supaya bersama menjadi bagian dari sebuah keluarga
b Peer Pressure Tekanan Rekan Sebaya, yaitu metode yang
menggunakan proses dimana kelompok menekankan contoh seorang Residen dengan menggunakan teknik yang ada dalam TC sebgai metode
perubahan perilaku. c
Therapeutic Session Sesi Terapi, yaitu suatu metode yang menggunakan pertemuan sebagai media penyembuhan dalam melakukan
berbagai kerja kelompok untuk meningkatkan harga diri dan perkembangan pribadi dalam rangka membantu proses pemulihan.
d Religion Session Sesi Agama, yaitu metode yang memanfaatkan
pertemuan-pertemuan keagamaan untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama.
e Role Modelling Keteladanan, yaitu metode yang menggunakan tokoh
sebagai model atau panutan dalam proses pembelajaran dimana seseorang Residen belajar dan mengajar mengikuti mereka yang sudah
sukses. Tiga Peraturan Therapeutic Community TC
a No Drugs, dilarang mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti narkoba
b No Seks, dilarang melakukan pergaulan bebas.
c No Violance, dilarang melakukan tindak kekerasan
Lalu Bapak D sebagai Pekerja Sosial menyatakan: “TC di pakai sebagai metode sebagai atau cara pembinaan dengan
intervensi secara berkelompok, dimana mereka memiliki masalah yang sama, tempat rehabilitasi yang sama, pola rehabilitasi yang
sama dan tujuan yang sama saat mereka selesai menjalankan rehabilitasi
”
21
Dalam metode TC ini Residen tinggal didalam suatu asrama, dimana mereka secara berkelompok melakukan aktifitas bersama-sama, belajar
bersama, dan mempunyai tanggung jawab bersama-sama. Asrama ini terbagi ke dalam dua bagian, yang pertama adalah Primary stage terdiri dari
3 asrama dan kelanjutannya adalah Re-entry terdiri dari 3 asrama.
21
Wawancara dengan Bapak D sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 9 September 2014.
a Pengeasramaan Residen
Ada 2 model pengasaramaan Residen, yaitu terbagi atas Primary stage dan Re-entry stage:
1 Primary stage
Primary stage adalah tahap pertama untuk pemulihan mental dan pembinaan, dan selalu diamati perkembangannya dari waktu ke
waktu, dalam fase ini, terdiri dari 3 tahapan. Pertama younger member, middle member, dan older member.
a Younger member
Residen mulai masuk dalam program rehabilitasi sosial dengan metode TC secara pro-aktif dan didampingi oleh buddy
dan Residen harus memegang walking paper. Residen wajib mengikuti kegiatan grup terapi selama 2 bulan, setelah residen
menunjukan peningkatan dalam perilaku, disiplin dan keaktifannya serta telah mengaplikasikan hal-hal yang dimuat
dalam walking paper, kemudian dilakukan evaluasi oleh Pekerja Sosial untuk masuk kedalam middle member, peningkatan status
ini diumumkan dalam kegiatan morning meeting dan house meeting. Selain peningkatan status morning meeting house
meeting juga tempat pengunguman penghargaan atau sanksi reward and punishment kepada Residen dalam aktifitas atau
kegiatan yang dilaksanakan di panti.
b Middle member
Pada tahap ini residen bertanggung jawab penuh terhadap asrama fasilitas TC, menjadi buddy younger member, dapat
keluar dari fasilitas panti dan didampingi oleh petugas, mengikuti grup terapi selama dua bulan, mengikuti family
support, setiap kegiatan akan dievaluasi oleh dirinya sendiri, komunitas dan tim evaluasi, untuk menentukan layak atau
tidaknya masuk ketah berikutnya.
c Older Member
Pada tahap ini residen bertanggung jawab penuh terhadap asrama fasilitas TC. Pelaksanaan reward and punishment
dilaksanakan secara penuh, dapat keluar fasilitas TC dengan dedampingi oleh petugas, ikut family group support, mengikuti
kegiatan grup terapi, setiap kegiatan akan dievakuasi oleh dirinya sendiri, komunitas dan tim evaluasi, untuk menentukan
layak tidaknya dinyatakan Greduate.
22
Dari informasi diatas menjelaskan bahwa kegiatan yang dalakukan PSPP Galih Pakuan Bogor adalah berjenjang dan
keberhasilan dari residen dapat dinilai tingkat keberhasilan dan kegagalan seorang residen dalam mengikuti program.
Setelah selesai di older member seorang Residen bisa diperbantukan menjadi petugas pembantu yang bekerja
berdasarkan perintah atau rekomendasi Pekerja Sosial. Tugasnya
22
Buku saku pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyalahgunaan NAPZA, h.19-20.
membantu Pekerja Sosial dalam menjalan suatu kegiatan yang ada di panti, dan mereka dinamakan special function, setelah
berhasil menjalankan peran sebagai special function, residen akan diberi amanat menjadi back up yang mempunyai peran
sebagai pendamping Pekerja Sosial dalam menjalankan suatu program atau kegiatan.
Seperti yang disampaikan Bapak D dalam wawancara sebagai berikut:
“Dalam tingkatan di Primary para residen yang sudah mencapai tingkat older member akan naik tingkatnya
menjadi special function dan back up, ini buat mereka punya tanggung jawab, dan belajar menjadi pemimpin,
dan bisa mengatur dirinya sendiri dan teman satu
asramanya”
23
Lalu ditambahkan kutipan dari Saudara B mengenai special function yang menyatakan:
“Ada, namanya special function, dia adalah yang Residen yang berperan untuk mengisi suatu kegiatan sebagai
pendamping. Setelahnya ada back up dia merupakan pendamping peksos dalam suatu kegiatan bila pekerja
sosial ada kegiatan lain dengan batasan dan kewenangan
terbatas yang sudah di tetapkan”
24
Di primary stage ini dalam kegiatan berasrama ada yang dinamakan status older, dimana setiap residen mempunyai peran
yang harus dijalankan ada yang berperan sebagai kru, ada yang berperan sebagai pencatat kegiatan, ibu, ayah, dan pemimpin,
dan juga ada yang perannya sebagai single yang mempunyai
23
Wawancara dengan Bapak D sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 9 September 2014.
24
Wawancara dengan Saudara B pada tanggal 2 September 2014.
kepribadian yang tidak ada aturan dan dibebaskan melakukan apa saja.
Seperti hasil wawancara dengan saudara B, sebagai berikut: “Status older adalah sampel atau atau contoh kehidupan
nyata di masyarakat dalam artian mengganti peran kelarga dan lingkungan selama di panti, yang pertama adalah kru
dan berperan sebagai anggota saja, sedangkan ada juga maintanance house keeping, maintanance house keeping
sendiri adalah orang yang memiliki jabatan dan bertugas sesuai jabatan yang dia pegang, pertama ada ekspedetor,
ekspedetor adalah kakak sulung yang berperan seagai kakak bagi para kru, lalu ecoding dia berperan sebagai
ibu, dia yang menengahi suatu masalah dan memberi motivasi kepada kru bila ada masalah, lalu single, single
adalah peran yang dimainkan sebagai bastard of the house, dia punya peran bebas, semaunya sendiri, ini untuk
melatih mental dan mengingatkan masa lalu mereka, lalu chief. Chief adalah peran sebagai ayah, perannya sebagai
pengawas, pelindung, dan pemilik rumah, lalu ada HOD dia adalah yang mencatat kegiatan didalam asrama
”
25
Kedudukan atau jabatan di dalam status older tidak ditentukan oleh fase yang dijalankan oleh seorang residen, tetapi
ditentukan oleh
performance seorang
Residen dalam
menjalankan program. Kecuali older member, dia tidak diberi jabatan dalam status older, tetapi hanya berperan sebagai kakak
yang memberikan masukan kepada Residen yang lebih junior. Adapun jadwal harian yang dilaksanakan pada program
Primary Stage adalah:
25
Wawancara dengan Saudara B pada tanggal 2 September 2014.
Tabel 3.5 Daily Activities
P a
d a
p r
i m
a r
y
P
No Waktu
Kegiatan
1 04.30
Subuh Prayer 2
07.00 Wake up call all family
3 07.30
Wash up 4
08.00 Breakfast
5 08.45
Morning meeting 6
09.45 Function meeting
7 10.00
Function and follow up function 8
11.30 Induction Group
9 12.00
Dzuhur prayer 10
12.30 Lunch
11 13.15
Responsible interaction 12
14.00 Group
13 15.15
Ashar prayer 14
15.30 Recreation and sport
15 17.15
Wash up 16
18.00 Maghrib prayer
17 18.30
Dinner 18
19.15 Isya prayer
19 20.00
Group 20
21.00 Evening wrap up
21 21.30
Curfew
rimary stage
dilakukan berbagai
kegiatan bimbingan
diantaranya:
a Bimbingan Fisik
Berisi kegiatan tentang olahraga seperti futsal, renang, dan senam aerobik, kegiatan ini berfungsi untuk menjaga kesehatan
Residen agar tetap bugar dalam menejalani rehabilitasi sosial.
b Bimbingan Mental Spiritual
Merupakan kegiatan
untuk meningkatkan,
dan menumbuhkan rasa optimisme Residen agar dapat selalu
berpikir positif dan juga bisa memecahkan suatu masalah tanpa melanggar norma sosial dan juga agama. Kegiatan yang
dilakukan dalam bimbingan mental spiritual adalah melakukan kegiatan keagamaan berupa pengajian, yasinan, dialog
keagamaan dan shalawatan secara rutin dan berkelanjutan, dan yang beragama Kristen ada kebaktian dan Ibadah setiap hari
minggu.
26
c Bimbingan Sosial
Kegiatan yang dilakukan dalam bimbingan sosial adalah: 1.
Morning meeting, adalah kegiatan yang dilaksanakan setiap pagi yang mengawali kegiatan Residen.
2. Encounter Group, kelompok ini dirancang khusus untuk
menyatakan perasaaan kesal, marah, dan sedih.
26
Pedoman pelayanan penyalahguna narkoba dalam rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan Bogor
3. Static Group, Kelompok ini membicarakan permasalahan
kehidupan keseharian dan masa lalu dari Residen. 4.
PAGE Peer Accountability Group Evaluation, adalah kelompok yang mengajarkan Residen untuk dapat
memberikan penilaian positif dan negatif dalam kehidupan selama di panti.
5. Weekend Wrap Up, suatu kegiatan yang membahas
kegiatan Residen selama satu minggu. Setelah dianggap pemulihan mental telah selasai pada
tahapan di fase primary, Residen disiapkan untuk kembali ke dalam masyarakat, caranya adalah meningkatkan kapasitas dan
ilmu pengetahuan dan masuk ke dalam fase re-entry.
2 Re-entry stage
Re-entry merupakan tahap kelanjutan dari Re-entry, bimbingan yang lebih ditekankan pada bimbingan keterampilan, dan sudah
mulai interaksi dengan masyarakat. Berikut jenjang dari fase Re- entry adalah:
a Orientasi
Yaitu tahap adaptasi terhadap lingkungan re-entry, didalam orientasi Residen didampingi oleh buddy yang ditunjuk oleh
Pekerja Sosial. Selama orientasi Residen tidak boleh meninggalkan panti, residen tidak boleh bertemu orang tua dan
sanksi atas pelanggaran berupa tugas-tugas rumah. Serta
dilakukan kegiatan assessment vokasional yaitu alat ukur yang digunakan untuk menentukan minat, bakat serta kemampuan
vokasinal Residen.
27
b Phase A
Pada phase ini Residen melaksanakan teori pelatihan keterampilan atau kursus yang dilaksanakan baik di dalam panti
maupun di luar panti, Residen sudah mendapatkan hak dapat dikunjungi orang tua setiap waktu, diberikan izin pulang
menginap 1 malam setiap 2 minggu sekali pada malam minggu tergantung performances dan request kepada Pekerja Sosial.
Residen juga boleh mempunyai aktifitas di luar panti bersama Residen lainnya misalnya sport outdoor dan menghadiri acara
ulang tahun residen, yang diikuti Residen yang lain.
c Phase B
Pada phase ini Residen melaksanakan teori dan praktek pelatihan keterampilan atau kursus yang dilaksanakan baik di
dalam panti maupun di luar panti, Residen sudah mendapatkan hak boleh minta uang saku sesuai dengan kebutuhan, memperoleh
izin menginap dirumah 2 malam setiap 2 minggu sekali.
28
Kegiatan bimbingan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:
27
Pedoman pelayanan penyalahguna narkoba dalam rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan Bogor
28
Pedoman pelayanan penyalahguna narkoba dalam rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan Bogor
a Bimbingan Fisik
Berisi kegiatan tentang olahraga seperti futsal, renang, dan senam aerobik, kegiatan ini berfungsi untuk menjaga kesehatan
Residen.
b Bimbingan Mental Spiritual
Kegiatan bimbingan mental dan spiritual dipandu oleh Pekerja Sosial. melakukan kegiatan keagamaan berupa
pengajian, yasinan, dialog keagamaan dan muhadarobah.
c Bimbingan Sosial
Kegiatan yang dilakukan dalam bimbingan sosial adalah: 1
Morning meeting, adalah kegiatan yang dilaksanakan setiap pagi yang mengawali kegiatan Residen.
2 Encounter Group, kelompok ini dirancang khusus untuk menyatakan perasaaan kesal, marah, dan sedih.
3. Static Group, Kelompok ini membicarakan permasalahan
kehidupan keseharian dan masa lalu dari Residen. 4.
PAGE Peer Accountability Group Evaluation, adalah kelompok yang mengajarkan Residen untuk dapat
memberikan penilaian positif dan negatif dalam kehidupan selama di panti.
5. Weekend Wrap Up, suatu kegiatan yang membahas
kegiatan Residen selama satu minggu.
d Bimbingan dan pelatihan keterampilan
Merupakan kegiatan yang di berikan panti untuk menambah kapasitas dan menambah pengetahuan kepada para
residen agar saat setelah melaksanakan rehabilitasi sosial mempunyai keahlian yang cukup untuk bekerja dan mandiri
dengan berbagai keterampilan yang ditawarkan oleh panti. Bimbingan dan pelatihan keterampilan dilatih oleh
instruktur yang ahli dibidangnya dengan didampingi oleh Pekerja Sosial. Kegiatan
keterampilan yang ada di PSPP “Galih Pakuan
” Bogor adalah elektronika, komputer, montir motor dan mobil, dan juga pembuatan roti.
Pada intinya tahap Re-entry adalah tahapan pemberian bimbingan dan pembinaan untuk mempersiapkan Residen agar
bisa berkumpul lagi di masyarakat, dan juga bisa berperan dalam kehidupan ber-masyarakat, dengan diberinya pelatihan
keterampilan diharapkan Residen mempunyai keahlian agar bisa bermanfaat
dalam dunia
kerja, dan
terhindar dari
penyalahgunaan narkoba kembali.
4 Resosialisasi
Menurut pendapat dari Bapak M menyatakan bahwa: “Resosialisasi merupakan tahapan praktek belajar kerja, mereka
ditempatkan di dekat daerah asal mereka, dan praktek berdasarkan pelatihan vokasional yang mereka telah dapatkan selama di
panti”
29
29
Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 Juli 2014.
Resosialisasi merupakan tahapan dimana Residen mulai bersosialisi di masyarakat, Residen melakukan kerja magang didaerah asal domisili
mereka sesuai dengan bidang keahlian yang dipelajari selama di panti, ada yang magang di bengkel, warnet, kantor, dan juga pabrik-pabrik
industri. Residen melaksanakan magang selama 2 bulan, Residen bisa ada yang tinggal di mess dan ada juga yang pulang ke rumah masing-
masing. Peran Pekerja Sosial dalam pelaksanaan resosialisasi sangatlah
penting, karena Pekerja Sosial yang nantinya memonitoring Residen di lapangan, lalu Pekerja Sosial juga melakukan supervisi untuk menambah
kepercayaan diri dan memotivasi Residen agar tekun dalam kegiatan magang, selain itu Pekerja Sosial juga melakukan evaluasi mengenai hal
yang didapat bagi Residen setelah mengikuti kerja magang. Seperti yang dijelaskan Bapak S, yang menyatakan:
“Berperan sebagai supervisor mereka, dimana memonitor perkembangan yang terjadi di sana bila masih kurang bagus kami
peksos akan memberikan motivasi”
30
5 Terminasi
Terminasi adalah tahapan untuk melihat pekembangan yang didapat dari Residen dari proses rehabilitasi sosial yang telah dilakukan, disini
Pekerja Sosial mengukur tingkat keberhasilan dan kekurangan dari berbagai aspek seperti pola pikir, perkembangan mental, dan interaksi sosial dengan
30
Wawancara dengan Bapak S sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 18 September 2014.
teman Residen ataupun dengan Pekerja Sosial yang merupakan indikator keberhasilan rehabilitasi sosial
Seperti yang sampaikan bapak S, yang menyatakan: “Pola pikirnya sudah baik, sudah menjalanjkan perannya, dan juga
telah me nyelesaikan tahapan rehabilitasi”
31
Bila sudah dinyatakan berhasil, maka rehabilitasi sosial yang sudah
dilakukan di Panti dianggap sudah selesai atau tuntas pemutusan kontrak, tetapi bila Residen masih harus perlu direhabilitasi, akan dicari dimana saja
letak kekurangan tersebut, dan akan diperbaiki sampai dia dinyatakan telah memenuhi indikator selesainya rehabilitasi sosial di dalam Panti.
Seperti yang dikatakan Bapak M, yang menyatakan: “Bila semua indikator sudah terpenuhi, maka panti akan
melakukan pemutusan kontrak, dan selanjutnya Residen sudah boleh pulang ke daerahnya masing-
masing”
32
6 Bimbingan lanjut
Bimbingan lanjut dilaksanakan untuk penguatan kapasitas mantan Residen di dalam menjalani interaksi sosial di keluarga, masyarakat dan
juga lingkungan. Bimbingan lanjut dilakukan Pekerja Sosial ke rumah mantan Residen setelah Residen tersebut telah dinyatakan pulih dari
kecanduan narkoba, dan bimbingan ini dilaksanakan pasca enam bulan Residen keluar dari panti.
Bimbingan lanjut dilakukan oleh Pekerja Sosial untuk mengetahui perkembangan hasil dari bimbingan sosial, bimbingan mental, dan juga
31
Wawancara dengan Bapak S sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 18 September 2014.
32
Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 Juli 2014.
bimbingan spiritual, hal ini untuk mengetahui perubahan perilaku, mental dan hasil belajar keterampilan setelah mereka mengikuti program
rehabilitasi sosial. Seperti yang diungkapkan Bapak M, menyatakan bahwa:
“Pekerja Sosial melakukan supervisi kepada para mantan penyahguna narkoba, kita melihat perkembangannya, apa dia bisa
diterima di masyarakat dan mampu menjalankan peran
sosialnya”
33
Dalam bimbingan lanjut sering juga ditemui berbagai masalah yang
akan dihadapi Residen, seperti menyalahgunakan narkoba lagi dan pengucilan di masyarakat, hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang tidak
baik mengakitbakan mantan pengguna jadi terjerumus lagi, bila demikian maka Pekerja Sosial akan melakukan penjemputan lagi kepada Residen
tersebut untuk di clean up, clean up merupakan pemulihan kembali para penyalahguna narkoba, mencari penyebab dia menggunakan narkoba dan
mencari jalan keluarnya. Selain itu, ada juga keluarga yang menolak kembali hadirnya mantan
penyalahguna narkoba ini, hal ini dikarenakan berbagai alasan, seperti sudah tidak percaya, malu, dan menjadi aib keluarga. Bila ada permasalahan
seperti itu Pekerja Sosial akan melakukan Family Group Discussion yang merupakan kegiatan untuk memberikan pengarahan dari Pekerja Sosial
untuk dapat menerima kembali kehadiran mantan penyalahgunna narkoba. Seperti yang diungkapkan bapak S, yang menyatakan:
33
Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 Juli 2014.
“Kita clean up, kita cari penyebabnya dan cari jalan keluarnya dan memperbaikinya, memotivasinya agar mereka dapat stabil lagi dan
Family Group Discussion merupakan kegiatan bila ada residen yang tidak diterima dikeluarga, kami akan memberikan arahan dan
pengertian bahwa Residen tersebut sudah bisa berkumpul lagi
dalam keluarga”
8 Evaluasi dan Monitoring
Evaluasi dan monitoring merupakan tahapan akhir dari proses rehabilitasi sosial dimana Pekerja Sosial akan melakukkan rapat bersama
jajaran staff lainnya akan menilai sukses atau gagalnya kegiatan rehabilitasi sosial yang telah dijalankan. Biasanya dilaksanakan 6 bulan setelah
terminasi. Seperti yang dikatakan Bapak M, yang menyatakan:
34
“Setelah bimbingan lanjut kami Pekerja Sosial akan menilai hasil dari rehabilitasi sosial yang telah dilakukan, apakah sudah berhasil
dan tuntas apa belum yang dilakukan melalui rapat Peksos”
34
Wawancara dengan Bapak M sebagai Pekerja Sosial pada tanggal 10 Juli 2014
84