10
kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa menangkap sebagai rangsang suara.”
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu merupakan anak yang mengalami
hambatan atau kerusakan pada indera pendengarannya, sehingga anak mengalami kesulitan dalam memperoleh maupun penyampaian
informasi melalui indera pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam kemampuan berbahasa lisan.
2. Klasifikasi Anak Tunarungu
Klasifikasi anak tunarungu dapat dilihat dari berbagai aspek. Menurut Mohammad Efendi 2006: 63-64, mengemukakan bahwa
klasifikasi anak
tunarungu berdasarkan
lokasi terjadinya
ketunarunguan ada tiga hal yaitu: a.
Tunarungu konduktif adalah ketunarunguan disebabkan karena beberapa organ telinga yang berfungsi sebagai penghantar suara di
telinga luar, yang terdapat di telinga bagian dalam dan dinding- dinding labirin mengalami gangguan.
b. Tunarungu perseptif adalah ketunarunguan disebabkan karena
terganggunya organ-organ pendengaran di belahan telinga bagian dalam.
c. Tunarungu campuran adalah ketunarunguan disebabkan karena
rangkaian organ-organ telinga yang berfungsi sebagai penghantar dan
penerima rangsang
suara mengalami
gangguan.
11
Ketunarunguan campuran
terjadi oleh
gabungan antara
ketunarunguan konduktif dan ketunarunguan perspektif. Wardani, dkk. 2008: 56-57 menyatakan mengenai klasifikasi
anak tunarungu berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, yaitu sebagai berikut:
1 Tunarungu kategori ringan yaitu anak tunarungu mengalami
kehilangan pendengaran antara 27-40 dB. Anak sulit mendengar suara yang jauh sehingga membutuhkan tempat duduk yang berada
di depan atau yang strategis. 2
Tunarungu kategori sedang yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 41-55 dB. Anak dapat mengerti
percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan. 3
Tunarungu kategori agak berat yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 56-70 dB. Anak hanya dapat
mendengar suara dari jarak dekat. 4
Tunarungu kategori berat yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 71-90 dB. Anak masih mungkin
bisa mendengarkan suara keras dari jarak dekat. 5
Tunarungu kategori berat sekali yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas mengenai klasifikasi anak tunarungu, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak tunarungu
ada bermacam-macam jenis, dari yang kategori ringan hingga kategori