84
Gambar 7. Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas Dasar V Tes Kemampuan Awal, Tes Pasca-
tindakan Siklus I, dan Tes Pasca-tindakan Siklus II
Berdasarkan deskripsi dan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar membaca pemahaman anak tunarungu kelas dasar V
mengalami peningkatan dengan menggunakan media koran . Kelima anak mampu melaksanakan proses pembelajaran dan dapat menguasai materi
pelajaran dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari: 1.
Anak menjadi tertarik mengikuti proses pembelajaran dengan media koran.
2. Anak menjadi lebih aktif mengikuti pembelajaran dengan media koran.
3. Anak lebih antusias mengikuti pembelajaran membaca pemahaman
dengan media koran
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
YH HS
IB ST
P e
rs e
n ta
se P
e n
ca p
a ia
n
Subjek
Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu
Hasil Tes Kemampuan Awal
Hasil Tes Pasca- tindakan Siklus I
Hasil Tes Pasca- tindakan Siklus II
85
4. Prestasi belajar membaca pemahaman Bahasa Indonesia anak
tunarungu meningkat. 5.
Anak lebih merespon pertanyaan yang diberikan oleh guru. 6.
Anak lebih percaya diri dalam menjawab pertanyaan maupun bertanya kepada guru tentang materi pelajaran.
C. Pembahasan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini berupa penggunaan media koran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu kelas
dasar V di SLB B Karnnamanohara. Kemampuan membaca pemahaman sangat penting bagi semua anak, terutama pada anak tunarungu, mengingat
hambatan yang dimiliki anak tunarungu menyebabkan pada saat membaca terkadang penerimaan informasi melalui tulisan seringkali tidak sesuai
dengan kenyataan yang tertulis pada bacaan, sehingga kemampuan pemahaman anak tunarungu cenderung masih kurang maksimal. Anak
tunarungu dapat dilatih membaca pemahaman agar pada saat membaca anak dapat menyerap informasi pada bacaan dengan benar. Pembelajaran
membaca pemahaman dapat menggunakan media yang bervariasi agar proses pembelajaran tidak membosankan, salah satunya dengan
menggunakan media koran anak akan tertarik untuk mengikuti pembelajaran membaca, anak juga dapat belajar berdiskusi tentang isi
bacaan. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yaitu Daryanto 2010: 24-25 surat kabar atau koran merupakan media komunikasi masa dalam bentuk
cetak yang mengandung cerita menarik perhatian, sebagai sarana belajar
86
dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis dan keterampilan berdiskusi.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama, anak diberikan tes kemampuan awal untuk mengetahui hasil
belajar sebelum diberikan tindakan sebagai tolok ukur keberhasilan pada siklus pertama. Setelah mengetahui hasil tes kemampuan awal, anak
diberikan tindakan berupa proses pembelajaran dengan menggunakan media koran sebanyak 3 kali pertemuan. Diakhir tindakan kemudian anak
diberikan tes pasca-tindakan siklus I untuk mengetahui hasil belajar anak setelah diberikan tindakan dengan media koran. Perbandingan hasil tes
kemampuan awal dengan hasil tes pasca-tindakan semua anak mengalami peningkatan prestasi belajar, namun tidak semua anak memiliki nilai di
atas KKM, sehingga hasilnya belum optimal. Tindakan dalam penelitian ini berupa penggunaan media koran sebagai
media pembelajaran membaca pemahaman dengan tujuan anak dapat memahami tentang isi bacaan, ide pokok bacaan, peristiwa, dan lain-lain.
Hal ini sesuai dengan tujuan membaca pemahaman menurut Mulyono Abdurrahman 2003: 212 tujuan membaca pemahaman yaitu: mengenal
ide pokok suatu bacaan, mengenal secara rinci dan detail isi bacaan yang penting, mengembangkan imajinasi visual, meramalkan hasil, dan
membaca kritis. Proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media koran sebagai bahan bacaan, media koran ini digunakan agar anak
membaca secara cermat dan teliti mengenai peristiwa nyata yang telah
87
tertuang dalam tulisan. Anak juga dapat memanfaatkan koran sebagai sumber belajar di kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Departemen
Pendidikan USA Pramila Ahuja dan G.C. Ahuja bahwa “para siswa yang memanfaatkan surat kabar di dalam kelas menjadi pembaca yang lebih
analitis dan paham dibanding yang tidak”. Pembelajaran membaca pemahaman dilakukan dengan cara guru dan anak mempercakapkan
tentang isi bacaan koran secara diskusi atau tanya jawab antara guru dan anak, hal ini dilakukan agar anak tanggap dan dapat memahami tentang isi
bacaan yang telah dibaca. Guru memancing berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan isi bacaan. Memancing berbagai pertanyaan adalah
cara yang tepat untuk membangkitakan suasana belajar yang aktif sehingga akan terjadi tanya jawab antara guru dengan anak untuk mencari
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan, namun ketika anak merasa belum memahami isi bacaan guru akan menjelaskan secara detail dan diulang
hingga anak memahami isi bacaan. Setelah selesai pembelajaran, setiap pertemuan anak diberi soal agar guru mengetahui hasil setelah diberikan
tindakan, namun soal ini hanya bersifat mencoba sehingga tidak masuk dalam hitungan penilaian, karena yang dihitung adalah nilai tes
kemampuan awal, nilai pasca-tindakan siklus I, dan nilai pasca-tindakan siklus II.
Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas
untuk meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara dilakukan dalam dua siklus. Perbandingan hasil
88
belajar kemampuan awal dengan pasca-tindakan siklus I masih belum maksimal, sebab dari 5 subjek hanya 3 subyek yang mengalami
peningkatan prestasi belajar sesuai KKM. Adapun hasil persentase yang diperoleh oleh masing-masing subjek yaitu AL mengalami peningkatan
namun belum memenuhi KKM dari persentase awal 36 menjadi 56, subjek YH mengalami peningkatan dari persentase awal 38 menjadi
74 dan sudah memenuhi KKM, subjek HS mengalami peningkatan dari persentase awal 46 menjadi 79 dan sudah memenuhi KKM, subjek IB
mengalami peningkatan prestasi belajar namun belum memenuhi KKM dari persentase awal 43 menjadi 58, subjek ST mengalami
peningkatan dari persentase awal 56 menjadi 79 dan sudah memenuhi KKM. Hasil data di atas dapat diketahui peningkatan prestasi belajar
belum maksimal dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM yaitu 65. Oleh karena itu perlu diberikan tindakan siklus II.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II diberikan untuk memperbaiki kelemahan dan hambatan pada siklus I dan memperjelas
kelebihan yang ada pada siklus I. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu; guru pada saat memberi penjelasan materi secara lebih detail, berulang,
dan pelan sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh anak serta memberi motivasi kepada anak untuk mendorong anak untuk lebih aktif dan lebih
percaya diri dalam menjawab pertanyaan dan berani bertanya apabila belum memahami materi. Tindakan pada siklus II ini dilakukan sebanyak
2 kali pertemuan dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II ini semua