K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
36
LANJUTAN TABEL 2.7.
No KELOM POK
Sep-08 Dec-08
M ar -09 Jun-09
Jul-09 Agt-09
Sep-09 Des-09
TEGAL UM UM TOTAL
5,16 0,45
1,05 1,05
0,71 0,97
1,20 0.47
1 BAHAN M AKANAN
1,94 -1,52
1,31 -1,06
1,25 3,55
3,18 -1.04
2 M AKANAN JADI
16,53 0,86
2,62 5,63
0,81 0,14
1,07 1.91
3 PERUM AHAN
4,55 1,16
1,06 0,35
0,63 0,07
0,01 0.54
4 SANDANG
-1,58 4,56
2,61 -3,41
1,29 1,07
-0,24 2.57
5 KESEHATAN
1,48 1,08
1,09 0,85
0,27 0,25
0,34 -0.05
6 PENDIDIKAN
0,82 2,28
0,15 0,42
-0,10 1,40
4,33 0.10
7 TRANSPOR
0,30 -1,84
-2,99 0,05
0,01 0,11
0,31 -1.04
Sumber : BPS, diolah Keterangan : angka inflasi per kelompok adalah hasil olahan KBI Semarang berdasarkan data IHK
yang diperoleh dari BPS
2.2.2. Inflasi Tahunan yoy
Berdasarkan penghitungan BPS, laju inflasi tahunan yoy empat kota di Jaw a Tengah yaitu di kota Semarang, Surakarta, Purw okerto, dan Tegal pada triw ulan IV-
2009 masing-masing sebesar 3,19 , 2,63 , 2,83 dan 5,83 . Dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya, BPS mencatat bahw a laju inflasi di keempat kota
tersebut mengalami
peningkatan, kecuali
kota Purw okerto
yang mengalami
penurunan. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, BPS mencatat bahw a laju inflasi
tahunan di Kota Semarang pada triw ulan IV-2009 terutama dipicu oleh kenaikan IHK kelompok sandang, kelompok makanan jadi, dan kelompok perumahan dengan
kenaikan IHK masing-masing sebesar 7,67 , 6,83 dan 4,37
Tabel 2.8.. Di kota
Surakarta, inflasi tahunan pada triw ulan ini terutama dipicu oleh kenaikan IHK kelompok bahan makanan 6,25 , diikuti oleh kelompok makanan jadi 5,65 dan
kelompok perumahan 2,28 . Inflasi tahunan kota Purw okerto dalam triw ulan laporan terutama disebabkan
oleh kenaikan IHK pada kelompok kesehatan sebesar 15,74 , diikuti o leh kelompok sandang 6,82 dan kelompok makanan jadi 5,34 . Sementara itu, kota Tegal
dicatat oleh BPS sebagai kota yang memiliki inflasi tahunan tertinggi dibandingkan dengan tiga kota lainnya dalam triw ulan ini, yaitu sebesar 5,83 . Dari ketujuh
kelompok komoditi, kelompok makanan jadi mengalami kenaikan IHK paling tinggi yaitu mencapai 16,44 yoy, diikuti oleh kelompok pendidikan dan kelompok bahan
makanan masing-masing sebesar 5,89 dan 5,75 . Perkembangan laju inflasi tahunan di empat kota di Jawa Tengah terlihat pada tabel 2.8.
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
37 Tabel 2.8.
Laju Inflasi Tahunan Empat Kota Di Jaw a Tengah M enurut Kelompok Barang dan Jasa persen, YOY
No KELOM POK
Sep-08 Dec-08
M ar-09 Jun-09
Jul-09 Agt-09 Sep-09 Des-09
SEM ARANG UM UM TOTAL
13,43 10,34
7,20 3,81
3,04 2,76
2,94 3.19
1 BAHAN M AKANAN
17,33 13,83
8,04 4,15
3,08 3,50
4,31 2.86
2 M AKANAN JADI
14,35 14,1 0
8,86 8,27
7,21 6,90
6,53 6.83
3 PERUM AHAN
13,62 13,58
12,01 6,38
5,14 5,07
4,59 4.37
4 SANDANG
12,38 8,89
9,00 8,61
8,05 7,54
7,75 7.67
5 KESEHATAN
6,85 8,6 0
5,52 4,63
4,43 4,18
3,99 2.34
6 PENDIDIKAN
5,56 6,09
6,24 4,26
4,66 1,69
2,51 1.87
7 TRANSPOR
11,46 6,69
1,38 -7,24
-7,44 -7,68
-6,95 -3.06
SURAKARTA UM UM TOTAL
9,94 6,96
5,53 3,15
1,76 2,15
2,61 2.63
1 BAHAN M AKANAN
14,11 9,34
7,04 5,54
3,16 4,50
5,52 6.25
2 M AKANAN JADI
3,98 4,3 0
3,29 3,88
3,12 4,00
5,20 5.65
3 PERUM AHAN
11,12 13,65
13,16 9,27
6,12 5,79
5,40 2.28
4 SANDANG
4,55 3,47
2,45 2,09
1,71 0,89
1,09 0.72
5 KESEHATAN
4,35 7,42
6,88 6,39
6,25 6,11
5,94 2.21
6 PENDIDIKAN
1,86 1,89
1,70 1,79
1,79 1,82
1,82 1.79
7 TRANSPOR
13,96 8,22
2,56 -9,04
-8,93 -8,74
-8,22 -4.30
PURWOKERTO UM UM TOTAL
11,96 12,06
9,48 5,67
3,02 3,33
3,26 2.83
1 BAHAN M AKANAN
17,01 20,01
9,48 2,51
1,74 1,81
3,84 1.27
2 M AKANAN JADI
10,34 12,4 0
10,83 11,28
7,30 7,66
6,88 5.34
3 PERUM AHAN
13,84 15,12
13,93 10,17
4,33 4,19
2,02 2.81
4 SANDANG
-0,78 3,39
7,80 6,63
6,02 6,72
5,59 6.82
5 KESEHATAN
5,32 3,15
18,22 17,53
17,16 17,09
16,19 15.74
6 PENDIDIKAN
1,96 4,55
4,64 4,37
3,61 6,83
6,57 3.88
7 TRANSPOR
13,40 7,87
2,35 -7,38
-8,66 -8,52
-7,15 -4.24
TEGAL UM UM TOTAL
14,63 8,52
6,38 4,99
3,65 3,90
5,80 5.83
1 BAHAN M AKANAN
17,66 8,72
5,92 0,62
-1,09 0,21
5,23 5.75
2 M AKANAN JADI
26,71 23,67
22,58 27,41
11,37 12,83
15,24 16.44
3 PERUM AHAN
10,66 11,15
9,75 7,25
4,31 2,51
2,10 1.47
4 SANDANG
3,92 6,13
4,98 1,99
0,85 2,48
5,18 3.19
5 KESEHATAN
6,52 6,87
6,58 4,57
3,44 3,40
3,63 2.48
6 PENDIDIKAN
4,70 4,00
4,08 3,71
8,60 8,02
8,19 5.89
7 TRANSPOR
9,19 6,92
3,29 -4,43
-4,48 -4,63
-3,63 -2.85
Sumber: BPS, diolah Keterangan : angka inflasi per kelompok adalah hasil olahan KBI Semarang berdasarkan data IHK
yang diperoleh dari BPS
M elihat perkembangan inflasi di empat kota tersebut, kota Tegal memiliki tingkat inflasi yang paling tinggi dibandingkan tiga kota lainnya sejak Juli 2009 lihat
Grafik 2.10. Tingginya inflasi kota Tegal sejak aw al triw ulan III-2009 tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan IHK kelompok makanan jadi dan kelompok
bahan makanan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka pemerintah daerah dan Bank
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
38
Indonesia perlu meningkatkan perhatiannya dalam mengendalikan laju inflasi kota Tegal ke depan.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan pengendalian inflasi di kota Tegal, maka perlu segera dibentuk Tim Pemantauan dan Pengendalian
Inflasi Daerah TPID di Kota Tegal. Tim ini bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar instansi terkait seperti Bagian Perekonomian, Disperindag, Dinas
Pertanian, Dinas Perhubungan, Perum Bulog, Bank Indonesia, dan instansi lainnya, dalam memantau dan mengendalikan inflasi di kota Tegal. Sampai dengan akhir
tahun 2009, dari empat kota di Jaw a Tengah yang menjadi dasar penghitungan inflasi Semarang, Solo, Purw okerto dan Tegal, tinggal kota Tegal yang belum
memiliki TPID.
GRAFIK 2.10. PERKEM BANGAN INFLASI TAHUNAN EM PAT KOTA DI JAWA TENGAH
2 4
6 8
10 12
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2007
2008 2009
Semarang Solo
Purwokerto Tegal
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
39
BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF
PENELITIAN PERILAKU PEM BENTUKAN HARGA PRODUK M ANUFAKTUR DI JAWA TENGAH
1. LATAR BELAKANG M ASALAH
Upaya pengendalian harga dapat dimulai dari mencari sumber-sumber penyebab inflasi yang kemudian akan membaw a dampak ke sektor riil maupun sektor moneter.
Terdapat berbagai macam model u ntuk menguji perilaku inflasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Salah satu sumber penyebab inflasi adalah perkembangan penaw aran dan permint aan di sektor riil. Penyelarasan permintaan dan penaw aran oleh
karenanya menjadi pent ing. Oleh karena itu, model inflasi dapat diturunkan melalui
persamaan permintaan uang money demand maupun melalui sisi penaw aran. Pada sisi lain, potensi inflasi juga dapat dicermati dari sisi penaw aran.
M encermati potensi inflasi dari sisi penaw aran, tidak saja masalah jumlah persediaan barangjasa, namun juga perilaku distribusi barangjasa tersebut. Nilai tambah yang
tinggi sangat terkait dengan perilaku dan jalur distribusi dari suatu komoditas dan atau kebijakan. Oleh karena itu mencermati inflasi, tidak cukup dari satu model pengamatan
pasar uangpermintaan, namun juga aspek penaw aran barang dan jalur distribusinya. Hal tersebut disebabkan karena terbentuknya harga di pasar merupakan keseimbangan
antara penaw aran dan permintaan. Kantor Bank Indonesia Semarang 2008 pernah melakukan kajian yang terkait
dengan pembentukan harga atas komoditas-komoditas tersebut. Dalam mekanisme pasar, pihak-pihak yang terlibat dalam tata niaga adalah produsen, pedagang besar, dan
pedagang ritel yang menjadi perantara terhadap konsumen akhir. Oleh karena itu, masalah pembentukan harga tidak hanya terbatas pada permintaan dan ketersediaan
barangjasa penaw aran saja, tetapi juga menyangkut masalah proses pembentukan harga komoditas itu sendiri, distribusi mekanisme jalur distribusi maupun struktur pasar
dari komoditas tersebut. M engingat banyaknya komoditas atau kelompok komoditas dalam keranjang
inflasi, maka identifikasi perilaku pembentukan harga dalam penelitian ini akan difokuskan pada kelompok komoditas manufaktur yang memiliki bobot yang signifikan
dalam pembentukan inf lasi. Untuk mencapai tujuan tersebut akan digunakan metode survei terhadap sejumlah pelaku usaha, yaitu produsen, pedagang besar dan pedagang
ritel.
2. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian terhadap komoditas manufaktur ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai mekanisme dan perilaku pembentukan harga dari tingkat produsen
sampai dengan pedagang eceran. Untuk itu, survei dilakukan kepada responden yang
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
40
mew akili produsen perusahaanindustri manufaktur, pedagang besar distributor, dan pedagang kecil pengecer. Dari masing-masing level responden tersebut diharapkan
dapat diident ifikasi mengenai perilaku pembentukan harga dan faktor-faktor yang dominan mempengaruhi perubahan harga. Secara spefisik, penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut: 1. M engident ifikasi perilaku produsen, distributor dan pengecer dalam penetapan
harga produk manufakt ur. 2. M enganalisis faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan perubahan harga,
baik di level produsen, distributor maupun pengecer. 3. M enganalisis kecepatan
dan besaran
perubahan harga dalam
merespon perubahan faktor-faktor tersebut .
3. M ETODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 31 kabupatenkota di Jaw a Tengah, yang dapat dibagi menjadi w ilayah Jateng Utara sebanyak 17 kabupatenkota, yaitu Kota Semarang, Kab.
Semarang, Kab. Grobogan, Kab. Kendal, Kab. Demak, Kab. Kudus, Kab. Pati, Kab Jepara, Kab Rembang, Kab. Blora, Kab. Batang, Kota Pekalongan, Kab. Pekalongan,
Kab. Pemalang, Kota Tegal, Kab. Tegal, dan Kab. Brebes. Adapun lokadi di w ilayah Jateng bagian Selatan sebanyak 17 kabupatenkota, yaitu Kota Salatiga, Kab. Boyolali,
Kota Surakarta, Kab. Sukoharjo, Kab. Klaten, Kab. Sragen, Kab. Karanganyar, Kab. Wonogiri, Kota M agelang, Kab. M agelang, Kab. Temanggung, Kab. Wonosobo, Kab.
Purw orejo, dan Kab. Kebumen. Sementara itu, pelaksanaan survei di w ilayah eks Karesidenan Banyumas yangterdiri dari 4 kabupatenkota dilakukan oleh Kantor Bank
Indonesia Purw okerto.
3.2. Populasi dan Sampel