Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Pati

K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 60 Rp677 miliar, sementara itu pertumbuhan aset terendah dicapai oleh Kodya Tegal yaitu 9,14 yoy menjadi Rp4,35 triliun. Pertumbuhan penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kab. Tegal yaitu mencapai 59,87 yoy menjadi Rp238 miliar, sementara pertumbuhan DPK terendah dicapai oleh Kota Tegal yang sebesar 2,97 yoy menjadi Rp3,50 triliun. Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi di Kab. Batang sebesar 22,54 yoy menjadi Rp609 miliar, dan pertumbuhan terendah di Kodya Pekalongan sebesar 9,12 yoy menjadi Rp2,36 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karesidenan Pekalongan cukup baikyang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio sebesar 97,33 . Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karesidenan Pekalongan juga cukup baik yang tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 1,42 .

3.5.3. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Pati

Bank umum di Eks. Karesidenan Pati mengalami perkembangan yang cukup baik, dan mempunyai pangsa 9 -11 dari keseluruhan bank umum di Jaw a Tengah. Komposisi aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit bank umum di Eks. Karisidenan Pati mempunyai pangsa masing-masing sebesar 10,28 , 8,42 dan 12,00 terhadap total kinerja perbankan di Jaw a Tengah. KabupatenKota sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan indikator perbankan di Eks. Karisidenan Pati adalah Kabupaten Kudus, yang mempunyai porsi 56 -65 dari keseluruhan indikator kinerja perbankan di Eks. Karisidenan Pati. Hal ini karena terdapat banyak aktivitas ekonomi industri rokok, industri bordir, industri kertas, industri konveksipakaian jadi, industri furniture, dan industri makanan khas jenang Kudus di Kab. Kudus. Pertumbuhan Aset, DPK, dan Kredit pada triw ulan IV-2009 bank umum di Eks. Karesidenan Pati tercatat masing-masing sebesar 8,65 yoy, 6,75 yoy, dan 13,59 menjadi Rp11,98 triliun, Rp7,68 triliun, dan Rp9,93 triliun. Pertumbuhan aset tertinggi dicapai oleh Kab. Pati yaitu 19,53 yoy menjadi Rp1,57 triliun, sementara itu pertumbuhan aset terendah dicapai oleh Kab. Kudus yaitu 5,94 yoy menjadi Rp7,68 triliun. Pertumbuhan penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kab. Pati yaitu mencapai 17,51 yoy menjadi Rp1,34 triliun, sementara pertumbuhan DPK terendah dicapai oleh Kab. Blora yang mengalami penurunan sebesar 2,53 yoy menjadi Rp849 miliar. Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi di Kab. Pati sebesar 16,24 yoy menjadi Rp1,40 triliun, dan pertumbuhan terendah di Kab. Kudus sebesar 12,67 yoy menjadi Rp6,12 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karesidenan Pati cukup tinggi yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio sebesar 129,33 . Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karesidenan Pati juga cukup bagus yang tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 1,59 . K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 61

3.5.4. Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karesidenan Banyumas