K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
8
kondisi ekonomi saat ini. Sementara itu, investasi pada triw ulan ini diperkirakan juga memberikan andil yang cukup signifikan pada perekonomian Jaw a Tengah.
Dari sisi penaw aran, pertumbuhan pada triw ulan ini terutama didorong oleh
pertumbuhan pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restauran PHR serta sektor jasa. M asih berlanjutnya trend perbaikan permintaan luar
negeri, serta banyaknya musim liburan menjadi faktor penyebab peningkatan sektor- sektor tersebut. Di sisi lain, sektor pertanian mengalami perlambatan pertumbuhan
pada triw ulan ini dibandingkan triw ulan yang lalu. Hal ini disebabkan oleh adanya musim kemarau yang cukup panjang sehingga menyebabkan gangguan produksi pada
beberapa w ilayah di Jaw a Tengah serta keterlambatan musim tanam.
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Jaw a Tengah
M enurut JENIS PENGGUNAAN YoY, persen
No Lapangan Usaha
III-08
IV-08 I-09
II-09 III-09
IV-09
Pertumbuhan Year on Year
1 Kons. Rumah Tangga
6.51 4.95
4.92 5.25
5.84 5.65
a. M akanan 2.97
2.77 2.31
2.09 1.98
2.07 b. Non M akanan
11.54 7.96
8.44 9.48
10.92 10.34
2 Kons. LNP
6.77 10.27
11.89 10.53
6.28 1.61
3 Kons. Pemerintah
8.88 8.23
7.86 8.95
11.26 12.87
4 P M T B
7.16 7.24
5.34 5.00
5.20 6.88
5 Ekspor
1.52 2.31
-10.17 -0.70
-12.13 8.43
6 Impor
-12.51 13.03
-12.90 6.47
7.31 14.54
PDRB 6.39
3.94 4.21
4.53 5.49
4.71
Sumber : KBI Semarang dan BPS Provinsi Jaw a Tengah data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 Keterangan : angka sementara
angka sangat sementara poyeksi KBI Semarang
1.1. Analisis PDRB Jaw a Tengah dari Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, semua komponen permintaan agregat menunjukkan
pertumbuhan positif pada triw ulan ini. Konsumsi pemerintah, investasi serta ekspor menunjukkan pertumbuhan dibandingkan triw ulan yang lalu. Sementara itu, konsumsi
rumah tangga yang menjadi komponen terbesar PDRB mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya
Tabel 1.1.
1.1.1. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga pada triw ulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 5,65 , sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada triw ulan III-
2009 sebesar 5,84 yoy.
Perlambatan ini terutama disebabkan oleh adanya pergeseran puncak konsumsi masyarakat hari raya lebaran dan tahun ajaran baru, yaitu
dari triw ulan pada tahun sebelumnya menjadi triw ulan III pada tahun 2009. Namun
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
9
secara umum, tingkat pertumbuhan pada triw ulan ini masih cukup baik, dan tumbuh positif pada tingkat yang relatif cukup tinggi pula. Indikator yang menunjukkan adanya
perlambatan konsumsi rumah tangga diantaranya adalah jumlah kamar hotel yang
terjual di Jaw a Tengah lihat grafik. 1.12, pembahasan sektor perdagangan, hotel dan restauran.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, terutama berasal dari banyaknya libur panjang pada periode triw ulan ini, yang
menyebabkan peningkatan konsumsi masyarakat untuk kebutuhan rekreasi atau konsumsi lainnya. Selain itu, konsumsi
masyarakat pada hari raya natal dan periode akhir tahun tahun baru turut pula mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Kondisi politik dan keamanan yang
cukup stabil, baik di level regional maupun nasional menciptakan optimisme dan ekspektasi positif masyarakat terhadap kondisi rumah tangga, sehingga secara tidak
langsung dapat pula meningkatkan konsumsi.
20 40
60 80
100 120
140 160
1 2
3 4
5 6
7 8
9 1
1 1
1 2
1 2
3 4
5 6
7 8
9 1
1 1
1 2
2008 2009
Indeks Keyakinan Konsumen IKK Kondisi Ekonomi Saat Ini IKE
Ekspektasi Konsumen IEK
Optimis
Pesimis
Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia
Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Kepercayaan Konsumen
Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut tergambar pula dari hasil Survei Konsumen yang diselenggarakan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang sampai dengan
triw ulan IV-2009. Dari grafik 1.2, terlihat bahw a indeks keyakinan konsumen IKK berada pada level yang cukup optimis optimis bila berada di atas 100 dan pesimis bila
angka indeks di baw ah 100. Walaupun terlihat mengalami fluktuasi pada pertengahan triw ulan III-2009 dan triw ulan IV-2009, namun terlihat bahw a indeks hasil survei
konsumen tetap menunjukkan adanya trend pertumbuhan. Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh cukup stabilnya perekonomian di level nasional, yang ditunjukkan
antara lain oleh tingkat inflasi yang cukup terkendali, indeks harga saham yang
meningkat, serta kurs yang cukup stabil .
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
10
Dari sisi pembiayaan, peningkatan konsumsi rumah tangga antara lain tercermin dari pertumbuhan kredit secara triw ulanan untuk jenis kredit
konsumsi bank umum di Jaw a Tengah Grafik 1.3. Dari grafik tersebut terlihat
bahw a kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di Jaw a Tengah mengalami peningkatan. Demikian pula dari sisi kualitas kredit, juga mengalami peningkatan yang
ditunjukkan oleh menurunnya NPLs kredit non lancar kredit konsumsi di Jaw a Tengah.
5 10
15 20
25 30
35
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09
R p
T r
il y
u n
-J m
l K
r e
d it
Kredit - sb kanan NPL-sb kiri
1 2
3 4
5
2 8
- 1
2 8
- 2
2 8
- 3
2 8
- 4
2 8
- 5
2 8
- 6
2 8
- 7
2 8
- 8
2 8
- 9
2 8
- 1
2 8
- 1
1 2
8 -
1 2
2 9
- 1
2 9
- 2
2 9
- 3
2 9
- 4
2 9
- 5
2 9
- 6
2 9
- 7
2 9
- 8
2 9
- 9
2 9
- 1
2 9
- 1
1 2
9 -
1 2
R p
t r
il y
u n
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.3.
Perkembangan Kredit
Konsumsi, NPL Jenis Kredit Konsumsi dan Pertumbuhan
qtq Kredit
Konsumsi Perbankan di Wilayah Jaw a Tengah
Grafik 1.4. Perkembangan Posisi Giro M ilik Pemerintah pada
Bank Umum di Wilayah Jaw a Tengah
Konsumsi pemerintah pada triw ulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 12,87 yoy, meningkat dibandingkan angka pertumbuhan pada
triw ulan III-2009 sebesar 11,26 yoy. Hal tersebut disebabkan pada triw ulan IV-
2009 merupakan
akhir masa tahun
anggaran, sehingga realisasi
pengeluaran pemerintah relatif cukup besar. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan program
stimulus fiskal guna meminimalisir dampak krisis keuangan global. Program yang sebagian besar berw ujud program infrastruktur ini telah terealisir pada triw ulan ini,
sehingga mendorong pula peningkatan pertumbuhan pengeluaran pemerintah. Pada triw ulan IV-2009, diperkirakan realisasi APBD Provinsi Jaw a Tengah
mencapai 91,37 dari total anggaran belanja 2009. Dari pencapaian realisasi tersebut, sebesar 40 berasal dari realisasi belanja pemerintah pada triw ulan IV-2009. Walaupun
kondisi ini terjadi pula di w ilayah lain, namun tentunya pemerintah daerah harus memiliki perencanaan yang cermat dan matang agar target belanja yang telah
ditetapkan dapat terealisir secara tepat w aktu dan mempunyai multiplier effect optimal bagi perekonomian.
lihat bab keuangan daerah. Salah
satu indikator
yang dapat
dipergunakan untuk
melihat perkembangan konsumsi pemerintah adalah posisi giro milik pemerintah yang
disimpan pada perbankan di Jaw a Tengah. Pada Grafik 1.5 terlihat bahw a posisi
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
11
giro milik pemerintah pada triw ulan IV-2009 menunjukkan penurunan dibandingkan
triw ulan sebelumnya. Penurunan tersebut merupakan indikasi adanya realisasi belanja pemerintah pada triw ulan laporan.
1.1.2. Investasi
Investasi, tercermin dari pembentukan modal tetap bruto PM TB pada triw ulan IV-200 9 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 6,88
yoy, meningkat dibandingkan dengan angka pertumbuhan investasi pada triw ulan III-2009 sebesar
5,2 yoy. Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh belanja modal pemerintah daerah di akhir tahun anggaran serta belanja modal oleh sektor sw asta, seiring dengan
membaiknya kondisi ekonomi dan dunia usaha. Belanja modal pemerintah diantaranya berupa pembangunan sarana dan prasana jalan raya dan infrastruktur atau program
fisik lainnya, sementara itu belanja modal sw asta terutama untuk penambahan atau perbaikan sarana pendukung produksi industri.
150 200
250 300
350 400
450 500
550
Ja n -
0 8 Fe
b -0 8
M a r-
0 8 Ap
r-0 8
M a y
-0 8
Ju n -
0 8 Ju
l- 0 8
Au g-
08 Se
p- 08
Oc t- 0
8 No
v- 0 8
De c -0
8 Ja
n - 0 9
Fe b -0
9 M
a r- 0 9
Ap r-0
9 M
a y -0
9 Ju
n - 09
Ju l-0
9 Au
g- 09
Se p -
0 9 Oc
t-0 9
No v -
09
R ib
u an
To n
Perkembangan Konsumsi Semen Jaw a Tengah
1 2
3 4
5 6
7 8
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
8.00
II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09
R p
T r
il y
u n
-J m
l K
r e
d it
Investasi NPL-sb kiri
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1.5. Penjualan Semen di Jaw a Tengah
Grafik 1.6.
Perkembangan Kredit
investasi di Jaw a Tengah
Salah satu informasi yang dapat menjadi indikator pertumbuhan investasi diantaranya adalah pertumbuhan konsumsi semen di Jaw a Tengah, yang menunjukkan
adanya tren peningkatan. Pada grafik 1.5 terlihat bahw a penjualan semen di Jaw a Tengah mengalami trend peningkatan sejak aw al tahun 2009, yang dapat menjadi
indikator adanya pembangunan atau investasi baru. n Selain itu, dari sisi pembiayaan terlihat pula bahw a posisi kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan di Jaw a
tengah mengalami peningkatan dari sisi nominal, dan mengalami perbaikan pula dari sisi kualitas kreditnya NPLs menurun, seperti terlihat pada grafik 1.6.
1.1.3. Perdagangan Luar Negeri
Perdagangan luar negeri ekspor-impor dan perdagangan antar pulau di w ilayah Jaw a Tengah pada triw ulan laporan diperkirakan t etap menunjukkan tren
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
12
perbaikan. Perkembangan ekspor
1
pada PDRB Jaw a Tengah triw ulan
IV-2009 menunjukkan pertumbuhan
yang cukup signifikan sebesar 8,43 yoy, meningkat dibandingkan angka pertumbuhan pada triw ulan III-2009 yang mengalami kontraksi
sebesar -12,03 yoy. Sementara itu impor menunjukkan pula peningkatan sebesar 14,54
yoy, atau
mengalami pertumbuhan
yang cukup
signifikan apabila
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triw ulan III-2009 sebesar 7,31 yoy. Pertumbuhan ekspor dalam perhitungan PDRB Jaw a Tengah ini didorong oleh
peningkatan perdagangan luar negeri akibat membaiknya permintaan luar negeri, serta ditopang pula oleh peningkatan perdagangan antar pulau karena faktor musiman akhir
tahun. Wilayah Jaw a Tengah merupakan salah satu penyuplai berbagai komoditas terutama hasil pertanian ke berbagai w ilayah lain di Indonesia seperti Kalimantan dan
Indonesia Timur. Relatif stabilnya perdagangan
antar pulau serta peningkatan
perdagangan luar negeri tersebut menyebabkan ekspor Jaw a Tengah pada triw ulan ini tumbuh cukup signifikan.
100 200
300 400
500 600
Ja n
8 Fe
b 8
M rt
8 A
p r
8 M
e i0
8 Ju
n 8
Ju l
8 A
gs t
8 Se
p 8
O kt
8 N
o v
8 D
e s
8 Ja
n 9
Fe b
9 M
rt 9
A p
r 9
M e
i0 9
Ju n
9 Ju
l 9
A gs
t 9
Se p
9 O
kt 9
N o
v 9
Vol Ekspor Vol Impor
Nilai Ekspor Nilai Impor
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.7. Perkembangan Ekspor Jaw a Tengah Bulanan
Sementara itu berdasarkan data ekspor dan impor yang diolah dari Direktorat Statistik Ekonomi dan M oneter DSM Bank Indonesia, kinerja ekspor
non migas Jaw a Tengah sampai dengan triw ulan IV-2009 data sampai dengan posisi November 2009
tetap menunjukkan adanya trend peningkatan terutama dari sisi
volume. Sementara dari sisi nilai menunjukkan trend peningkatan pula w alaupun relatif melambat
pertumbuhannya. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh KBI Semarang, diketahui bahw a permintaan luar negeri tetap menunjukkan peningkatan
namun beberapa partner dagang luar negeri meminta negosiasi penurunan harga
1
Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
13
terkait dengan kondisi krisis keuangan global. Kondisi tersebut diperkirakan merupakan penyebab
trend peningkatan
volume ekspor yang
cukup signifikan
dan tren
pertumbuhan nilai ekspor yang agak melambat. Berdasarkan komoditasnya, ekspor unggulan Jaw a Tengah adalah pakaian jadi,
perabot dan penerangan rumah, kayu dan barang dari kayu serta serat stafel. Komoditas-komoditas tersebut selama beberapa periode terakhir selalu menempati
urutan teratas dari nilai ekspor Jaw a Tengah. Sementara itu b erdasarkan klasifikasi Harmonized System
HS, komoditi impor non migas terbesar di Jaw a Tengah adalah kapas, mesin pesaw at mekanik, serta gandum .
M ulai tahun 2010, dengan diimplementasikan secara penuh China Asean Free Trade Area ACFTA, atau perdagangan bebas antara ASEAN dengan China, tentunya
akan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Jaw a Tengah. Saat ini, ACFTA telah memasuki fase implementasi normal track, yang berarti hampir sebagian besar
komoditas perdagangan akan dibebaskan dari hambatan tariff yang sebelumnya diterapkan.
Kondisi tersebut tentunya berpotensi akan memberikan dampak positif
maupun negatif bagi perekonomian nasional umumnya, dan perekonomian Jaw a Tengah pada khususnya. Implikasi positif yaang mungkin timbul adalah adanya peluang
untuk peningkatan komoditas ekspor yang menjadi unggulan w ilayah kita, serta dapat pula menyebabkan penurunan harga input produksi bagi sektor industri karena impor
bahan baku dapat menjadi lebih murah. Namun terdapat pula potensi negatif berupa serangan produk-produk impor dengan harga yang relatif murah, tentunya ini
merupakan ancaman bagi industri lokal UM KM . Tentunya kondisi tersebut merupakan tantangan dan peluang yang harus diantisipasi oleh semua pelaku ekonomi di Jaw a
Tengah. Selengkapnya tentang ACFTA dapat dilihat pada boks. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari China Asean Free Trade Area dapat
dilakukan beberapa langkah antisipasi seperti pengembangan UM KM yang memiliki keunggulan
kompetitif, pelatihan
untuk meningkatkan
efisiensi produksi
bagi pengusaha kecil, efisiensi birokrasi dan regulasi yang dapat meningkatkan daya saing
produk lokal.
1.2. Analisis PDRB Sisi Penaw aran
Dilihat dari sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada triw ulan IV-2009 terut ama disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan negatif yang terjadi pada
sektor pertanian. Sementara itu sektor ekonomi yang lain mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi dialami sektor jasa dan sektor industri
pengolahan. Sedangkan berdasarkan kontribusi terhadap pertumbuhan, sektor yang memiliki sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan tetap didominasi oleh tiga sektor
utama dalam perekonomian Jaw a Tengah, yaitu sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan, hotel dan restauran PHR serta sektor pertanian, w alaupun pada triw ulan
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
14
ini sektor pertanian memberikan kontribusi negatif. Ketiga sektor tersebut memiliki
pangsa sekitar 70 dari total PDRB Jaw a Tengah, sehingga perubahan pada ketiga sektor tersebut menimbulkan pengaruh yang cukup signifikan pada arah PDRB Jaw a
Tengah secara keseluruhan.
Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Jaw a Tengah M enurut Lapangan Usaha YoY, PERSEN
III-08 IV-08
I-09 II-09
III-09 IV-09
Pertumbuhan Year on Year
1 Pert anian
7.09 13.36
9.74 4.74
7.38 -6.00
2 Pert ambangan Penggalian
5.54 5.70
4.96 5.40
3.93 7.65
3 Indust ri Pengolahan
6.39 -2.37
-2.38 1.09
1.73 7.02
4 List rik, Gas Air Bersih
4.86 4.04
2.60 6.39
6.53 6.57
5 Bangunan
6.08 8.44
7.61 6.58
6.66 7.19
6 Perdagangan, Hotel Restauran
4.95 4.26
4.57 5.82
7.39 6.61
7 Pengangkutan Komunikasi
9.65 6.67
7.11 7.35
6.41 6.99
8 Keuangan, Persew aan Jasa Pe
6.77 4.96
10.01 8.80
7.62 4.80
9 Jasa-Jasa
6.69 4.46
7.47 7.72
7.74 8.42
Total PDRB 6.39
3.94 4.21
4.53 5.49
4.71
No Lapangan Usaha
Sumber : BI Semarang dan BPS Provinsi Jaw a Tengah data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 Keterangan : angka sementara
angka sangat sementara proyeksi BI Semarang
1.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada triw ulan IV-2009 mengalami kontraksi sebesar -6 yoy, turun cukup signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triw ulan III-2009
sebesar 7,38 yoy. Kontraksi pada sektor pertanian ini disebabkan oleh kontraksi pada sub sektor tanaman bahan makanan, karena pengaruh musim. Hal tersebut
karena pada pertiode triw ulan IV-2009 terjadi pola cuaca yang cukup ekstrim, yaitu musim kemarau yang terjadi relatif lebih panjang dibandingkan periode sebelumnya
atau periode yang sama tahun lalu serta adanya curah hujan ekstrim di beberapa w ilayah di Jaw a Tengah. Kondisi itu menimbulkan terjadinya gangguan produksi serta
menyebabkan adanya kemunduran masa tanam di beberapa w ilayah di Jaw a Tengah. Gangguan cuaca tersebut menimbulkan pula gangguan pada sub sektor perkebunan,
dan sub
sektor perikanan
karena adanya
ancaman gelombang
tinggi yang
menyebabkan nelayan kesulitan mencari ikan. Sebagai akibatnya, secara keseluruhan produksi sektor pertanian pada triw ulan ini mengalami penurunan.
Salah satu prompt indicator produksi sektor pertanian, khususnya tanaman bahan makanan tabama, dapat terlihat dari perkiraan produksi pertanian dari Badan
Pusat Statistik. Dari grafik 1.13 tersebut terlihat bahw a produksi komoditas sektor
pertanian, terutama padi mengalami trend penurunan. Padi merupakan komoditas tabama yang memiliki bobot paling besar, sehingga penurunan produksi padi akan
berpengaruh cukup signifikan terhadap produksi sub sektor tabama dan sektor pertanian secara keseluruhan.
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
15
- 10
20 30
40 50
60 70
- 1
1 2
2 3
3 4
4 5
IV -0
7 I-0
8 II-
8 III
-0 8
IV -0
8 I-0
9 II-
9 III
-0 9
IV -0
9
R ib
u a
n T
o n
J u
ta a
n T
o n
Perkiraan Produksi Tabama Jawa Tengah
Sb Kiri- Kacang Tanah Sb Kiri- Kacang Hijau
Sb Kanan- Padi Sb Kanan- Jagung
Sb Kanan- Ubi kayu
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.8. Perkiraan Produksi Tabama Jaw a Tengah
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang strategis bagi perekonomian Jaw a Tengah. Selain memiliki pangsa yang cukup besar terhadap Produk Domestik
Regional Bruto PDRB Jaw a Tengah, sektor pertanian merupakan sektor ekonomi
dengan jumlah tenaga kerja terbesar di Jaw a Tengah. Namun demikian, sektor ini cenderung tumbuh relatif stagnan, bahkan dalam beberapa periode mengalami trend
perlambatan pertumbuhan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia Semarang
beberapa w aktu
yang lalu,
terdapat beberapa
hambatan dalam
pengembangan sektor ini seperti sarana dan prasarana pendukung pertanian yang
kurang terpelihara, menurunnya minat untuk bekerja di sektor pertanian, serta persepsi bahw a sektor ini merupakan sektor yang memiliki resiko yang tinggi. Oleh karena itu,
perlu dilaksanakan langkah-langkah yang komprehensif antar berbagai pihak dan instansi untuk mengembangkan sektor ini.
Kebijakan yang dapat diambil untuk pengembangan dan akselerasi sektor pertanian misalnya adalah koordinasi antar kabupaten kota dalam pengembangan
sarana dan prasarana pertanian, seperti saluran irigasi, w aduk dan lain-lain. Selain itu dapat pula diberikan insentif keringanan pajak daerah atas lahan yang dipertahankan
sebagai lahan lestari, sehingga mengurangi ancaman alih fungsi lahan pertanian.
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
16 1.2.2. Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri
pengolahan pada
triw ulan IV-2009
diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 7,02 yoy. Angka ini mengalami peningkatan
yang cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya 1,73 yoy. Hal ini dikarenakan adanya trend pulihnya permintaan luar negeri
serta peningkatan yang cukup signifikan pada permintaan domestik. Selain itu, tingginya
angka pertumbuhan di sektor ini juga disebabkan oleh base effect , yaitu pertumbuhan pada triw ulan IV-2008 yang mengalami kontraksi cukup tajam sebesar -12,37 yoy,
sehingga mengakibatkan angka pertumbuhan pada triw ulan ini menjadi tinggi. Hasil liaison yang dilakukan pada beberapa industri di Jaw a Tengah terutama industri TPT,
menunjukkan bahw a kapasitas produksi secara umum mengalami peningkatan, terutama dari sisi volume. Selain itu permintaan domestik menunjukkan peningkatan
yang cukup signifikan pula , diperkirakan terkait dengan faktor hari raya di akhir triw ulan III serta berakhirnya tahun anggaran.
Salah satu prompt indicator dari perkembangan sektor industri adalah perkembangan produksi industri pengolahan minyak di Jaw a Tengah Grafik
1.14. Produksi pengolahan minyak terlihat mengalami trend peningkatan rebound, terutama pada produksi solar dan premium, yang dapat menjadi salah satu indikasi
peningkatan aktivitas pada sektor industri.
- 100
200 300
400 500
600 700
800 900
1,000
- 1,000
2,000 3,000
4,000 5,000
6,000 7,000
8,000
I-08 II-08
III-08 IV-08
I-09 II-09
III-09 IV-09
R ib
u a
n K
L
R ib
u a
n K
L
LPG Premium
Solar Kerosin
Perkiraan Penjualan Listrik PLN
Jutaan KwH
500 1.000
1.500 2.000
2.500 3.000
3.500 4.000
I- 7
II- 7
III -0
7 IV
-0 7
I- 8
II- 8
III -0
8 IV
-0 8
I- 9
II- 9
III -0
9 IV
-0 9
Sumber : BPS Provinsi Jaw a Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jaw a Tengah, diolah
Grafik 1.9 Perkiraan Produksi Industri Pengolahan M inyak di Jaw a Tengah
Grafik 1.10 Prakiraan Penjualan Listrik PLN di Jaw a Tengah
Prompt indicator lain dari perkembangan sektor industri pengolahan adalah perkiraan penjualan listrik di Jaw a Tengah. Data perkiraan penjualan listrik
dari PLN Jaw a Tengah menunjukkan trend peningkatan pada triw ulan ini. Listrik merupakan salah satu input utama yang dipergunakan oleh sebagian besar industri di
Jaw a Tengah. Sehingga dengan adanya trend peningkatan penjualan listrik tersebut merupakan indikasi pula adanya perkembangan positif pada sektor industri.
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
17
Sektor industri adalah sektor yang cukup penting pula dalam perekonomian Jaw a Tengah, karena selain memiliki pangsa terbesar dalam PDRB Jaw a Tengah, sektor
industri juga memiliki peran yang cukup signifikan dalam penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk melakukan akselerasi laju pertumbuhan perekonomian, perlu
diberikan perhatian khusus terhadap pengembangan sektor ini. Beberapa kebijakan yang pro pengembangan industri diantaranya terkait dengan kebijakan investasi dan
retribusi atau pungutan terhadap dunia usaha. Kebijakan lain yang diterapkan adalah terkait dengan kemudahan investasi dan
retribusi. Contoh riil kebijakan yang dapat diambil diantaranya adalah insentif untuk realisasi komitmen investasi, insentif untuk rekrutmen tenaga kerja baru dan insentif
lain untuk kegiatan perusahaan yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar khususnya dan perekonomian daerah pada umumnya. Insentif yang diberikan
misalnya berupa pengurangan retribusi atau pajak daerah, atau kemudahan l.ain bagi dunia usaha dan industri.
1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran PHR
Pada triw ulan IV-2009 sektor PHR diperkirakan tumbuh sebesar 6,61 yoy, sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triw ulan III-
2009 yang tercatat sebesar 7,39 yoy. Perlambatan ini terutama disebabkan oleh
karena faktor seasonal, dimana puncak kegiatan sektor ini terjadi pada triw ulan yang lalu karena pergeseran hari raya lebaran pada triw ulan III-2009 serta didorong pula
oleh periode ajaran baru pada triw ulan yang sama. Namun apabila dilihat dari angka pertumbuhan yang terjadi, sektor PHR pada triw ulan ini relatif tumbuh cukup baik,
yang ditopang terutama oleh banyaknya musim liburan yang mendorong berjalannya kegiatan di sektor ini.
Prompt indicator dari perkembangan sektor ini dapat dilihat dari hasil Survei Perdagangan Eceran dan perkiraan jumlah kamar hotel yang terjual di w ilayah Jaw a
Tengah pada triw ulan IV-2009. Indeks Perdagangan Eceran hasil Survei Perdagangan Eceran yang dilakukan di beberapa pusat perbelanjaan di Semarang menunjukkan
bahw a perkembangan indeks perdagangan eceran relatif masih baik, namun terlihat adanya trend penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi tersebut
menjelaskan adanya perlambatan pada sektor PHR di triw ulan ini.
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
18
10 20
30 40
50 60
70 80
90
50 100
150 200
250 300
350
J a
n F
e b
M a
r A
p r
M e
i Ju
n Ju
l A
g t
S e
p O
k t
N o
p D
e s
J a
n F
e b
M a
r A
p r
M e
i Ju
n Ju
l A
g u
st S
e p
O k
t N
o p
D e
s
2008 2009
Bhn makanan Makanan Jadi
Sandang Pendidikan dll
Transpor Kom Total- sb kanan
- 100
200 300
400 500
600
II-08 III-08
IV-08 I-09
II-09 III-09
IV-09
R ib
u a
n m
a la
m k
a m
a r
t e
r ju
a l
Sumber : SPE Bank Indonesia Semarang Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.11. Perkembangan Indeks Riil Penjualan Eceran
Grafik 1.12. Perkiraan Penjualan Kamar Hotel di Jaw a Tengah
1.2.4. Sektor Jasa
Sektor jasa-jasa pada triw ulan ini diperkirakan tumbuh sebesar 8,42 yoy, meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triw ulan III-2009 yang
tercatat sebesar
7,74 yoy.
Peningkatan ini
diperkirakan didorong
oleh perkembangan
sub sektor jasa pemerintahan terutama belanja pemerintah daerah terkait dengan periode akhir tahun anggaran. Sementara itu untuk sub sektor jasa
sw asta diperkirakan tumbuh relatif stabil.
1 2
3 4
5
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0
I-08 II-08
III-08 IV-08
I-09 II-09
III-09 IV-09
N o
m in
al K
re d
it -R
p T
ri ly
u n
Nominal Kredit NPL
Grafik 1.13 Perkembangan Penyaluran Kredit Sekt or Jasa oleh Bank Umum Di Jaw a Tengah
Salah satu prompt
indicator pertumbuhan sektor ini dapat
dilihat dari
perkembangan kredit sektor jasa oleh perbankan di Jaw a Tengah. Dari grafik 1.13
terlihat bahw a penyaluran kredit jasa mengalami peningkatan dari sisi nominal dan
mengalami perbaikan pula dari sisi kualitas yang terlihat dari rasio NPLs yang membaik, yaitu berada pada level 2 .
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
19 1.2.5. Sektor Lainnya
Sektor keuangan, persew aan dan jasa perusahaan pada triw ulan IV-2009 diperkirakan tumbuh melambat sebesar 4,80 yoy. Angka ini mengalami
perlambatan dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triw ulan III-2009 yang tercatat sebesar 7,62 yoy.
Selama tiga triw ulan terakhir, sektor ini cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan.
Kondisi ini diperkirakan
disebabkan oleh adanya perlambatan pada sub sektor perbankan, seperti misalnya perlambatan
pertumbuhan penyaluran kredit perbankan. Pertumbuhan kredit perbankan pada triw ulan IV-2009 tercatat sebesar 13,69
yoy, menurun cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit pada aw al tahun 2009. Perlambatan pertumbuhan kredit ini ditengarai karena pihak perbankan cukup
berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya sebagai akibat dari dampak krisis keuangan global, serta menurunnya permintaan kredit dari korporasi besar.
TABEL 1.3 PERKEM BANGAN KEGIATAN BANK RP M ILIAR
yoy qtq
Total Asset - Total 113,259
116,051 121,918
125,595
12.33 3.02
DPK - Total 90,139
92,260 93,852
97,499
13.19 3.89
Kredit - Total 79,835
82,670 85,961
90,194
13.69 4.92
Kredit MKM 61,734
64,898 67,102
70,157
14.64 4.55
LDR - Perbankan 88.57
89.61 91.59
92.51 NPL -Perbankan
4.17 3.87
3.40 2.98
IV-09 GROWTH
I N D I K A T O R I-09
II-09 III-09
Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia Keterangan: data BPR posisi November 2009 masih bersifat sementara
Namun demikian, secara umum kinerja sub sektor perbankan masih tumbuh cukup baik dan stabil. Walaupun mengalami sedikit perlambatan, beberapa indikator
kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit , LDR loan to deposit ratio
serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL non performing loans masih relatif cukup baik Tabel 1.3.
Pada periode
triw ulan IV-2009,
sektor bangunan
diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar
7,19 yoy, meningkat dibandingkan
angka pertumbuhan triw ulan III-2009 sebesar 6,66 yoy. Selama beberapa
periode, sektor bangunan cenderung tumbuh tinggi pada triw ulan IV karena didorong oleh mulai terealisirnya proyek-proyek pembangunan fisik pemerintah, misalnya
pembangunan jalan tol, pemeliharaan jalan dan beberapa bangunan sarana publik lainnya. Selain itu, pada tahun 2009 ini di w ilayah Jaw a Tengah terdapat beberapa
proyek-proyek besar yang termasuk di dalam sektor bangunan, seperti pembangunan
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
20
jalan tol, perbaikan dan pemeliharaan jalan provinsi dan jalan kabupaten serta berbagai proyek infrastruktur lainnya.
Sektor pengangkutan
dan komunikasi
pada triw ulan
IV-2009 diperkirakan
tumbuh sebesar
6,99 yoy,
meningkat dibandingkan
pertumbuhan triw ulan III-2009. Peningkatan ini disebabkan oleh banyaknya program
promosi dari berbagai operator telekomunikasi yang menyebabkan pendapatan operator meningkat. Selain itu banyaknya musim liburan di triw ulan IV-2009 turut
mendorong pertumbuhan pada sektor ini. Data yang dapat menjadi indikator
perkembangan sektor
ini adalah
kunjungan kapal
ke pelabuhan dan
jumlah penumpang pesaw at melalui bandara di Jaw a tengah. Dari data tersebut terlihat bahw a
terdapat peningkatan jumlah kapal dan kunjungan penumpang pada triw ulan IV-2009.
- 50
100 150
200 250
300 350
- 200
400 600
800 1,000
1,200 1,400
1,600 1,800
2,000
II-08 III-08
IV-08 I-09
II-09 III-09
IV-09
P e
n u
m p
a n
g P
s w
t U
d a
ra -R
ib u
a n
O ra
n g
Kunjungan Kapal-sb kiri Penumpang Pswt Udara-sb Kanan
K u
n ju
n g
an K
a p
al
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.14 Estimasi Kunjungan Kapal ke Pelabuhan di Wilayah Jaw a Tengah dan Jumlah Penumpang Pesaw at melalui Bandara di Jaw a Tengah
Sektor listrik, gas dan air LGA diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 6,57 yoy, meningkat dibandingkan pertumbuhan triw ulan III-2009
sebesar 6,57 . Peningkatan kegiatan industri diperkirakan menjadi salah satu
pendorong peningkatan sektor ini, terutama sub sektor listrik. Sementara itu sub sektor air bersih diperkirakan tumbuh stabil dibandingkan periode yang lalu, diantaranya
karena masih terpengaruh oleh efek kenaikan tarif PDAM yang berlangsung secara bertahap.
Prompt indicator dari perkembangan sektor ini diantaranya adalah
perkiraan penjualan listrik oleh PLN, sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan perkembangan sektor industri
Grafik 1.10.
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
21
BOKS TANTANGAN DAN PELUANG PENERAPAN ACFTA
Hubungan ASEAN-China telah dimulai sejak ASEAN M inisterial M eeting AM M ke- 24 pada bulan Juli 1991 di Kuala Lumpur M alaysia. Kerjasama terjalin semakin erat sejak
ditandatanganinya Deklarasi Bersama antara Kepala NegaraPemerintah ASEAN dan China dalam Kerjasama Strategis untuk Perdamaian dan Kesejahteraan dalam acara ASEAN-China
Summit ke-7 pada Oktober 2003 di Bali, Indonesia. Selanjutnya, dalam periode 2005-2010
disusun Rencana Aksi untuk menerapkan Deklarasi Bersama tersebut. Rencana Aksi tersebut berisi master plan untuk memperluas dan memperdalam hubungan kerjasama ASEAN-China
dalam kerangka memperkuat kerjasama strategis untiuk perdamaian, pembangunan dan kesejahteraan regional. ASEAN dan China telah sepakat dalam 11 hal area kerjasama yang
menjadi prioritas, yaitu energi, transportasi, budaya, kesehatan masyarakat, pariw isata, pertanian, teknologi informasi, investasi, SDM , pembangunan sungai M ekong dan
lingkungan hidup. Zona Perdagangan Bebas ASEAN-China atau ASEAN-China Free Trade Area ACFTA
telah implementasikan sejak tanggal 1 Januari 2010. ASEAN dan China menyetujui dibentuknya ACFTA melalui dua tahapan w aktu, yaitu: 1 tahun 2010 dengan melibatkan 6
negara ASEAN atau biasa disebut ASEAN-6, yang meliputi Thailand, M alaysia, Singapura, Indonesia, Filipina dan Brunei Darussalam; serta 2 tahun 2012 melibatkan 4 negara lain di
ASEAN meliputi Vietnam, Kamboja, Laos dan M yanmar. Sidang AEM ASEAN Economic M inisters M eeting ke-36 di Jakarta pada September
2004 menghasilkan kesepakatan perdagangan dalam barang dan jasa, serta pokok -pokok pemecahan sejumlah masalah yang kemudian diformalkan ke pertemuan di Laos. Dalam
rangka ACFTA, kebanyakan barang yang diperdagangkan antara Indonesia dan China implementasi penurunanpenghapusan tarifnya sebanyak 5.250 kategori produk, dilakukan
mengikuti skema dan w aktu sebagai berikut: 1. Early Harvest Program EHP yang mulai diberlakukan per 1 Januari 2004 secara
bertahap dalam kurun w aktu 3 tiga tahun, tarif bea masuknya produk yang mencakup EHP sejumlah 449 produk menjadi nol persen 0 .
2. Normal Track I, sejumlah 3.913 kategori produk dengan penurunan tarif bea masuk menjadi nol persen 0 mulai tahun 2005.
3. Normal Track II, sejumlah 490 kategori produk dengan penurunan bea masuk mulai tahun 2012.
4. SensitiveHigly sensitive sebanyak 398 kategori produk yang jumlah penurunannya masih dirundingkan lebih rinci.
M eskipun ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi krisis, namun tidak dapat dipungkiri bahw a daya saing ekonomi Indonesia masih relatif mengkhaw atirkan
dibandingkan negara-negara lain. Pengertian daya saing disini tidak hanya terbatas pada
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
22
kemampuan produk Indonesia dalam melakukan penetrasi pasar global dan hanya dikaitkan dengan permasalahan seperti pergerakan nilai tukar, rendahnya tingkat upah, disparitas
inflasi dengan negara pesaing. Berbagai permasalahan masih membayangi kemampuan kapasitas ekonomi Indonesia untuk dapat bergerak lebih cepat untuk dapat memetik
peluang yang ada. Permasalahan yang masih kita hadapi diantaranya struktur ekspor yang masih berbasis produk primer, sektor industri yang lemah daya saingnya di pasar global dan
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan domestik, serta adanya permasalahan
infrastruktur. Berdasarkan analisis Danareksa Research Institute, dengan menggunakan program Global Trade Analysis Project GTAP, akan terjadi penurunan untuk sektor
sebagaimana terlihat dalam Tabel 1 di baw ah ini.
Tabel 1. Sepuluh Sektor yang Paling Dirugikan
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
23
Secara tahunan yoy, tekanan terhadap harga-harga di Jaw a Tengah pada triw ulan IV-2009 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan dengan
triw ulan III-2009. Inflasi tahunan pada triw ulan laporan tercatat sebesar 3,32 yoy, sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi triw ulan sebelumnya sebesar 3 ,20 .
Sementara itu, apabila dihitung secara kuartalan qtq, inflasi di Jaw a Tengah pada triw ulan IV-2009 adalah sebesar 0,39 qtq, lebih rendah dibandingkan triw ulan
sebelumnya sebesar 1,87 . Sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triw ulan laporan berasal dari
kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok bahan makanan. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi penurunan laju inflasi tahunan dalam
triw ulan ini adalah kelompok transpor yang mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen IHK cukup signifikan -3,40 . Adapun penurunan inflasi kuartalan pada
triw ulan laporan disebabkan oleh penurunan IHK kelompok bahan makanan dan kelompok transpor.
Dalam triw ulan ini, inflasi kuartalan qtq di Jaw a Tengah tercatat lebih rendah dari inflasi kuartalan nasional yang tercatat sebesar 0,49 qtq. Apabila dilihat
secara tahunan yoy, inflasi Jaw a Tengah tercatat lebih tinggi dari angka inflasi nasional yang sebesar 2,78 yoy. Perkembangan ini memberi sinyal kepada
pengambil kebijakan ekonomi di Jaw a Tengah agar lebih memperhatikan stabilitas harga barang dan jasa. Sebagai perbandingan, laju inflasi Jateng dalam lima tahun
terakhir 2003-2008 selalu berada di baw ah inflasi nasional, sementara pada tahun 2009 lebih tinggi dari inflasi nasional
Tabel 2.1..
TABEL 2.1 INFLASI JAWA TENGAH DIBANDINGKAN NASIONAL
TAHUN 2003-2009
W ILAYAH 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Jateng 4,45
5,75 15,97
6,50 6,24
9,55 3,32
Nasional 5,16
6,40 17,11
6,60 6,59
11,06 2,78
Sumber: BPS
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
24
-2 2
4 6
8 10
12 14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2007
2008 2009
Jateng yoy Nasional yoy
Jateng qtq Nasional qtq
Sumber: BPS, diolah
GRAFIK 2.1. PERKEM BANGAN INFLASI TAHUNAN YOY DAN KUARTALAN QTQ
JAWA TENGAH DAN NASIONAL
M elihat perkembangan inflasi tahunan Jaw a Tengah yang lebih tinggi dari inflasi nasional tersebut, maka pengendalian inflasi di Jaw a Tengah perlu menjadi
salah satu program prioritas pemerintah daerah, Bank Indonesia dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga TPPH Provinsi Jaw a
Tengah pada tahun 2010. Dengan menjaga laju inflasi dalam level yang rendah dan stabil, diharapkan dapat memberikan kenyamanan berusaha dan dalam jangka
panjang meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok
Inflasi berdasarkan
kelompok barang
secara kuartalan
menunjukkan penurunan pada triw ulan IV-2009. Penurunan inflasi kuartalan pada triw ulan laporan
ini disebabkan oleh pen urunan permintaan masyarakat yang kembali normal pasca bulan puasa dan hari raya Lebaran, serta pasokan bahan makanan yang memadai.
Hal ini terlihat dari penyebab utama penurunan inflasi kuartalan Jaw a Tengah triw ulan ini yang berasal dari penurunan harga komoditi kelompok bahan makanan
dan kelompok transportasi.
2.1.1. Inflasi Kuartalan qtq
Secara kuartalan, kenaikan harga tertinggi pada triw ulan ini terjadi pada kelompok sandang 1,53 , diikuti oleh kelompok makanan jadi 1,18 dan
kelompok perumahan 0,99 . Adapun kelompok barang dan jasa yang memberikan andil deflasi adalah kelompok bahan makanan dan kelompok transpor masing-
masing sebesar -0,77 dan -0,31
Tabel 2.2..
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
25 TABEL 2.2.
INFLASI JAWA TENGAH KUARTALAN BERDASARKAN KELOM POK BARANG DAN JASA
SERTA SUBKELOM POK YANG M ENGALAM I INFLASI TERTINGGI PERSEN; QTQ
NO KELOM POK
Sep-08 Des-08
Sep-09 Des-09
UM UM TOTAL
2,89 0,28
1,87 0,39
1
BAHAN M AKANAN 3,24
0,07 3,94
-0,77 PADI-PADIAN, UM BI-UM BIAN DAN HASILNYA
0,40 1,31
0,93 3,82
KACANG-KACANGAN - 0,93
0,45 0,37
0,07
2
M AKANAN JADI,M INUM AN,ROKOK TEM BAKAU 4,63
0,92 2,49
1,18 TEM BAKAU DAN M INUM AN BERALKOHOL
8,78 2,41
1,84 2,61
M INUM AN YANG TIDAK BERALKOHOL 0,77
0,24 8,72
1,14
3
PERUM AHAN, AIR, LISTRIK, GAS BHN BAKAR 3,32
1,77 0,35
0,99 BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR
6,31 2,11
0,96 1,44
BIAYA TEM PAT TINGGAL 2,52
1,94 0,19
0,91
4
SANDANG 1,71
1,76 1,28
1,53 BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA
- 0,45 7,34
- 0,32 6,55
SANDANG LAKI-LAKI 3,20
0,36 1,58
0,44
5
KESEHATAN 0,81
2,56 0,16
0,65 OBAT- OBATAN
0,29 1,06
0,16 4,48
JASA KESEHATAN 0,11
5 ,86 0,12
0,00
6
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 2,66
0,84 2,27
0,01 OLAHRAGA
2,30 0,33
0,04 0,44
REKREASI 0,47
1,35 0,80
0,11
7
TRANSPOR, KOM UNIKASI JASA KEUANGAN 0,65
-3,92 1,15
-0,31 SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR
0,40 0,14
0,16 0,48
JASA KEUANGAN 6,57
0,11 0,77
0,00 Sumber : BPS, diolah
Berikut ini adalah uraian perkembangan 5 lima kelompok barang dan jasa tersebut, baik yang memberikan sumbangan inflasi maupun yang mengalami
penurunan IHK.
a. Kelompok Bahan M akanan
Kelompok bahan makanan mengalami perubahan IHK yang menurun pada triw ulan ini dibandingkan triw ulan sebelumnya. Penurunan IHK kelompok bahan
makanan terutama disebabkan oleh penurunan IHK subkelompok ikan segar - 5,33 , subkelompok daging dan hasil-hasilnya -4,21 , dan subkelompok sayur-
sayuran -3,28 . Sementara itu, subkelompok yang mengalami peningkatan IHK adalah
subkelompok padi-padian,
umbi-umbian dan
hasilnya 3,82
dan subkelompok kacang-kacangan 0,07 . Beberapa komoditi yang memberikan
sumbangan inflasi dalam kelompok bahan makanan antara lain adalah cabe merah, cabe raw it, cabe hijau, baw ang merah, dan baw ang putih. Sedangkan komoditi yang
memberikan sumbangan deflasi dalam triw ulan ini antara lain adalah minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, pisang, udang basah dan ikan mujair.
Relatif stabilnya harga bahan makanan antara lain didukung pula oleh cukupnya pasokan bahan makanan khususnya beras pada triw ulan IV-2009 di Bulog
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
IV-2009
26
yang tercatat mengalami kenaikan. Berdasarkan data Perum Bulog Divisi Regional Divre Jaw a Tengah, pengadaan stok pangan khususnya beras oleh Bulog mengalami
peningkatan. Stok bahan pangan khususnya beras yang dimiliki Bulog Jateng sampai dengan Desember 2009 mencapai lebih dari prognosa sebesar 650.000 ton, atau
cukup aman untuk memenuhi konsumsi masyarakat kelas baw ah selama 10 bulan ke depan.
Perkembangan harga komoditi dunia juga mempengaruhi harga bahan makanan, yang diketahui bahw a indeks harga komoditi dunia pada tahun 2009
cenderung lebih rendah dari tahun 2008. M eskipun pada triw ulan IV-2009 mengalami kenaikan, namun peningkatan tersebut masih belum terlalu signifikan
Grafik 2.2.. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga SPH KBI Semarang, harga
beberapa komoditi cenderung mengalami penurunan, seperti daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabe merah. Sedangkan harga beras cenderung mengalami kenaikan
yang cukup signifikan pada minggu terakhir triw ulan IV-2009
Grafik 2.3..
Sumber: IM F Sumber: IM F
GRAFIK 2.2. PERKEM BANGAN INDEKS HARGA KOM ODITI DUNIA
Sumber: SPH KBI Semarang Sumber: SPH KBI Semarang
GRAFIK 2.3. PERKEM BANGAN HARGA BEBERAPA KOM ODITI BAHAN M AKANAN
HASIL SURVEI PEM ANTAUAN HARGA SPH KBI SEM ARANG
b. Kelompok M akanan Jadi, M inuman, Rokok dan Tembakau