4.21 5.49 1.50 3.00 5.00 Analisis PDRB Sisi Penaw aran 4.21 Kelompok Bahan M akanan

K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 8 kondisi ekonomi saat ini. Sementara itu, investasi pada triw ulan ini diperkirakan juga memberikan andil yang cukup signifikan pada perekonomian Jaw a Tengah. Dari sisi penaw aran, pertumbuhan pada triw ulan ini terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restauran PHR serta sektor jasa. M asih berlanjutnya trend perbaikan permintaan luar negeri, serta banyaknya musim liburan menjadi faktor penyebab peningkatan sektor- sektor tersebut. Di sisi lain, sektor pertanian mengalami perlambatan pertumbuhan pada triw ulan ini dibandingkan triw ulan yang lalu. Hal ini disebabkan oleh adanya musim kemarau yang cukup panjang sehingga menyebabkan gangguan produksi pada beberapa w ilayah di Jaw a Tengah serta keterlambatan musim tanam. Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Jaw a Tengah M enurut JENIS PENGGUNAAN YoY, persen No Lapangan Usaha III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 Pertumbuhan Year on Year 1 Kons. Rumah Tangga 6.51 4.95 4.92 5.25 5.84 5.65 a. M akanan 2.97 2.77 2.31 2.09 1.98 2.07 b. Non M akanan 11.54 7.96 8.44 9.48 10.92 10.34 2 Kons. LNP 6.77 10.27 11.89 10.53 6.28 1.61 3 Kons. Pemerintah 8.88 8.23 7.86 8.95 11.26 12.87 4 P M T B 7.16 7.24 5.34 5.00 5.20 6.88 5 Ekspor 1.52 2.31 -10.17 -0.70 -12.13 8.43 6 Impor -12.51 13.03 -12.90 6.47 7.31 14.54 PDRB 6.39

3.94 4.21

4.53 5.49

4.71 Sumber : KBI Semarang dan BPS Provinsi Jaw a Tengah data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 Keterangan : angka sementara angka sangat sementara poyeksi KBI Semarang

1.1. Analisis PDRB Jaw a Tengah dari Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan, semua komponen permintaan agregat menunjukkan pertumbuhan positif pada triw ulan ini. Konsumsi pemerintah, investasi serta ekspor menunjukkan pertumbuhan dibandingkan triw ulan yang lalu. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang menjadi komponen terbesar PDRB mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya Tabel 1.1.

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga pada triw ulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 5,65 , sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada triw ulan III- 2009 sebesar 5,84 yoy. Perlambatan ini terutama disebabkan oleh adanya pergeseran puncak konsumsi masyarakat hari raya lebaran dan tahun ajaran baru, yaitu dari triw ulan pada tahun sebelumnya menjadi triw ulan III pada tahun 2009. Namun K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 9 secara umum, tingkat pertumbuhan pada triw ulan ini masih cukup baik, dan tumbuh positif pada tingkat yang relatif cukup tinggi pula. Indikator yang menunjukkan adanya perlambatan konsumsi rumah tangga diantaranya adalah jumlah kamar hotel yang terjual di Jaw a Tengah lihat grafik. 1.12, pembahasan sektor perdagangan, hotel dan restauran. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, terutama berasal dari banyaknya libur panjang pada periode triw ulan ini, yang menyebabkan peningkatan konsumsi masyarakat untuk kebutuhan rekreasi atau konsumsi lainnya. Selain itu, konsumsi masyarakat pada hari raya natal dan periode akhir tahun tahun baru turut pula mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Kondisi politik dan keamanan yang cukup stabil, baik di level regional maupun nasional menciptakan optimisme dan ekspektasi positif masyarakat terhadap kondisi rumah tangga, sehingga secara tidak langsung dapat pula meningkatkan konsumsi. 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 2008 2009 Indeks Keyakinan Konsumen IKK Kondisi Ekonomi Saat Ini IKE Ekspektasi Konsumen IEK Optimis Pesimis Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Kepercayaan Konsumen Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut tergambar pula dari hasil Survei Konsumen yang diselenggarakan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang sampai dengan triw ulan IV-2009. Dari grafik 1.2, terlihat bahw a indeks keyakinan konsumen IKK berada pada level yang cukup optimis optimis bila berada di atas 100 dan pesimis bila angka indeks di baw ah 100. Walaupun terlihat mengalami fluktuasi pada pertengahan triw ulan III-2009 dan triw ulan IV-2009, namun terlihat bahw a indeks hasil survei konsumen tetap menunjukkan adanya trend pertumbuhan. Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh cukup stabilnya perekonomian di level nasional, yang ditunjukkan antara lain oleh tingkat inflasi yang cukup terkendali, indeks harga saham yang meningkat, serta kurs yang cukup stabil . K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 10 Dari sisi pembiayaan, peningkatan konsumsi rumah tangga antara lain tercermin dari pertumbuhan kredit secara triw ulanan untuk jenis kredit konsumsi bank umum di Jaw a Tengah Grafik 1.3. Dari grafik tersebut terlihat bahw a kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di Jaw a Tengah mengalami peningkatan. Demikian pula dari sisi kualitas kredit, juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh menurunnya NPLs kredit non lancar kredit konsumsi di Jaw a Tengah. 5 10 15 20 25 30 35

0.00 0.50

1.00 1.50

2.00 2.50

II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 R p T r il y u n -J m l K r e d it Kredit - sb kanan NPL-sb kiri 1 2 3 4 5 2 8 - 1 2 8 - 2 2 8 - 3 2 8 - 4 2 8 - 5 2 8 - 6 2 8 - 7 2 8 - 8 2 8 - 9 2 8 - 1 2 8 - 1 1 2 8 - 1 2 2 9 - 1 2 9 - 2 2 9 - 3 2 9 - 4 2 9 - 5 2 9 - 6 2 9 - 7 2 9 - 8 2 9 - 9 2 9 - 1 2 9 - 1 1 2 9 - 1 2 R p t r il y u n Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Konsumsi, NPL Jenis Kredit Konsumsi dan Pertumbuhan qtq Kredit Konsumsi Perbankan di Wilayah Jaw a Tengah Grafik 1.4. Perkembangan Posisi Giro M ilik Pemerintah pada Bank Umum di Wilayah Jaw a Tengah Konsumsi pemerintah pada triw ulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 12,87 yoy, meningkat dibandingkan angka pertumbuhan pada triw ulan III-2009 sebesar 11,26 yoy. Hal tersebut disebabkan pada triw ulan IV- 2009 merupakan akhir masa tahun anggaran, sehingga realisasi pengeluaran pemerintah relatif cukup besar. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan program stimulus fiskal guna meminimalisir dampak krisis keuangan global. Program yang sebagian besar berw ujud program infrastruktur ini telah terealisir pada triw ulan ini, sehingga mendorong pula peningkatan pertumbuhan pengeluaran pemerintah. Pada triw ulan IV-2009, diperkirakan realisasi APBD Provinsi Jaw a Tengah mencapai 91,37 dari total anggaran belanja 2009. Dari pencapaian realisasi tersebut, sebesar 40 berasal dari realisasi belanja pemerintah pada triw ulan IV-2009. Walaupun kondisi ini terjadi pula di w ilayah lain, namun tentunya pemerintah daerah harus memiliki perencanaan yang cermat dan matang agar target belanja yang telah ditetapkan dapat terealisir secara tepat w aktu dan mempunyai multiplier effect optimal bagi perekonomian. lihat bab keuangan daerah. Salah satu indikator yang dapat dipergunakan untuk melihat perkembangan konsumsi pemerintah adalah posisi giro milik pemerintah yang disimpan pada perbankan di Jaw a Tengah. Pada Grafik 1.5 terlihat bahw a posisi K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 11 giro milik pemerintah pada triw ulan IV-2009 menunjukkan penurunan dibandingkan triw ulan sebelumnya. Penurunan tersebut merupakan indikasi adanya realisasi belanja pemerintah pada triw ulan laporan.

1.1.2. Investasi

Investasi, tercermin dari pembentukan modal tetap bruto PM TB pada triw ulan IV-200 9 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 6,88 yoy, meningkat dibandingkan dengan angka pertumbuhan investasi pada triw ulan III-2009 sebesar 5,2 yoy. Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh belanja modal pemerintah daerah di akhir tahun anggaran serta belanja modal oleh sektor sw asta, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan dunia usaha. Belanja modal pemerintah diantaranya berupa pembangunan sarana dan prasana jalan raya dan infrastruktur atau program fisik lainnya, sementara itu belanja modal sw asta terutama untuk penambahan atau perbaikan sarana pendukung produksi industri. 150 200

250 300

350 400

450 500

550 Ja n - 0 8 Fe b -0 8 M a r- 0 8 Ap r-0 8 M a y -0 8 Ju n - 0 8 Ju l- 0 8 Au g- 08 Se p- 08 Oc t- 0 8 No v- 0 8 De c -0 8 Ja n - 0 9 Fe b -0 9 M a r- 0 9 Ap r-0 9 M a y -0 9 Ju n - 09 Ju l-0 9 Au g- 09 Se p - 0 9 Oc t-0 9 No v - 09 R ib u an To n Perkembangan Konsumsi Semen Jaw a Tengah 1 2 3 4 5 6 7 8

0.00 1.00

2.00 3.00

4.00 5.00

6.00 7.00

8.00 II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 R p T r il y u n -J m l K r e d it Investasi NPL-sb kiri Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.5. Penjualan Semen di Jaw a Tengah Grafik 1.6. Perkembangan Kredit investasi di Jaw a Tengah Salah satu informasi yang dapat menjadi indikator pertumbuhan investasi diantaranya adalah pertumbuhan konsumsi semen di Jaw a Tengah, yang menunjukkan adanya tren peningkatan. Pada grafik 1.5 terlihat bahw a penjualan semen di Jaw a Tengah mengalami trend peningkatan sejak aw al tahun 2009, yang dapat menjadi indikator adanya pembangunan atau investasi baru. n Selain itu, dari sisi pembiayaan terlihat pula bahw a posisi kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan di Jaw a tengah mengalami peningkatan dari sisi nominal, dan mengalami perbaikan pula dari sisi kualitas kreditnya NPLs menurun, seperti terlihat pada grafik 1.6.

1.1.3. Perdagangan Luar Negeri

Perdagangan luar negeri ekspor-impor dan perdagangan antar pulau di w ilayah Jaw a Tengah pada triw ulan laporan diperkirakan t etap menunjukkan tren K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 12 perbaikan. Perkembangan ekspor 1 pada PDRB Jaw a Tengah triw ulan IV-2009 menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan sebesar 8,43 yoy, meningkat dibandingkan angka pertumbuhan pada triw ulan III-2009 yang mengalami kontraksi sebesar -12,03 yoy. Sementara itu impor menunjukkan pula peningkatan sebesar 14,54 yoy, atau mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triw ulan III-2009 sebesar 7,31 yoy. Pertumbuhan ekspor dalam perhitungan PDRB Jaw a Tengah ini didorong oleh peningkatan perdagangan luar negeri akibat membaiknya permintaan luar negeri, serta ditopang pula oleh peningkatan perdagangan antar pulau karena faktor musiman akhir tahun. Wilayah Jaw a Tengah merupakan salah satu penyuplai berbagai komoditas terutama hasil pertanian ke berbagai w ilayah lain di Indonesia seperti Kalimantan dan Indonesia Timur. Relatif stabilnya perdagangan antar pulau serta peningkatan perdagangan luar negeri tersebut menyebabkan ekspor Jaw a Tengah pada triw ulan ini tumbuh cukup signifikan. 100 200 300 400 500 600 Ja n 8 Fe b 8 M rt 8 A p r 8 M e i0 8 Ju n 8 Ju l 8 A gs t 8 Se p 8 O kt 8 N o v 8 D e s 8 Ja n 9 Fe b 9 M rt 9 A p r 9 M e i0 9 Ju n 9 Ju l 9 A gs t 9 Se p 9 O kt 9 N o v 9 Vol Ekspor Vol Impor Nilai Ekspor Nilai Impor Sumber : DSM Bank Indonesia Grafik 1.7. Perkembangan Ekspor Jaw a Tengah Bulanan Sementara itu berdasarkan data ekspor dan impor yang diolah dari Direktorat Statistik Ekonomi dan M oneter DSM Bank Indonesia, kinerja ekspor non migas Jaw a Tengah sampai dengan triw ulan IV-2009 data sampai dengan posisi November 2009 tetap menunjukkan adanya trend peningkatan terutama dari sisi volume. Sementara dari sisi nilai menunjukkan trend peningkatan pula w alaupun relatif melambat pertumbuhannya. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh KBI Semarang, diketahui bahw a permintaan luar negeri tetap menunjukkan peningkatan namun beberapa partner dagang luar negeri meminta negosiasi penurunan harga 1 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 13 terkait dengan kondisi krisis keuangan global. Kondisi tersebut diperkirakan merupakan penyebab trend peningkatan volume ekspor yang cukup signifikan dan tren pertumbuhan nilai ekspor yang agak melambat. Berdasarkan komoditasnya, ekspor unggulan Jaw a Tengah adalah pakaian jadi, perabot dan penerangan rumah, kayu dan barang dari kayu serta serat stafel. Komoditas-komoditas tersebut selama beberapa periode terakhir selalu menempati urutan teratas dari nilai ekspor Jaw a Tengah. Sementara itu b erdasarkan klasifikasi Harmonized System HS, komoditi impor non migas terbesar di Jaw a Tengah adalah kapas, mesin pesaw at mekanik, serta gandum . M ulai tahun 2010, dengan diimplementasikan secara penuh China Asean Free Trade Area ACFTA, atau perdagangan bebas antara ASEAN dengan China, tentunya akan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Jaw a Tengah. Saat ini, ACFTA telah memasuki fase implementasi normal track, yang berarti hampir sebagian besar komoditas perdagangan akan dibebaskan dari hambatan tariff yang sebelumnya diterapkan. Kondisi tersebut tentunya berpotensi akan memberikan dampak positif maupun negatif bagi perekonomian nasional umumnya, dan perekonomian Jaw a Tengah pada khususnya. Implikasi positif yaang mungkin timbul adalah adanya peluang untuk peningkatan komoditas ekspor yang menjadi unggulan w ilayah kita, serta dapat pula menyebabkan penurunan harga input produksi bagi sektor industri karena impor bahan baku dapat menjadi lebih murah. Namun terdapat pula potensi negatif berupa serangan produk-produk impor dengan harga yang relatif murah, tentunya ini merupakan ancaman bagi industri lokal UM KM . Tentunya kondisi tersebut merupakan tantangan dan peluang yang harus diantisipasi oleh semua pelaku ekonomi di Jaw a Tengah. Selengkapnya tentang ACFTA dapat dilihat pada boks. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari China Asean Free Trade Area dapat dilakukan beberapa langkah antisipasi seperti pengembangan UM KM yang memiliki keunggulan kompetitif, pelatihan untuk meningkatkan efisiensi produksi bagi pengusaha kecil, efisiensi birokrasi dan regulasi yang dapat meningkatkan daya saing produk lokal.

1.2. Analisis PDRB Sisi Penaw aran

Dilihat dari sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada triw ulan IV-2009 terut ama disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan negatif yang terjadi pada sektor pertanian. Sementara itu sektor ekonomi yang lain mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi dialami sektor jasa dan sektor industri pengolahan. Sedangkan berdasarkan kontribusi terhadap pertumbuhan, sektor yang memiliki sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan tetap didominasi oleh tiga sektor utama dalam perekonomian Jaw a Tengah, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restauran PHR serta sektor pertanian, w alaupun pada triw ulan K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 14 ini sektor pertanian memberikan kontribusi negatif. Ketiga sektor tersebut memiliki pangsa sekitar 70 dari total PDRB Jaw a Tengah, sehingga perubahan pada ketiga sektor tersebut menimbulkan pengaruh yang cukup signifikan pada arah PDRB Jaw a Tengah secara keseluruhan. Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Jaw a Tengah M enurut Lapangan Usaha YoY, PERSEN III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 Pertumbuhan Year on Year 1 Pert anian 7.09 13.36 9.74 4.74 7.38 -6.00 2 Pert ambangan Penggalian 5.54 5.70 4.96 5.40 3.93 7.65 3 Indust ri Pengolahan 6.39 -2.37 -2.38 1.09 1.73 7.02 4 List rik, Gas Air Bersih 4.86 4.04 2.60 6.39 6.53 6.57 5 Bangunan 6.08 8.44 7.61 6.58 6.66 7.19 6 Perdagangan, Hotel Restauran 4.95 4.26 4.57 5.82 7.39 6.61 7 Pengangkutan Komunikasi 9.65 6.67 7.11 7.35 6.41 6.99 8 Keuangan, Persew aan Jasa Pe 6.77 4.96 10.01 8.80 7.62 4.80 9 Jasa-Jasa 6.69 4.46 7.47 7.72 7.74 8.42 Total PDRB 6.39

3.94 4.21

4.53 5.49

4.71 No Lapangan Usaha Sumber : BI Semarang dan BPS Provinsi Jaw a Tengah data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 Keterangan : angka sementara angka sangat sementara proyeksi BI Semarang

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada triw ulan IV-2009 mengalami kontraksi sebesar -6 yoy, turun cukup signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triw ulan III-2009 sebesar 7,38 yoy. Kontraksi pada sektor pertanian ini disebabkan oleh kontraksi pada sub sektor tanaman bahan makanan, karena pengaruh musim. Hal tersebut karena pada pertiode triw ulan IV-2009 terjadi pola cuaca yang cukup ekstrim, yaitu musim kemarau yang terjadi relatif lebih panjang dibandingkan periode sebelumnya atau periode yang sama tahun lalu serta adanya curah hujan ekstrim di beberapa w ilayah di Jaw a Tengah. Kondisi itu menimbulkan terjadinya gangguan produksi serta menyebabkan adanya kemunduran masa tanam di beberapa w ilayah di Jaw a Tengah. Gangguan cuaca tersebut menimbulkan pula gangguan pada sub sektor perkebunan, dan sub sektor perikanan karena adanya ancaman gelombang tinggi yang menyebabkan nelayan kesulitan mencari ikan. Sebagai akibatnya, secara keseluruhan produksi sektor pertanian pada triw ulan ini mengalami penurunan. Salah satu prompt indicator produksi sektor pertanian, khususnya tanaman bahan makanan tabama, dapat terlihat dari perkiraan produksi pertanian dari Badan Pusat Statistik. Dari grafik 1.13 tersebut terlihat bahw a produksi komoditas sektor pertanian, terutama padi mengalami trend penurunan. Padi merupakan komoditas tabama yang memiliki bobot paling besar, sehingga penurunan produksi padi akan berpengaruh cukup signifikan terhadap produksi sub sektor tabama dan sektor pertanian secara keseluruhan. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 15 - 10 20 30 40 50 60 70 - 1 1 2 2 3 3 4 4 5 IV -0 7 I-0 8 II- 8 III -0 8 IV -0 8 I-0 9 II- 9 III -0 9 IV -0 9 R ib u a n T o n J u ta a n T o n Perkiraan Produksi Tabama Jawa Tengah Sb Kiri- Kacang Tanah Sb Kiri- Kacang Hijau Sb Kanan- Padi Sb Kanan- Jagung Sb Kanan- Ubi kayu Sumber : BPS, diolah Grafik 1.8. Perkiraan Produksi Tabama Jaw a Tengah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang strategis bagi perekonomian Jaw a Tengah. Selain memiliki pangsa yang cukup besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto PDRB Jaw a Tengah, sektor pertanian merupakan sektor ekonomi dengan jumlah tenaga kerja terbesar di Jaw a Tengah. Namun demikian, sektor ini cenderung tumbuh relatif stagnan, bahkan dalam beberapa periode mengalami trend perlambatan pertumbuhan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia Semarang beberapa w aktu yang lalu, terdapat beberapa hambatan dalam pengembangan sektor ini seperti sarana dan prasarana pendukung pertanian yang kurang terpelihara, menurunnya minat untuk bekerja di sektor pertanian, serta persepsi bahw a sektor ini merupakan sektor yang memiliki resiko yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan langkah-langkah yang komprehensif antar berbagai pihak dan instansi untuk mengembangkan sektor ini. Kebijakan yang dapat diambil untuk pengembangan dan akselerasi sektor pertanian misalnya adalah koordinasi antar kabupaten kota dalam pengembangan sarana dan prasarana pertanian, seperti saluran irigasi, w aduk dan lain-lain. Selain itu dapat pula diberikan insentif keringanan pajak daerah atas lahan yang dipertahankan sebagai lahan lestari, sehingga mengurangi ancaman alih fungsi lahan pertanian. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 16 1.2.2. Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri pengolahan pada triw ulan IV-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 7,02 yoy. Angka ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya 1,73 yoy. Hal ini dikarenakan adanya trend pulihnya permintaan luar negeri serta peningkatan yang cukup signifikan pada permintaan domestik. Selain itu, tingginya angka pertumbuhan di sektor ini juga disebabkan oleh base effect , yaitu pertumbuhan pada triw ulan IV-2008 yang mengalami kontraksi cukup tajam sebesar -12,37 yoy, sehingga mengakibatkan angka pertumbuhan pada triw ulan ini menjadi tinggi. Hasil liaison yang dilakukan pada beberapa industri di Jaw a Tengah terutama industri TPT, menunjukkan bahw a kapasitas produksi secara umum mengalami peningkatan, terutama dari sisi volume. Selain itu permintaan domestik menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan pula , diperkirakan terkait dengan faktor hari raya di akhir triw ulan III serta berakhirnya tahun anggaran. Salah satu prompt indicator dari perkembangan sektor industri adalah perkembangan produksi industri pengolahan minyak di Jaw a Tengah Grafik 1.14. Produksi pengolahan minyak terlihat mengalami trend peningkatan rebound, terutama pada produksi solar dan premium, yang dapat menjadi salah satu indikasi peningkatan aktivitas pada sektor industri. - 100

200 300

400 500

600 700

800 900 1,000 - 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 R ib u a n K L R ib u a n K L LPG Premium Solar Kerosin Perkiraan Penjualan Listrik PLN Jutaan KwH 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 I- 7 II- 7 III -0 7 IV -0 7 I- 8 II- 8 III -0 8 IV -0 8 I- 9 II- 9 III -0 9 IV -0 9 Sumber : BPS Provinsi Jaw a Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jaw a Tengah, diolah Grafik 1.9 Perkiraan Produksi Industri Pengolahan M inyak di Jaw a Tengah Grafik 1.10 Prakiraan Penjualan Listrik PLN di Jaw a Tengah Prompt indicator lain dari perkembangan sektor industri pengolahan adalah perkiraan penjualan listrik di Jaw a Tengah. Data perkiraan penjualan listrik dari PLN Jaw a Tengah menunjukkan trend peningkatan pada triw ulan ini. Listrik merupakan salah satu input utama yang dipergunakan oleh sebagian besar industri di Jaw a Tengah. Sehingga dengan adanya trend peningkatan penjualan listrik tersebut merupakan indikasi pula adanya perkembangan positif pada sektor industri. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 17 Sektor industri adalah sektor yang cukup penting pula dalam perekonomian Jaw a Tengah, karena selain memiliki pangsa terbesar dalam PDRB Jaw a Tengah, sektor industri juga memiliki peran yang cukup signifikan dalam penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk melakukan akselerasi laju pertumbuhan perekonomian, perlu diberikan perhatian khusus terhadap pengembangan sektor ini. Beberapa kebijakan yang pro pengembangan industri diantaranya terkait dengan kebijakan investasi dan retribusi atau pungutan terhadap dunia usaha. Kebijakan lain yang diterapkan adalah terkait dengan kemudahan investasi dan retribusi. Contoh riil kebijakan yang dapat diambil diantaranya adalah insentif untuk realisasi komitmen investasi, insentif untuk rekrutmen tenaga kerja baru dan insentif lain untuk kegiatan perusahaan yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar khususnya dan perekonomian daerah pada umumnya. Insentif yang diberikan misalnya berupa pengurangan retribusi atau pajak daerah, atau kemudahan l.ain bagi dunia usaha dan industri.

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran PHR

Pada triw ulan IV-2009 sektor PHR diperkirakan tumbuh sebesar 6,61 yoy, sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triw ulan III- 2009 yang tercatat sebesar 7,39 yoy. Perlambatan ini terutama disebabkan oleh karena faktor seasonal, dimana puncak kegiatan sektor ini terjadi pada triw ulan yang lalu karena pergeseran hari raya lebaran pada triw ulan III-2009 serta didorong pula oleh periode ajaran baru pada triw ulan yang sama. Namun apabila dilihat dari angka pertumbuhan yang terjadi, sektor PHR pada triw ulan ini relatif tumbuh cukup baik, yang ditopang terutama oleh banyaknya musim liburan yang mendorong berjalannya kegiatan di sektor ini. Prompt indicator dari perkembangan sektor ini dapat dilihat dari hasil Survei Perdagangan Eceran dan perkiraan jumlah kamar hotel yang terjual di w ilayah Jaw a Tengah pada triw ulan IV-2009. Indeks Perdagangan Eceran hasil Survei Perdagangan Eceran yang dilakukan di beberapa pusat perbelanjaan di Semarang menunjukkan bahw a perkembangan indeks perdagangan eceran relatif masih baik, namun terlihat adanya trend penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi tersebut menjelaskan adanya perlambatan pada sektor PHR di triw ulan ini. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 18 10 20 30 40 50 60 70 80 90 50 100 150 200

250 300

350 J a n F e b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g t S e p O k t N o p D e s J a n F e b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g u st S e p O k t N o p D e s 2008 2009 Bhn makanan Makanan Jadi Sandang Pendidikan dll Transpor Kom Total- sb kanan - 100

200 300

400 500

600 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 R ib u a n m a la m k a m a r t e r ju a l Sumber : SPE Bank Indonesia Semarang Sumber : BPS, diolah Grafik 1.11. Perkembangan Indeks Riil Penjualan Eceran Grafik 1.12. Perkiraan Penjualan Kamar Hotel di Jaw a Tengah

1.2.4. Sektor Jasa

Sektor jasa-jasa pada triw ulan ini diperkirakan tumbuh sebesar 8,42 yoy, meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triw ulan III-2009 yang tercatat sebesar 7,74 yoy. Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh perkembangan sub sektor jasa pemerintahan terutama belanja pemerintah daerah terkait dengan periode akhir tahun anggaran. Sementara itu untuk sub sektor jasa sw asta diperkirakan tumbuh relatif stabil. 1 2 3 4 5

0.0 1.0

2.0 3.0

4.0 5.0

6.0 7.0

8.0 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 N o m in al K re d it -R p T ri ly u n Nominal Kredit NPL Grafik 1.13 Perkembangan Penyaluran Kredit Sekt or Jasa oleh Bank Umum Di Jaw a Tengah Salah satu prompt indicator pertumbuhan sektor ini dapat dilihat dari perkembangan kredit sektor jasa oleh perbankan di Jaw a Tengah. Dari grafik 1.13 terlihat bahw a penyaluran kredit jasa mengalami peningkatan dari sisi nominal dan mengalami perbaikan pula dari sisi kualitas yang terlihat dari rasio NPLs yang membaik, yaitu berada pada level 2 . K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 19 1.2.5. Sektor Lainnya Sektor keuangan, persew aan dan jasa perusahaan pada triw ulan IV-2009 diperkirakan tumbuh melambat sebesar 4,80 yoy. Angka ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triw ulan III-2009 yang tercatat sebesar 7,62 yoy. Selama tiga triw ulan terakhir, sektor ini cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan. Kondisi ini diperkirakan disebabkan oleh adanya perlambatan pada sub sektor perbankan, seperti misalnya perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan. Pertumbuhan kredit perbankan pada triw ulan IV-2009 tercatat sebesar 13,69 yoy, menurun cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit pada aw al tahun 2009. Perlambatan pertumbuhan kredit ini ditengarai karena pihak perbankan cukup berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya sebagai akibat dari dampak krisis keuangan global, serta menurunnya permintaan kredit dari korporasi besar. TABEL 1.3 PERKEM BANGAN KEGIATAN BANK RP M ILIAR yoy qtq Total Asset - Total 113,259 116,051 121,918 125,595 12.33 3.02 DPK - Total 90,139 92,260 93,852 97,499 13.19 3.89 Kredit - Total 79,835 82,670 85,961 90,194 13.69 4.92 Kredit MKM 61,734 64,898 67,102 70,157 14.64 4.55 LDR - Perbankan 88.57

89.61 91.59

92.51 NPL -Perbankan 4.17 3.87 3.40 2.98 IV-09 GROWTH I N D I K A T O R I-09 II-09 III-09 Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia Keterangan: data BPR posisi November 2009 masih bersifat sementara Namun demikian, secara umum kinerja sub sektor perbankan masih tumbuh cukup baik dan stabil. Walaupun mengalami sedikit perlambatan, beberapa indikator kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit , LDR loan to deposit ratio serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL non performing loans masih relatif cukup baik Tabel 1.3. Pada periode triw ulan IV-2009, sektor bangunan diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 7,19 yoy, meningkat dibandingkan angka pertumbuhan triw ulan III-2009 sebesar 6,66 yoy. Selama beberapa periode, sektor bangunan cenderung tumbuh tinggi pada triw ulan IV karena didorong oleh mulai terealisirnya proyek-proyek pembangunan fisik pemerintah, misalnya pembangunan jalan tol, pemeliharaan jalan dan beberapa bangunan sarana publik lainnya. Selain itu, pada tahun 2009 ini di w ilayah Jaw a Tengah terdapat beberapa proyek-proyek besar yang termasuk di dalam sektor bangunan, seperti pembangunan K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 20 jalan tol, perbaikan dan pemeliharaan jalan provinsi dan jalan kabupaten serta berbagai proyek infrastruktur lainnya. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triw ulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 6,99 yoy, meningkat dibandingkan pertumbuhan triw ulan III-2009. Peningkatan ini disebabkan oleh banyaknya program promosi dari berbagai operator telekomunikasi yang menyebabkan pendapatan operator meningkat. Selain itu banyaknya musim liburan di triw ulan IV-2009 turut mendorong pertumbuhan pada sektor ini. Data yang dapat menjadi indikator perkembangan sektor ini adalah kunjungan kapal ke pelabuhan dan jumlah penumpang pesaw at melalui bandara di Jaw a tengah. Dari data tersebut terlihat bahw a terdapat peningkatan jumlah kapal dan kunjungan penumpang pada triw ulan IV-2009. - 50 100 150 200 250 300 350 - 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 P e n u m p a n g P s w t U d a ra -R ib u a n O ra n g Kunjungan Kapal-sb kiri Penumpang Pswt Udara-sb Kanan K u n ju n g an K a p al Sumber : BPS, diolah Grafik 1.14 Estimasi Kunjungan Kapal ke Pelabuhan di Wilayah Jaw a Tengah dan Jumlah Penumpang Pesaw at melalui Bandara di Jaw a Tengah Sektor listrik, gas dan air LGA diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 6,57 yoy, meningkat dibandingkan pertumbuhan triw ulan III-2009 sebesar 6,57 . Peningkatan kegiatan industri diperkirakan menjadi salah satu pendorong peningkatan sektor ini, terutama sub sektor listrik. Sementara itu sub sektor air bersih diperkirakan tumbuh stabil dibandingkan periode yang lalu, diantaranya karena masih terpengaruh oleh efek kenaikan tarif PDAM yang berlangsung secara bertahap. Prompt indicator dari perkembangan sektor ini diantaranya adalah perkiraan penjualan listrik oleh PLN, sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan perkembangan sektor industri Grafik 1.10.  K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 21 BOKS TANTANGAN DAN PELUANG PENERAPAN ACFTA Hubungan ASEAN-China telah dimulai sejak ASEAN M inisterial M eeting AM M ke- 24 pada bulan Juli 1991 di Kuala Lumpur M alaysia. Kerjasama terjalin semakin erat sejak ditandatanganinya Deklarasi Bersama antara Kepala NegaraPemerintah ASEAN dan China dalam Kerjasama Strategis untuk Perdamaian dan Kesejahteraan dalam acara ASEAN-China Summit ke-7 pada Oktober 2003 di Bali, Indonesia. Selanjutnya, dalam periode 2005-2010 disusun Rencana Aksi untuk menerapkan Deklarasi Bersama tersebut. Rencana Aksi tersebut berisi master plan untuk memperluas dan memperdalam hubungan kerjasama ASEAN-China dalam kerangka memperkuat kerjasama strategis untiuk perdamaian, pembangunan dan kesejahteraan regional. ASEAN dan China telah sepakat dalam 11 hal area kerjasama yang menjadi prioritas, yaitu energi, transportasi, budaya, kesehatan masyarakat, pariw isata, pertanian, teknologi informasi, investasi, SDM , pembangunan sungai M ekong dan lingkungan hidup. Zona Perdagangan Bebas ASEAN-China atau ASEAN-China Free Trade Area ACFTA telah implementasikan sejak tanggal 1 Januari 2010. ASEAN dan China menyetujui dibentuknya ACFTA melalui dua tahapan w aktu, yaitu: 1 tahun 2010 dengan melibatkan 6 negara ASEAN atau biasa disebut ASEAN-6, yang meliputi Thailand, M alaysia, Singapura, Indonesia, Filipina dan Brunei Darussalam; serta 2 tahun 2012 melibatkan 4 negara lain di ASEAN meliputi Vietnam, Kamboja, Laos dan M yanmar. Sidang AEM ASEAN Economic M inisters M eeting ke-36 di Jakarta pada September 2004 menghasilkan kesepakatan perdagangan dalam barang dan jasa, serta pokok -pokok pemecahan sejumlah masalah yang kemudian diformalkan ke pertemuan di Laos. Dalam rangka ACFTA, kebanyakan barang yang diperdagangkan antara Indonesia dan China implementasi penurunanpenghapusan tarifnya sebanyak 5.250 kategori produk, dilakukan mengikuti skema dan w aktu sebagai berikut: 1. Early Harvest Program EHP yang mulai diberlakukan per 1 Januari 2004 secara bertahap dalam kurun w aktu 3 tiga tahun, tarif bea masuknya produk yang mencakup EHP sejumlah 449 produk menjadi nol persen 0 . 2. Normal Track I, sejumlah 3.913 kategori produk dengan penurunan tarif bea masuk menjadi nol persen 0 mulai tahun 2005. 3. Normal Track II, sejumlah 490 kategori produk dengan penurunan bea masuk mulai tahun 2012. 4. SensitiveHigly sensitive sebanyak 398 kategori produk yang jumlah penurunannya masih dirundingkan lebih rinci. M eskipun ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi krisis, namun tidak dapat dipungkiri bahw a daya saing ekonomi Indonesia masih relatif mengkhaw atirkan dibandingkan negara-negara lain. Pengertian daya saing disini tidak hanya terbatas pada K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 22 kemampuan produk Indonesia dalam melakukan penetrasi pasar global dan hanya dikaitkan dengan permasalahan seperti pergerakan nilai tukar, rendahnya tingkat upah, disparitas inflasi dengan negara pesaing. Berbagai permasalahan masih membayangi kemampuan kapasitas ekonomi Indonesia untuk dapat bergerak lebih cepat untuk dapat memetik peluang yang ada. Permasalahan yang masih kita hadapi diantaranya struktur ekspor yang masih berbasis produk primer, sektor industri yang lemah daya saingnya di pasar global dan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan domestik, serta adanya permasalahan infrastruktur. Berdasarkan analisis Danareksa Research Institute, dengan menggunakan program Global Trade Analysis Project GTAP, akan terjadi penurunan untuk sektor sebagaimana terlihat dalam Tabel 1 di baw ah ini. Tabel 1. Sepuluh Sektor yang Paling Dirugikan  K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 23 Secara tahunan yoy, tekanan terhadap harga-harga di Jaw a Tengah pada triw ulan IV-2009 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan dengan triw ulan III-2009. Inflasi tahunan pada triw ulan laporan tercatat sebesar 3,32 yoy, sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi triw ulan sebelumnya sebesar 3 ,20 . Sementara itu, apabila dihitung secara kuartalan qtq, inflasi di Jaw a Tengah pada triw ulan IV-2009 adalah sebesar 0,39 qtq, lebih rendah dibandingkan triw ulan sebelumnya sebesar 1,87 . Sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triw ulan laporan berasal dari kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok bahan makanan. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi penurunan laju inflasi tahunan dalam triw ulan ini adalah kelompok transpor yang mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen IHK cukup signifikan -3,40 . Adapun penurunan inflasi kuartalan pada triw ulan laporan disebabkan oleh penurunan IHK kelompok bahan makanan dan kelompok transpor. Dalam triw ulan ini, inflasi kuartalan qtq di Jaw a Tengah tercatat lebih rendah dari inflasi kuartalan nasional yang tercatat sebesar 0,49 qtq. Apabila dilihat secara tahunan yoy, inflasi Jaw a Tengah tercatat lebih tinggi dari angka inflasi nasional yang sebesar 2,78 yoy. Perkembangan ini memberi sinyal kepada pengambil kebijakan ekonomi di Jaw a Tengah agar lebih memperhatikan stabilitas harga barang dan jasa. Sebagai perbandingan, laju inflasi Jateng dalam lima tahun terakhir 2003-2008 selalu berada di baw ah inflasi nasional, sementara pada tahun 2009 lebih tinggi dari inflasi nasional Tabel 2.1.. TABEL 2.1 INFLASI JAWA TENGAH DIBANDINGKAN NASIONAL TAHUN 2003-2009 W ILAYAH 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jateng 4,45 5,75 15,97 6,50 6,24 9,55 3,32 Nasional 5,16 6,40 17,11 6,60 6,59 11,06 2,78 Sumber: BPS K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 24 -2 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2007 2008 2009 Jateng yoy Nasional yoy Jateng qtq Nasional qtq Sumber: BPS, diolah GRAFIK 2.1. PERKEM BANGAN INFLASI TAHUNAN YOY DAN KUARTALAN QTQ JAWA TENGAH DAN NASIONAL M elihat perkembangan inflasi tahunan Jaw a Tengah yang lebih tinggi dari inflasi nasional tersebut, maka pengendalian inflasi di Jaw a Tengah perlu menjadi salah satu program prioritas pemerintah daerah, Bank Indonesia dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga TPPH Provinsi Jaw a Tengah pada tahun 2010. Dengan menjaga laju inflasi dalam level yang rendah dan stabil, diharapkan dapat memberikan kenyamanan berusaha dan dalam jangka panjang meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok

Inflasi berdasarkan kelompok barang secara kuartalan menunjukkan penurunan pada triw ulan IV-2009. Penurunan inflasi kuartalan pada triw ulan laporan ini disebabkan oleh pen urunan permintaan masyarakat yang kembali normal pasca bulan puasa dan hari raya Lebaran, serta pasokan bahan makanan yang memadai. Hal ini terlihat dari penyebab utama penurunan inflasi kuartalan Jaw a Tengah triw ulan ini yang berasal dari penurunan harga komoditi kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi.

2.1.1. Inflasi Kuartalan qtq

Secara kuartalan, kenaikan harga tertinggi pada triw ulan ini terjadi pada kelompok sandang 1,53 , diikuti oleh kelompok makanan jadi 1,18 dan kelompok perumahan 0,99 . Adapun kelompok barang dan jasa yang memberikan andil deflasi adalah kelompok bahan makanan dan kelompok transpor masing- masing sebesar -0,77 dan -0,31 Tabel 2.2.. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 25 TABEL 2.2. INFLASI JAWA TENGAH KUARTALAN BERDASARKAN KELOM POK BARANG DAN JASA SERTA SUBKELOM POK YANG M ENGALAM I INFLASI TERTINGGI PERSEN; QTQ NO KELOM POK Sep-08 Des-08 Sep-09 Des-09 UM UM TOTAL 2,89 0,28 1,87 0,39 1 BAHAN M AKANAN 3,24 0,07 3,94 -0,77 PADI-PADIAN, UM BI-UM BIAN DAN HASILNYA 0,40 1,31 0,93 3,82 KACANG-KACANGAN - 0,93 0,45 0,37 0,07 2 M AKANAN JADI,M INUM AN,ROKOK TEM BAKAU 4,63 0,92 2,49 1,18 TEM BAKAU DAN M INUM AN BERALKOHOL 8,78 2,41 1,84 2,61 M INUM AN YANG TIDAK BERALKOHOL 0,77 0,24 8,72 1,14 3 PERUM AHAN, AIR, LISTRIK, GAS BHN BAKAR 3,32 1,77 0,35 0,99 BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 6,31 2,11 0,96 1,44 BIAYA TEM PAT TINGGAL 2,52 1,94 0,19 0,91 4 SANDANG 1,71 1,76 1,28 1,53 BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA - 0,45 7,34 - 0,32 6,55 SANDANG LAKI-LAKI 3,20 0,36 1,58 0,44 5 KESEHATAN 0,81 2,56 0,16 0,65 OBAT- OBATAN 0,29 1,06 0,16 4,48 JASA KESEHATAN 0,11 5 ,86 0,12 0,00 6 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 2,66 0,84 2,27 0,01 OLAHRAGA 2,30 0,33 0,04 0,44 REKREASI 0,47 1,35 0,80 0,11 7 TRANSPOR, KOM UNIKASI JASA KEUANGAN 0,65 -3,92 1,15 -0,31 SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 0,40 0,14 0,16 0,48 JASA KEUANGAN 6,57 0,11 0,77 0,00 Sumber : BPS, diolah Berikut ini adalah uraian perkembangan 5 lima kelompok barang dan jasa tersebut, baik yang memberikan sumbangan inflasi maupun yang mengalami penurunan IHK.

a. Kelompok Bahan M akanan

Kelompok bahan makanan mengalami perubahan IHK yang menurun pada triw ulan ini dibandingkan triw ulan sebelumnya. Penurunan IHK kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh penurunan IHK subkelompok ikan segar - 5,33 , subkelompok daging dan hasil-hasilnya -4,21 , dan subkelompok sayur- sayuran -3,28 . Sementara itu, subkelompok yang mengalami peningkatan IHK adalah subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya 3,82 dan subkelompok kacang-kacangan 0,07 . Beberapa komoditi yang memberikan sumbangan inflasi dalam kelompok bahan makanan antara lain adalah cabe merah, cabe raw it, cabe hijau, baw ang merah, dan baw ang putih. Sedangkan komoditi yang memberikan sumbangan deflasi dalam triw ulan ini antara lain adalah minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, pisang, udang basah dan ikan mujair. Relatif stabilnya harga bahan makanan antara lain didukung pula oleh cukupnya pasokan bahan makanan khususnya beras pada triw ulan IV-2009 di Bulog K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN IV-2009 26 yang tercatat mengalami kenaikan. Berdasarkan data Perum Bulog Divisi Regional Divre Jaw a Tengah, pengadaan stok pangan khususnya beras oleh Bulog mengalami peningkatan. Stok bahan pangan khususnya beras yang dimiliki Bulog Jateng sampai dengan Desember 2009 mencapai lebih dari prognosa sebesar 650.000 ton, atau cukup aman untuk memenuhi konsumsi masyarakat kelas baw ah selama 10 bulan ke depan. Perkembangan harga komoditi dunia juga mempengaruhi harga bahan makanan, yang diketahui bahw a indeks harga komoditi dunia pada tahun 2009 cenderung lebih rendah dari tahun 2008. M eskipun pada triw ulan IV-2009 mengalami kenaikan, namun peningkatan tersebut masih belum terlalu signifikan Grafik 2.2.. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga SPH KBI Semarang, harga beberapa komoditi cenderung mengalami penurunan, seperti daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabe merah. Sedangkan harga beras cenderung mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada minggu terakhir triw ulan IV-2009 Grafik 2.3.. Sumber: IM F Sumber: IM F GRAFIK 2.2. PERKEM BANGAN INDEKS HARGA KOM ODITI DUNIA Sumber: SPH KBI Semarang Sumber: SPH KBI Semarang GRAFIK 2.3. PERKEM BANGAN HARGA BEBERAPA KOM ODITI BAHAN M AKANAN HASIL SURVEI PEM ANTAUAN HARGA SPH KBI SEM ARANG

b. Kelompok M akanan Jadi, M inuman, Rokok dan Tembakau