Tabel 3.1. Dasar Perbandingan Kriteria Intensitas
Pentingnya Definisi
Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbangnya sama
besar pada sifat itu.
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting
ketimbang lainnya Pengalaman dan
pertimbangan sedikit menyokong satu elemen
atas lainnya.
5 Elemen yang satu essensial atau sangat
penting ketimbang elemen lainnya Pengalaman dan
pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen
atas elemen lainnya.
7 Satu elemen jelas lebih penting dari
elemen lain Satu elemen dengan kuat
disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting
ketimbang elemen lainnya. Bukti yang menyokong
elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan
berdekatan Kompromi diperlukan
antara dua pertimbangan. Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas
j, maka j mempunyai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
3.7.3. Synthesis Of Priority
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigenvector-nya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap
tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hierarki. Pengurutan
elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
Universitas Sumatera Utara
3.7.4. Logical Consistency
AHP didasarkan pada pairwise comparison yang digunakan para pengambil keputusan untuk menentukan preferensi antara alternatif-alternatif keputusan untuk
kriteria yang berbeda. Prosedur normal AHP untuk membuat komparasi pasangan ini adalah : para pewawancara membuat skala preferensi verbal dari para pengambil
keputusan itu. Namun, bila para pengambil keputusan harus membuat perbandingan yang cukup banyak tiga atau lebih, ia dapat saja kehilangan telusuran tentang respon
sebelumnya. Oleh karena AHP dibuat berdasarkan respon-respon ini, adalah penting sekali untuk menjaga agar respon tersebut absah valid serta konsisten. Artinya,
preferensi yang diberikannya pada suatu set komparasi pasangan haruslah konsisten dengan set komparasi lainnya.
Ketidakkonsistenan ini bisa saja menyusup ke dalam AHP jika para pengambil keputusan diminta untuk membuat respon verbal untuk komparasi pasangan yang
banyak. Secara umum memang hal ini tidak menjadi masalah yang serius; sampai batas tertentu sedikit inkonsistensi dapat saja terjadi. Namun, kita perlu menghitung sebuah
indeks konsistensi yang mengukur derajat ketidakkonsistenan pada komparasi pasangan ini.
Indikator konsistensi diukur melalui Consistency Index CI yang dirumuskan :
1 −
− =
n n
maks CI
λ
Keterangan : n
= jumlah item yang dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
λ
maks
= harga rata-rata yang dihitung sebelumnya Jika CI = 0 maka pengambil keputusan adalah konsisten sempurna
Pertanyaan berikutnya adalah seberapa jauh ketidak konsistenan tersebut dapat diterima. Untuk ini, bandingkan CI dengan indeks random yakni indeks konsistensi dari
matriks komparasi pasangan secara random. Harga RI ditunjukkan pada tabel 3.2. Jadi derajat konsistensi untuk komparasi pasangan pada matriks kriteria
keputusan pada contoh terdahulu dihitung dengan rasio CI terhadap RI : CR = CI RI
Keterangan : CR : Consistency Ratio
CI : Consistency Index RI : Random Consistency Index
Secara umum, derajat konsistensi cukup memuaskan bila :
CI RI 0,10 Tabel 3.2. Harga Random Index
n 2
3 4
5 6
7 8
9 10
RI 0,58
0,90 1,12
1,24 1,32
1,41 1,45
1,51 3.8.
Penentuan Prioritas Kriteria
Pada dasarnya suatu model hirarki dari masalah sosial dimulai dari suatu fokus atau tujuan menyeluruh turun kepada kriteria dan bahkan mungkin turun sampai ke sub-
kriteria yang pada akhirnya kepada alternatif-alternatif di mana pilihan akan dibuat dan ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
Misalkan tersedia empat kriteria 1, 2, 3, dan 4. Metode AHP dapat digunakan untuk mengurutkan prioritas keempat pilihan dengan kriteria itu. Pertanyaan yang harus
diajukan untuk keperluan dalam menyusun matriks komparasi pasangan adalah: Berapa kali kriteria no. 1 lebih penting dibanding kriteria no 2, 3 dan 4? Jawaban ini akan
mengisi elemen matriks. Misalnya kriteria no. 3 itu 3 kali lebih disukai dibanding kriteria no. 1 maka angka 3 akan mengisi posisi 3,1 dan berdasarkan aksioma
reciprocal angka 13 = 0.3333 dengan sendirinya akan mengisi posisi transpose yaitu posisi 1,3. Sebagai contoh diperoleh matriks komparasi pasangan pada tabel 3.3.
berikut:
Tabel 3.3. Matriks Perbandingan Kriteria Kriteria
1 2
3 4
1 1
1 0.3333
1 2
1 1
0.3333 1
3 3
3 1
1 4
1 1
1 1
Langkah berikutnya pada AHP ialah membuat prioritas alternatif keputusan di antara masing-masing kriteria yang ada. Langkah ini di dalam AHP disebut langkah
sintesisasi synthesization. Disini akan digunakan metode aproksimasipendekatan approximation untuk melakukan sintesisasi ini yang dapat menghasilkan estimasi
angka preferensi yang cukup baik untuk masing-masing keputusan di dalam masing- masing kriteria.
Universitas Sumatera Utara
Pertama, menjumlahkan semua nilai-nilai di setiap kolom matriks banding berpasangan dari penilaian 1 kuisioner yang ada dengan menggunakan rata-rata
geometrik. Maka rata-rata geometriknya adalah:
1 1
=
Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka diperoleh rata-rata pembobotan untuk masing-masing elemen yang ditunjukkan dalam Tabel 3.4 dibawah
ini.
Tabel 3.4. Rata-Rata Pembobotan
Kriteria 1
2 3
4 1
1 1
0.5774 1
2 1
1 0.5774
1 3
1.7321 1.7321
1 1
4 1
1 1
1 Total
4.7321 4.7321
3.1547 4
Dari hasil penjumlahan matrik banding berpasangan untuk tiap elemen, unsur dan produk di atas, selanjutnya dihitung matriks normalisasi dengan cara membagi masing-
masing angka di setiap kolom dengan jumlah kolom masing-masing dan dilanjutkan dengan menghitung nilai rata-rata di masing-masing baris sebagai bobot parsial.
Sebagai contoh, perhitungan normalisasi untuk: •
Kriteria 1 dengan Kriteria 1 ; 14.7321 = 0.2113 •
Kriteria 1 dengan Kriteria 2; 14.7321 = 0.2113
Universitas Sumatera Utara
• Kriteria 1 dengan Kriteria 3; 0.57743.1547 = 0.1830
• Kriteria 1 dengan Kriteria 4; 1 4 = 0.2500
Kemudian diambil rata-rata entri sepanjang baris adalah sebagai berikut: •
Baris pertama, rata-rata = 0.2113+0.2113+0.1830+0.25004 = 0.2139
Tabel 3.5. Matrik Normalisasi dan Rata-Rata Baris untuk Elemen Level 2
Kriteria 1
2 3
4 Rata- rata
1 0.2113
0.2113 0.1830
0.2500 0.2139
2 0.2113
0.2113 0.1830
0.2500 0.2139
3 0.3661
0.3661 0.3170
0.2500 0.3248
4 0.2113
0.2113 0.3170
0.2500 0.2474
Total 1.0000
1.0000 1.0000
1.0000 1.0000
Kemudian dihitung konsistensi ratio, di mana perhitungan konsistensinya adalah sebagai berikut :
=
×
1.00000 1.31319
0.86274 0.86274
0.2474 0.3248
0.2139 0.2139
1 1
1 1
1 1
7321 .
1 7321
. 1
1 5774
. 1
1 1
5774 .
1 1
Setelah diperoleh perhitungan konsistensinya, dilakukan perhitungan consistency vector sebagai berikut:
=
4.0419 4.0436
4.0331 4.0331
2474 1.000000.
.3248 1.313190.
.2139 0.862740.
.2139 0.862740.
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata dari keempat entri dalam kolom terakhir, adalah:
4.0379 4
0419 .
4 0436
. 4
0331 .
4 0331
. 4
= +
+ +
= maks
λ
n adalah jumlah orde matrik, pada kasus ini adalah matriks berorde 4, maka Consistency Indexnya adalah :
0.01264 1
4 4
4.0379 1
= −
− =
− −
= n
n maks
CI
λ
Langkah selanjutnya adalah menghitung Consistensi Ratio CR, dimana Random Index RI dengan n = 4 adalah 0.90 diperoleh dari tabel random index,
maka nilai CR adalah CR = 0.01264 0.90 = 0.01404
Ini menunjukan bahwa konsistensi baik, karena nilai CR
1 ,
≤
. Maka dapat disimpulkan bahwa responden konsisten terhadap jawabannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Putra Tunas Megah yang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi dalam pembuatan mesin-mesin
untuk pabrik kelapa sawit. Produk yang dihasilkan berupa mesin-mesin dalam pembuatan minyak kelapa sawit. Perusahaan berlokasi di Jalan MG. Manurung I No. 8
Medan – Tanjung Morawa, Indonesia.
4.2. Rancangan Penelitian
Langkah- langkah yang dilakukan selama penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Melakukan studi perusahaan serta pengidentifikasian visi, misi, nilai dasar dan strategi perusahaan melalui proses wawancara dengan pihak perusahaan.
2. Merumuskan sasaran strategis dan menentukan Key Performance Indicator KPI
untuk tiap sasaran strategis dalam perspektif Balanced Scorecard. 3.
Melakukan pengukuran kinerja berdasarkan KPI untuk tiap perspektif dalam skema Balanced Scorecard.
4. Membuat Kuisioner perbandingan berpasangan pairwise comparison terhadap
sasaran strategis dan KPI untuk mengetahui bobot kepentingannya.
Universitas Sumatera Utara