Karakterisasi Ekstrak Etanol 96 Kulit Batang Nangka

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sensitif dan kuantitatif, dimana kenaikan kadar yang kecil dapat memberikan peningkatan absorbansi yang signifikan Handayani, 2011. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan menggunakan larutan standar asam galat dengan konsentrasi 40 µgml dengan larutan blanko aquadest. Hasil pengukuran menunjukkan puncak serapan pada panjang gelombang 755 nm. Menurut literatur, panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur kadar polifenol dengan menggunakan metode Folin Ciocalteau adalah 760 nm Ratnayani, 2012. Perbedaan hasil panjang gelombang yang didapatkan dengan literatur dapat dipengaruhi oleh proses preparasi dan kondisi lingkungan. Hasil tersebut tidak berbeda secara signifikan sehingga panjang gelombang tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk penentuan kadar total senyawa fenolat yang terkandung dalam ekstrak etanol 96 kulit batang nangka. Adapun hasil pengukuran panjang gelombang maksimum asam galat dalam aquadest dapat dilihat pada Lampiran 5. Selanjutnya, dilakukan penetapan kurva kalibrasi yang bertujuan untuk mendapatkan persamaan regresi yang akan digunakan untuk menghitung kadar polifenol dalam sampel ekstrak etanol 96 kulit batang nangka Handayani, 2011. Pada pembuatan kurva kalibrasi akan didapatkan persamaan garis kurva asam galat dan nilai r. Nilai r atau koefisien korelasi adalah suatu nilai yang berkisar dari 0 hingga 1 yang menyatakan seberapa dekat atau sesuai antara nilai perkiraan pada garis persamaan kurva dengan data aktual yang didapat. Jika r mendekati nilai 1, maka dapat dikatakan perbedaan antara nilai-y perkiraan dan nilai-y aktual hampir sama. Sedangkan bila r mendekati 0, dapat dikatakan persamaan garis yang didapat tidak dapat membantu prediksi nilai-y Kusumaningati, 2009. Penentuan kadar fenolat total dalam ekstrak etanol 96 kulit batang nangka menggunakan larutan standar asam galat dalam aquadest dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50, 60, 70, dan 80 µg mL. Masing-masing seri konsentrasi larutan divorteks terlebih dahulu sebelum diinkubasi agar larutan bercampur homogen. Hasil dari pengukuran absorbansi sejumlah larutan standar asam galat pada panjang gelombang 755 nm diperoleh persamaan regresi y = 0,010x + 0,006 dengan r = 0,9999. Nilai ini menunjukkan bahwa absorbansi dengan konsentrasi memberikan hubungan yang linier, sehingga dapat digunakan untuk perhitungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kadar total senyawa fenolat yang terkandung dalam ekstrak etanol 96 kulit batang nangka. Adapun kurva kalibrasi asam galat dalam aquadest dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Asam Galat dalam Aquadest Kadar total senyawa fenolat yang diperoleh dari masing-masing absorbansi adalah 61,6 ppm, 60,9 ppm, dan 61,5 ppm. Dari data tersebut didapatkan rata-rata kadar total senyawa fenolat yaitu 61,33 ppm. Sehingga dapat dihitung rata-rata kadar total senyawa fenolat yang terkandung dalam ekstrak etanol 96 kulit batang nangka yaitu sebanyak 6,13. Perhitungan kadar total senyawa fenolat ekstrak etanol 96 kulit batang nangka dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 4.3 Data Kadar Total Senyawa Fenolat Sampel Kadar total µgml Kadar total 1 61,6 6,16 2 60,9 6,09 3 61,5 6,15 Rata-rata 61,33±0,38 6,13±0,04 y = 0,010x + 0,006 R = 0,9999 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 20 40 60 80 100 A b sor b an si Konsentrasi µgml Absorbansi Linear Absorbansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan niosom pada penelitian ini adalah ekstrak etanol 96 kulit batang nangka yang berperan sebagai agen depigmentasi. Uji polifenol dilakukan untuk menghitung kadar senyawa polifenol dalam ekstrak etanol 96 kulit batang nangka. Pengujian kandungan senyawa fenolat total merupakan dasar aktivitas antihiperpigmentasi, karena diketahui bahwa senyawa fenolat berperan dalam mencegah terjadinya proses pigmentasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ninin K. J. tahun 2011, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 96 kulit batang nangka merupakan inhibitor kompetitif dari tirosinase dan mekanisme penghambatan terjadi karena senyawa aktif dari ekstrak kulit batang nangka memiliki struktur yang mirip dengan L- DOPA sebagai substrat dan akan berkompetisi untuk berikatan dengan active site tirosinase. Ekstrak etanol 96 kulit batang nangka memiliki sifat sebagai inhibitor tirosinase dengan nilai IC 50 sebesar 142,37 ppm. Sediaan krim yang mengandung ekstrak etanol 96 kulit batang nangka 1,5 dan 2 memiliki aktivitas penghambatan tirosinase berturut-turut sebesar 10,64 28,29 ppm dan 11,34 30,31 ppm. Besarnya nilai persen penghambatan bergantung pada konsentrasi ekstrak yang digunakan. Dari nilai IC 50 , ekstrak etanol 96 kulit batang nangka memiliki aktivitas penghambatan tirosinase yang cukup tinggi, artinya IC 50 didapatkan pada konsentrasi ekstrak 100 ppm Moon, Yim, Song, Lee, dan Hyun, 2010.

4.3 Preparasi Niosom

Niosom yang dihasilkan berbentuk suspensi berwarna coklat muda agak kental dengan bau khas ekstrak kulit batang nangka. Pada suspensi niosom F1 warna yang terbentuk lebih gelap dari F2, dan pada suspensi niosom F2 warna yang terbentuk lebih gelap dari pada F3. Suspensi niosom F2 yang terbentuk memiliki konsistensi yang lebih kental dari F1, dan suspensi niosom F3 yang terbentuk memiliki konsistensi yang lebih kental dari F2. Hal ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi surfaktan yang ditambahkan ke dalam formula niosom. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi surfaktan dapat menghasilkan niosom dengan warna yang lebih terang dan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Obat Kumur Yang Mengandung Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 5% Terhadap Akumulasi Plak Mahasiswa Angkatan 2009 FKG USU

5 55 68

Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Kulit Batang Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) terhadap Karakteristik Niosom

8 62 113

Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak etanol 96% Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Aspergillus niger, Candida albicans, dan Trichophyton rubrum

2 38 78

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Cam

0 8 15

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus c

0 3 16

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus) TERHADAP PENURUNAN KADAR Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diinduksi Aloksa.

0 3 12

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus) TERHADAP PENURUNAN KADAR Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diinduksi Aloksa.

0 3 15

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI PARAFFIN SOLID DAN VASELIN ALBUM TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus).

0 0 15

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI CEREBRUM MENCIT YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 0 77

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lmk.) TERHADAP LAMA HIDUP MENCIT (Mus musculus) YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 1 80