UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6.2 Kolesterol
Kolesterol memiliki warna putih atau kekuningan, berupa kristal, jarum, serbuk, atau granul. Pada paparan jangka panjang terhadap cahaya dan udara,
kolesterol dapat berubah menjadi warna kuning atau kecoklatan. Kolesterol memiliki rumus empiris C
27
H
46
O dan berat molekul sebesar 386,67. Titik didih dan titik leleh dari kolesterol masing-masing adalah 360°C dan 147-150°C.
Kolesterol larut dalam aseton, larut 1 dalam 4,5 bagian kloroform, larut dalam minyak nabati, dan praktis tidak larut dalam air. Kolesterol dapat mengalami
pengendapan oleh digitonin dan penyimpanannya harus di dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya Rowe, Sheskey, Owen, 2009.
Kolesterol merupakan steroid yang menyebabkan perubahan fluiditas dan permeabilitas dari bilayer niosom. Kolesterol merupakan metabolit steroid lilin
yang dicampurkan dengan surfakta non-ionik untuk memberikan kekakuan dan keteraturan pada niosom. Kolesterol merupakan molekul ampifilik, dimana gugus
OH nya akan mengarah pada fasa air, dan rantai alifatiknya akan mengarah pada rantai hidrokarbon dari surfaktan. Kekakuan yang terjadi pada niosom disebabkan
karena adanya kerangka steroid yang kaku yang berinteraksi dengan molekul surfaktan sehingga membatasi pergerakan karbon dari rantai hidrokarbon
surfaktan. Kolesterol juga dapat mencegah terjadinya kebocoran pada molekul surfaktan yang telah menjerap zat aktif Sankhyan, Pawar, 2012.
[Sumber: Rowe, 2009]
Gambar 2.8 Struktur Molekul Kolesterol
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6.3 Metanol
Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol
dalam proses denaturasi sehingga etanol menjadi toksik. Rumus kimia dari Metanol adalah CH3OH dan dikenal dengan nama lain yaitu metil alkohol, metal
hidrat, metil karbinol, wood alkohol atau spiritus. Pada keadaan atmosfer metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar
dan beracun dengan bau yang khas Martindale, 1996.
2.6.4 Kloroform
Kloroform juga dikenal sebagai triklorometana, metana triklorida, trikloroform, metil triklorida, dan formil triklorida. Kloroform memiliki rumus
molekul dan massa molekul relatif masing-masing adalah CHCl
3
dan 119,4. Pada suhu ruang kloroform jernih, tidak berwarna, cairan mudah menguap dengan bau
khas eterik WHO, 2004. Kloroform sedikit larut dalam air, mudah larut dalam karbon disulfida, dan dapat bercampur dengan alkohol, eter, benzen, karbon
tetraklorida, dan minyak yang mudah menguap HSBD, 2009. Kloroform stabil di bawah suhu dan tekanan normal dalam wadah tertutup Akron, 2009.
2.6.5 Phosphate Buffer Saline PBS
Phosphate buffer saline adalah larutan isotonis yang digunakan dalam penelitian biologis. Larutan ini mengandung natrium klorida, natrium fosfat,
kalium klorida, dan kalium fosfat. PBS phosphate buffer saline banyak digunakan karena isotonis dengan cairan tubuh manusia dan tidak bersifat toksik
Medicagi AB, 2010. PBS memiliki pH yang berkisar 7,3 – 7,5 dan osmolaritasnya berkisar 280 – 315 Mosm kg Maureen, 2002.
2.7 Karakterisasi Niosom
2.7.1 Analisis Ukuran Partikel
Analisis ukuran partikel niosom dilakukan dengan menggunakan alat Particle Size Analyzer. Metode yang digunakan dalam pengukuran partikel
melibatkan suatu proses yang dikenal dengan Dynamic Light Scattering DLS. Dynamic Light Scattering juga dikenal dengan PCS-Photon Correlation
Spectroscopy mengukur gerak Brown dan menghubungkannya dengan ukuran